3

96 8 2
                                    

"Mungkin aku yang terlalu memikirkannya sehingga orang-orang yang aku temui terlihat seperti dirinya."
-Tami Reani-

×××

Tami pov

Aku masih dalam perjalanan menuju sekolah. Dan bis yang aku tumpangi sekarang ini begitu menyesakkan.

Bis ini terlalu banyak penumpang, sepertinya hanya aku saja yang mengenakan seragam sekolah.

Karena terlalu banyak penumpang, terpaksa aku berdiri dan hanya berpegangan pada pegangan bis saja. Waktu ini berjalan begitu lambat, entah berapakali aku melirik ke arah arloji yang ada dipergelangan tanganku.

Hingga tiba-tiba bis berhenti.

Masuklah seorang laki-laki yang berseragam sama denganku. Dia terlihat acak-acakan.

Tapi, fikiranku mulai melayang begitu saja ketika aku melihat wajahnya. Wajahnya seperti tidak asing dimataku.

Dia..

Dia seperti seseorang sedang aku rindukan.

Ah mungkin, karena aku terlalu memikirkannya sehingga siapapun yang aku lihat terlihat seperti dia.

Lelaki itu mulai mendekat, entah kenapa aku mulai berprasangka buruk padanya. Aku tidak menghiraukannya dan menatap kedepan.

Deg

Dia berdiri tepat disampingku.

"Boleh gak gue berdiri disamping lo, soalnya gak ada lagi tempat yang kosong" ucapnya ramah seraya menyunggingkan senyuman termanisnya.

Senyuman itu, tidak salah lagi. Tapi aku mencoba berfikir jernih, ini mungkin khayalanku saja. Karena dia tidak mungkin ada disini.

"Heyy" dia menepuk pundakku. Sepertinya aku melalmun terlalu lama.

"Eeh, b-boleh saja" ucapku dengan senyuman yang kikuk.

"Gue anak baru disini" ujarnya memulai pembicaraan.

"Nama lo siapa? Siapa tahu lo bisa jadi teman pertama di sekolah baru gue." Tanyanya dengan mengangkat tangannya untuk bersalaman.

Aku pun mulai mengangkat tanganku dengan perlahan, dan kami pun bersalaman.

"Gue Prawira, panggil aja Praw." ucapnya memperkenalkan diri.

"Gue Tami Reani" ucapku singkat. Dengan buru-buru aku melepaskan tanganku dan kembali keposisi semula yang tidak menghadap Praw.

"Nama lo bagus, gue suka" dia kembali berbicara, tapi tidak kutanggapi.

"Lo kelas berapa?"

"Duabelas" ucapku singkat.

"Sama dong" serunya dengan bahagia. "Semoga aja kita sekelas" ucapnya dengan penuh binar.

Hingga aku turun dari bis, aku tidak pernah menanggapi ucapannya. Aku lumayan bahagia karena ada yang mau berbicara denganku, tapi aku terlalu canggung untuk sekedar berbicara, ya mungkin karena selama ini aku tidak banyak berkomunikasi dengan orang lain.

Aku melangkahkan kakiku dengan lesu, rasanya tidak ada semangat lagi untuk belajar. Bukan hanya sekarang sih, tapi aku sudah lama seperti ini, tidak ada lagi semangat hidup.

Ditambah lagi ibuku yang tidak pernah memberikanku kasih sayang setelah kejadian itu.

Aku berjalan gontai menuju kelas, tak peduli dengan tatapan orang yang menganggapku seperti siput, karena aku sudah terbiasa dengan cibiran-cibiran yang sudah menjadi makanan sehari-hariku.

"Ih, letoy banget sih." cibir seorang gadis yang sepertinya seangkatan denganku. Aku tidak menggiraukannya, aku terus menundukkan kepalaku.

"Dia kan siput sekolah, hahhaha." ucap temannya dengan diiringi sebuah tawa yang merendahkanku. Sekarang telingaku cukup panas, tapi apalah dayaku untuk melawan mereka.

Ya, aku mempunyai julukan 'Siput sekolah' dari awal masuk SMA. Sudah dua tahun, jadi aku sudah terbiasa dengan semua ini.

Akhirnya aku sudah sampai di depan kelas, kelas XII IPA 2. Aku menghela nafas panjang, memejamkan sejenak mataku, aku sudah mempersiapkan mental untuk berhadapan dengan mereka.

Kulangkahkan kakiku, aku sudah melewati pintu kelas, dan seketika semua pandangan mengarah padaku. Beribu tatapan kebencian tersorot tajam kearahku.

Disinilah, kisahku dimulai.

×××××××××

Akhirnya aku update, moga sukaa.
Maaf banget kalo partnya pendek banget, soalnya di part depan aku akan bikin part yang panjaaanggg banget.

Jan lupa vote and comment guys😉

Hitoride (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang