JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK😉
----
"Cinta itu tidak memaksa, yang memaksa itu obsesi."
-Author-
×××
Tami pov
Sekarang aku bersama Aldi, cowok yang berhasil mengguncangkan kembali hatiku dengan seribu tanya. Tapi kali ini aku tidak boleh egois, Tama sudah tiada tepat dihadapanku. Jadi tidak mungkin cowok yang ada didepanku adalah Tama, sahabat kecilku dulu.
Kami sampai di parkiran sekolah, aku hanya mengikuti tubuh tegap itu dari belakang hingga langkah Aldi terhenti karena sudah sampai di depan motornya. Dia memberiku helm, oh tidak lebih tepatnya memakaikan aku helm. Jantungku langsung berdegup kencang karena perlakuan sederhana Aldi, dan aku hanya bisa mematung di tempat karena tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
Aldi memanaskan motornya sebentar lalu menyuruhku naik ke motor ninja miliknya. Aku sedikit kesusahan namun karena Aldi adalah cowok yang paling peka, dia mengulurkan tangannya dan membantuku naik ke atas motor hitamnya.
"Udah siap?" Tanya Aldi dengan suara lembutnya.
"Iya." Jawabku dengan sebuah anggukkan.
Motor Aldi melaju meninggalkan pekarangan sekolah ditemani senja yang merubah langit menjadi warna orange.
Hatiku sedikit menghangat, dan aku berharap waktu berjalan lambat supaya aku bisa menikmati momen ini lebih lama lagi.
"Brenti Di, gue turun disini aja." Aku memberhentikan motor Aldi tidak jauh dari pekarangan rumah. Alasannya karena aku tidak ingin ibuku melihat diriku diantar oleh seorang cowok, terlebih lagi sekarang sudah sangat sore dan aku tidak ingin ibuku berfikir yang tidak-tidak dan membuat aku tidak berteman lagi dengan Aldi.
Oh tuhan, sudah sejauh itu aku memikirkan hubunganku dengan Aldi.
"Kenapa gak sekalian aja didepan rumah lo?." Tanya Aldi bingung.
"Gue takut dimarahin ibu kalo gue pulang diantar cowok." Jawabku jujur.
"Hmm oke." Aldi memberhentikan motornya tak jauh dari rumahku, aku bersyukur Aldi sangat pengertian tidak seperti Praw yang selalu saja membuatku kesal.
Aku turun dari motor besar milik Aldi, lalu mengembalikan lagi helm yang Aldi pinjamkan padaku. Aku tidak mengerti bisa-bisanya Aldi membawa dua helm ke sekolah, padahal dia tidak membonceng siapapun jika pergi ke sekolah.
"Makasih Di." Ucapku tulus dengan sebuah senyuman.
"Iya, sama-sama." Aldi membalas senyumku lalu mengacak rambutku pelan. Lagi-lagi, Aldi memberiku sebuah perlakuan yang membuat jantungku berpacu semakin cepat. Jika aku terus berlama-lama bersama Aldi, bisa-bisa aku mendadak punya penyakit jantung. Eh, astaghfirullah amit-amit.
"Hati-hati Di." Ucapku dan setelah itu Aldi menarik gas lalu meninggalkan aku yang tidak mau berhenti tersenyum.
Namun aku segera sadar lalu berlari menuju rumahku, aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitoride (Hiatus)
Teen FictionSendiri bersama teka-teki. - - - - (On going) Update malo mood Mohon pengertiannya 🙏