Sepasang pintu gerbang besar berwarna emas berdiri sejajar dengan cahaya menyilaukan mata. Ketika pintu terbuka, pemandangan gedung sekolah yang berdiri megah memenuhi pandanganku. Disertai dengan latar fantasi bagai negeri dongeng, tampak menarik mata orang untuk melihatnya.
[Selamat datang di School of Elite]
Slogan itu sudah berkali-kali kudengar. Di manapun dan kapanpun aku berada, iklan yang menayangkan fasilitas pendidikan itu telah berkumandang di pikiranku. Ide yang baik untuk mengiklankannya, tetapi tidak perlu berlebihan sampai kertas iklan ditempel di wajah tampanku ini, 'kan?!!
Bagaimana ini bisa terjadi? Oh, ceritanya panjang. Kau akan mengantuk jika mendengarnya.
Sementara aku menyingkirkan kertas yang menempel di wajahku, suara klakson mobil mengalihkan perhatianku.
"Hei, boy! Cepatlah naik!"
Sopir taksi telah memanggilku. Segera aku menarik koper dan menaruhnya di bagasi, lalu memutari mobil dan duduk di kursi belakang. Pilihan untuk duduk di belakang dikarenakan raut wajah sopir taksi itu terlihat galak, seperti hulk! Oh, tentu saja warna kulitnya tidak hijau.
"Tujuanmu, boy?"
Aku tersenyum hingga mata menyipit.
"School of Elite."
°°°
Aku menghirup napas panjang, kemudian mengembuskannya dengan pelan. Udara di luar negeri memang berbeda, walau aku sudah melakukan hal ini berkali-kali sejak tiba di bandara.
Setelah berterima kasih pada sopir taksi yang tidak aku ketahui namanya, aku menarik koperku yang besar ini menuju suatu tempat. Tidak terlalu jauh, hanya perlu berjalan kaki beberapa langkah saja karena tempatnya berada tepat di depan mataku.
Sebuah gerbang emas berukuran besar dengan tinggi uhm ... sekitar sepuluh meter mungkin(?) berdiri di hadapanku. Aku terperangah melihatnya. Gerbang emas ... Ini terbuat dari emas asli! Bukan cat emas biasa!
"Luar biasa!"
Walau aku telah kenyang melihatnya di setiap iklan, rasanya berbeda dengan melihatnya secara langsung. Hatiku tidak sabar untuk segera memasukinya!
Saat aku berjalan satu langkah, terdengar suara keras dari belakang.
"Tunggu! Kau!"
Aku menoleh, mendapati seorang pemuda sebaya yang berlari ke arahku dengan menyeret kopernya. Kepalaku bergerak ke kanan dan kiri, kemudian kembali menatap pemuda itu. Tanganku menunjuk diri sendiri dan bertanya dengan ragu, "Aku?"
"Ya, siapa lagi?" balasnya setelah tiba di hadapanku. Ia terengah-engah, kemudian mengulurkan tangan dengan senyum di wajah. "Kau murid di School of Elite juga, 'kan? Namaku Alex, senang bertemu denganmu!"
Alisku terangkat sedikit mendengarnya. Aku mengangguk singkat dan membalas tangannya. "Aku Arkan, salam kenal."
Alex ... Rambutnya tertata rapi, membuat kesan pria keren ala ikemen[1] dari Jepang. Sayangnya, wajahnya bukan khas orang Asia.
[1] Ikemen : pria ganteng yang bikin hati para gadis cenat-cenut melihatnya :v #ngawur
"Dari mana asalmu?" Aku bertanya setelah melihat perawakannya. Tebakanku, dia dari Eropa.
Alex masih ternyum seraya menjawab, "Mari sambil berjalan."
Tujuanku yang semula menuju gerbang berubah menjadi kafe di pinggir jalan. Setelah memesan, Alex pun menjawab pertanyaanku sebelumnya.
"Aku dari Rusia. Ibuku dari Jepang. Jadi, aku berdarah campuran."
Aku mengangguk mengerti. Tetapi, dalam hati aku berpikir, apa tidak masalah menceritakan hal ini pada orang yang baru dikenal beberapa menit lalu?
KAMU SEDANG MEMBACA
School of Elite [Proses Revisi]
Ficção Adolescente--Original Story-- Arkan merasa beruntung berhasil diterima di sebuah sekolah yang sudah menjadi berita hangat ini. School of Elite. Terletak di Los Angeles, Amerika Serikat. Sekolah ini didedikasikan untuk para murid yang berprestasi. Namun, jangan...