Jedyeeerr...
Begitulah kiranya suara pintu kamar yang ditutup kasar oleh Icha. Membuat jantung Indah berdegup kencang, saking kagetnya.
Rupanya Icha sedang marah besar dikarenakan dia yang ingin pergi liburan bersama teman-teman, namun sang Ibu tidak memberikan izin dengan alasan anak perempuan tidak boleh pergi tanpa dampingan orangtua ataupun orang dewasa. Sedangkan Icha beranggapan kalau dirinya sudah dewasa dan dia berhak pergi jauh hanya bersama teman-temannya.
Indah tetep keukeuh tidak memperbolehkan Icha pergi, biarlah sekarang Icha marah-marah, nangis atau apalah didalam kamar sana, yang penting Indah tidak perlu mengkhawatirkan anaknya jika jadi pergi.
" Ibu... Telponin Ayah saja bu, Mila takut. " tutur Mila dengan raut wajah yang terlihat ketakutan." Nggak usah Mil, ntar juga Mbak Icha reda sendiri marahnya. " jawab Indah sembari tersenyum tipis ke anak bungsunya itu.
Alih alih reda marahnya, justru Icha malah semakin marah.
" Aku benci Ibu! Kenapa ibu ga ngebolehin Icha pergi?! Aku benci Ibu! Benciiiii.... " teriak Icha dari dalam kamar.
" Astaghfirullah hal adziimm.. " lirih Indah mendengar ucapan Icha, Icha memang suka marah-marah, tapi tidak pernah dia semarah ini dengan Indah.
Tak disangka, air mata jatuh perlahan namun pasti dari mata wanita berumur 39 tahunan itu.
Indah pun mendekati kamar Icha, memutar kenop pintu kamar Icha yang kebetulan tidak dikunci, terlihat Icha sedang menenggelamkan wajahnya di bantal alias Icha sedang di posisi tengkurap.
Indah mendekati Icha lalu membelai lembut rambut Icha, Icha yang merasakan belaian tersebut lalu membalikkan badannya,
" Ngapain Ibu disini? " Icha berkata sambil memicingkan mata. " Ibu masih mau menasihati Icha kalau pergi sendiri itu bahaya, nggak baik buat anak perempuan, iya? Ibu masih mau bilang gitu?
Asal ibu tau, Icha ini sudah besar bu, 2 tahun lagi Icha sudah berkepala dua, bukan anak kecil lagi. Icha cuma meminta izin mau pergi liburan bersama teman-teman untuk mengisi liburan semester 1 ini. Setelah ini Icha akan di pusingkan oleh berbagai macam persiapan UN bu! Icha cuma butuh refreshing sebentar! Kenapa ibu lebay banget sok ga ngebolehin Icha, Icha selama ini belajar terus kan bu, Icha jarang liburan kan? Lagian ayah juga jarang pulang, dan ga pernah mengajak Icha liburan! " ucap panjang lebar Icha yang diakhiri dengan sesenggukan, rupanya gadis berumur 18 tahun ini benar-benar ingin pergi liburan bersama teman-temannya. Pantas saja jika dia sebegitu marahnya ketika Indah tak memberikan izin.Hati Indah sedikit luluh, lalu dia berkata,
"Icha, cukup Icha cukup! Iya sudah, sekarang Ibu mengizinkan kamu pergi. Kamu mau pergi berapa hari memangnya? "
" 4 hari! " jawab Icha ketus.
" Kok lama banget Cha? Mau pergi kemana saja? " tanya Indah.
" Icha mau menghabiskan liburan ke Jogja bu.." jawab Icha menjelaskan sambil bangun dari posisi tidurnya.
Indah diam. Dan lalu meneteskan air mata.
" Ibu kenapa? Ga jadi ngizinin Icha pergi? " tanya Icha.
" Ibu hanya ga rela kamu pergi tanpa Ibu sejauh itu cha.. " jawab Indah sambil meneteskan air mata lagi.
" Gimana sih bu? Icha udah seneng Ibu mau ngizinin Icha, kenapa bilang gitu lagi sih? Pokonya gamau tau, tadi Ibu udah ngizinin Icha, ya Icha akan tetap pergi! " jawab Icha lalu pergi keluar kamar meninggalkan Indah sendirian.
***
Terimakasih untuk yang sudah bersedia membaca, jangan lupa vote dan comment jika ada kata yang kurang pas atau penggunaan tanda baca, dan dialog tag yang salah.
Akan dengan senang hati menerima kritikan dan saran! ❤️Salam kenal,
LN
KAMU SEDANG MEMBACA
Karenamu Aku Berubah
JugendliteraturGadis SMA berumur 18 tahun yang kini hanya bisa menyesali hidupnya. Karena bisa dikatakan ia yang menyebabkan ibunya meninggal. Amat sangat menyesali kejadian tersebut hingga membuatnya menjadi seorang gadis perenung yang lebih suka menghabiskan ha...