Aku sedang berbincang ria dengan febi di kantin seperti biasanya. Namun mood aku rusak saat datang kak samudra tanpa di undang dan duduk disebelahku, bahkan ia ikut masuk ke obrolan kami, sungguh menyebalkan.
Sejak kak samudra ikut mengobrol dengan kami, aku tidak terlalu merespon apa yang kakak itu katakan, sedangkan febi dengan senang hati merespon kak samudra.
"hai ana! Apa kabar?" tanya naffa yang tiba-tiba sudah duduk di samping febi. Sejak kapan ia datang, kok aku tidak menyadarinya? Tunggu, tadi dia memanggil aku apa? Ana? Mengapa dia menjadi sok dekat denganku?
"apa? Kau memanggil aku ana, tidak usah sok dekat denganku ya" kataku.
Naffa hanya menundukkan kepalanya, sedangkan kak samudra malah tertawa mengejek sambil menunjuk-nunjuk naffa.
"kakak juga, kenapa duduk disini? Kenapa tidak duduk dengan teman kakak? Mau beralasan meja kantin penuh? Atau ada maksud lain?" tanyaku menahan marah.
Kak samudra pun sama dengan naffa menundukkan kepalanya.
"ah sudahlah, datang kalian membuat moodku jelek"
Aku pun meninggalkan kantin dengan perasaan marah.
***
Aku terbangun dari tidurku, aku melihat jam di dinding kamarku. Jam sudah menunjukkan pukul 00.42. sudah cukup tengah malam namun di uar kamarku sunggu ribut. Dengan tampang acak-acakan.
Saat aku membuka pintu, pertama yang kulihat ayahku sedang menjambak rambut mama, aku melihat kakakku sedang menarik ayah untuk menjauh dari mama.
"ADA APA INI?" jeritku marah.
Ayah melihat ke arahku dengan kemarahan yang sudah ditahan-tahan.
"kau anak kecil diam saja, setan seperti kau tidak bisa membantuku sama sekali"
"kenapa ayah datang lagi ke sini setelah meninggalkan kami? Apa yang ayah inginkan?"
"aku ingin UANG! UANG! Aku membutuhkan uang, dan mama kalian tidak ingin memberiku uang sepeserpun" ujar ayahku dengan marah dan menggoncangkan bahuku dengan keras.
"CUKUP AYAH! Apakah kau tidak bisa meninggalkan kami dengan bahagia, KENAPA HARUS DATANG LAGI? APAKAH KAU TIDAK CUKUP PUAS SETELAH MENINGGALKAN KAMI" jeritku.
Aku melihat kesekeliling, aku melihat ibu menangis dan dipeluk oleh kakakku.
PLAK!
Ayah menamparku, pipi kananku berdenyut, pedih sekali rasanya. Aku ingin menangis tetapi aku tidak ingin lemah di depan mama, sudah cukup aku melihat mama dulu disiksa oleh ayah.
"dimana tata kramamu? Apakah wanita bangsat ini tidak mengajari tata krama?" ujar ayahku dan menendang mama " hah?! Jawab! Apakah wanita ini tidak mengajarkan tata krama?" tanyanya lagi dan tendangannya semakin kuat.
"CUKUP AYAH! AYAH INGIN UANGKAN? SETELAH AKU BERIKAN UANGNYA, AYAH HARUS PERGI DARI SINI DAN JANGAN KEMBALI" jeritku di depan mukannya.
Aku bergegas ke kamarku, mengambil uang simpananku di dalam lemari, dan melemparkan uangnya di depan muka ayahku. Seperti binatang yang sudah lama lapar, dan melihat makanan lezat, ia memungut uang yang kulempar tadi, menghitungnya dan bersiap pergi.
Di ambang pintu saat dia hendak keluar, ia melihat kebelakang, melihat ke arahku, lalu menghampiriku, dan menciumku dari dahi, mata, pipi, dan bibirku.
TIDAK! lelaki bangsat ini menciumku dengan nafsu sedangkan ia ayahku. Aku mendorongnya sekuat tenaga, tetapi sulit sekali melawannya, aku semakin meronta-ronta, ia melepaskan ciumanannya lalu memelukku, dan mengatakan " aku mencintaimu!" lalu ia meninggalkan kami semua.
Setelah ia menutup pintu, aku jatuh terduduk di depan pintu, memeluk lututku dan menangis tersedu-sedu, tubuhku gemetaran hebat.
Aku berpikir apa saja yang telah ia lakukan padaku, ia menodaiku. Dengan gemetaran aku memegang bibirku, dan aku menangis sejadi-jadinya.
Ibu dan kedua kakakku menghampiriku, memelukku, membantu berdiri, dan memapahkan aku ke kamarku.
Ditidurkan aku. Diselimutnya diriku yang masih gemetaran, dan mengelus rambutku agar aku tertidur.
"maafkan mama ana, mama terlalu lemah untuk melawan ayahmu, sehingga membuatmu menjadi seperti ini, maafkan mama" ujar mama lemah.
Aku tak menjawab aku memejamkan mataku seolah-olah sudah tidur, setelah mengatakan itu mama mencium kepalaku dan meninggalkanku sendiri di kamarku yang gelap.
Setelah mama menutup pintu kamar, aku membuka mataku perlahan, membayangkan apa yang sudah dilakukannya kepadaku, menamparku lalu menodaiku. Membayangkan itu membuat menangis sepanjang malam.
***
Sejak kejadian malam itu, aku mengurung diri dikamarku, aku terlalu lemah untuk melakukan kegiatan, setiap waktunya makan, mama atau kakakku mengantarkan makan kepadaku dan menyuapiku.
Sudah hampir satu minggu aku tidak bersekolah, aku takut jika aku pergi sekolah, ayah akan datang lagi kesini dan melukai mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
i am hapy because you are here
Acakkarena kamu segalanya berubah terima kasih. ini pertamanya aku tulis cerita, klo banyak kesalahan aku minta maaf, dan tolong katakan jika ada kekurangan. makasih #171 - kisahsekolah