GHS

12 5 5
                                    

"Selamat pagi, Haura" sapa Ardi yang melihat Haura  yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Pagi juga Ayah." Balas Haura tersenyum lebar dan langsung duduk di meja makan disamping Ayahnya.

Kania pun tersenyum, menyiapkan makanan yang ada dimejanya. Vana yang baru turun daru kamarnya pun langsung duduk di meja makan di sampin Haura. "Pagi, semuanya." Sapanya tersenyum.

"Pagi," balas mereka berbarengan dan Kania yang mengelus kepala Vana.

"Kamu semalem kemana?, tante gak lihat kamu di pestanya Haura." Tanya Kania penasaran.

"Aku ada kok, Tan." Ucap Vana tersenyum.

Bi Ijah pun angkat bicara, "padahal Non Vana kan juga ulang tahun itu, Bu."

Ardi menghentikan makannya menatap Kania, lalu mengalihkan pandangannya pada Vana. "Kamu kenapa gak bilang sama Om?, kalian kan bisa rayain bareng-bareng."

Vana  menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa Om, lagian itu pestanya Haura."

"Kamu mau merayakan ulang tahunmu juga?" Tawar Kania.

"Gak usah, Tan. Biasanya aku cuman makan-makan bareng sama  Papa dan Mama tapi karena mereka sekarang gak ada, jadi gak usahlah."

"Yasudah ayo dimakan!."

Haura menatap seragam yang dikenakan Vana, ia melebarkan matanya. "Lo sekolah di Global International School?," tanya Haura tak percaya.

Vana yang hendak menggigit rotonya pun ia urungkan. "Iya. Kenapa?" Ucapnya menoleh ke arah Haura.

"Gak apa-apa, gak salah sih. Lo kan emang orang kaya jadi wajar ajalah lo sekolah disitu."

Vana menautkan alisnya, "gak semua anak yang sekolah di GIS orang kaya kok."

"Sudah-sudah!. Kalian ini cepat selesaikan makanannya takutnya kalian terlambat."

Mereka pun fokus terhadap makanannya.
Beberpaa menit kemudian Vana telah menghabiskan makanannya dan siap untuk berangkat kesekolah.

"Mau bareng sama Om dan Haura gak?," tawar Ardi.

"Enggak Om, diantar Mang Ujang aja. Lagian sekolah aku sama Haura kan beda jalur."

"Yaudah, Hati-harti."

Vana mengangguk dan mengambil tangan Kania dan Ardi untuk salam. "Haura gue duluan" ucap Vana setengah berlari.

"Nanti siang aku mau kerja kelompok di rumah. Gak apa-apa kan Pa?" Tanya Haura.

"Masa iya, Papa harus larang. Ya boleh dong." Balas Ardi tersenyum. "Yuk!, takut nanti kamu telat."

"Lets Go."

*******

"Haura!"panggil Mega teman sebangkunya.

Haura yang merasa terpanggil pun menoleh, dan tersenyum lalu berlari ke arah Mega.

"Ayo, ke kelas!."

Sekolahnya ini cukup terkenal kurikulumnya pun sudah bertaraf internasional, bedannya GHS (Global Hight School) dengan GIS (Global International School), GHS tidak menerima murid yang berasal dari luar negeri sedangkan GIS mereka menerima murid dari laur negeri maupun pertukaran pelajar.

"Pagi gengs!" teriak Mega di kelasnya.

"Berisik woy!!" Balas Genta.

"Ye.. si Gen-gen masih pagi, muka lo di kontrol dulu." Ucap Heri menatap teman sebangkunya.

Mega dan Haura pun duduk di bangkunya.

"Eh, Abang Gio udah dateng. Sini duduk sama Ade." Ucap Ade teman sebangku Gio.

"Jijik gue!." Balas Gio. Ade pun kesal di buatnya. Dan duduk di bangkunya. Bangku Gio berada di depan bangku Haura.

"Gue becanda Bos." Ucap Ade.

"Oh iya, semalam sorry. Gue gak dateng ke ulang tahun lo, Ra." Ucap Ade menatap bersalah keada Haura.

"Gak apa-apa kok, De. Santay aja." Balas Haura tersenyum. "Btw, lo gak dateng ke acara gue ya, Yo?." Lanjutnya.

"Gue dateng." Balas Gio datar.

"Tapi gue gak lihat lo." Balas Haura.

"Dia di belakang bareng gue," ucap Heri mengahampiri meja Ade dan duduk di atasnya.

"Kursi masih banyak bro, ngapain duduk di meja." Sindir Mega.

"Suka-suka." Balas Heri cuek. "Pulang sekolah jadikan Ra, kerja kelompok di rumah lo?," lanjut Heri.

"Jadi dong. Lo jadi ikut kan Gi?" Tanya Haura.


"Gio ikut." Balas Genta, membuat Gio menatap tajam ke arahnya.

Haura tersenyum senang, "oke sip."

ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang