Pangeran

18 7 4
                                    

Mega mencara cermin kesayangannya yang hilang entah kemana, ia mengeluarkan seluruh isi tasnya.

"Ada yang lihat cermin gue gak?" Tanya Mega sambil terus memeriksa tasnya.

"Tadi lo keluarin di mobil kan?" Sahut Ranti, Mega menepuk jidatnya pelan.
"Oh iya, gue lupa. Kunci mobil lo mana Her?, gue mau ambil cermin."

Heri pun melemparkan kunci mobilnya dan langsung ditangkap oleh Mega. Ia segera berlari keluar. Sebelum membuka pintu mobil Mega menatap ke arah gerbang, sebuah mobil mewah masuk diiringi pemiliknya yang keluar.

Mega membelalakan matanya maka nikmat tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan. Diibaratkan Mega baru menemui pria tampan seperti itu. Rahangnya yang tegas mampu membuat Mega lupa akan dunianya.

Pria itu menatap heran ke arah Mega dan melewati Mega begitu saja. Terlihat Bi Ijah yang menyadari bahwa teman Nyonya mudanya itu datang mengunjungi rumahnya, ia bergegas masuk untuk memberitahukannya kepada Vana.

Mega segera mengambil cerminnya dan berlari masuk.
"Gila!, kalian tahu gak?, gue ketemu pangeran." Ucap Mega heboh.

"Yakali, pangeran siang bolong kaya gini, dia naik apa?. Kereta kencana atau kuda putih?" Ledek Bima.

"Gue serius, dia 100 persen ganteng dua kalilipat dari Gio." Mega meyakinkan ucapanya.

"Dia dimana?" Tanya Haura penasaran.

"Di luar."

Terlihat Bi Ijah yang baru turun dari kamar Vana. Haura yang sangat penasaran pun bertanya pada Bi Ijah. "Siapa yang datang, Bi?"

"Teman cowonya Non Vana." Balas Bi Ijah lalu pamit untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tak lama gadis itu pun turun dengan pakaian rapihnya. Jeans hitam yang membaluti kaki jenjangnya dan kemaja putih bermotif bunga serta rambut yang digerai indah mampu mengalihkan dunia mereka yang menatapnya. Bahkan Gio sama sekali tidak mengedipkan matanya, begitupun dengan Heri, Ade, Bima dan Genta yang tak kalah kagetnya.

"Cantik banget." Ucap Genta pelan yang disetujui oleh Ade yang menganggukan kepalanya.

Vana tersenyum matanya menatap ke arah Gio, dia kaget. Vana merasa tadi tidak ada dia. Vana pun segera menormalkan ekspresinya.

"Gue pergi dulu ya, semuanya." Pamit vana tersenyum sangat manis dan segera berlari kecil keluar rumah.

"Gue yakin. Cowo yang di depan itu cowonya Vana. Serasi banget mereka dua. Asli kalau di GHS semua penghuninya kaya mereka, gue bela-belain gak pulang mau tetep ada disekolah." Monolog Mega.

"Cewe di GHS mana ada yang bentukannya kaya Vana, udah tinggi, langsing, putih, ramah beuhh idaman pokoknya." Timpal Heri.

"Ajak Vana pindah ke GHS dong, Ra. Gue yakin kalu Vana pindah pasti teman-teman Vana ikut juga. Seenggaknya Teman Vana di GIS pasti gak jauh beda." Lanjut Bima.

"Kalo Vana gamers, dia masuk kedalam list calon pacar idaman gua." Ucap Genta.

Ranti pun merasa apa yang dikatakan teman-temannya Vana adalah gambaran wanita sempurna, berbeda dengan Gio yang merasa bahwa Vana yang sekarang sangat berbeda dengan Vana yang dilihatnya kemarin. Vana yang dia rasa sangat rapuh dan kesepian kini menjadi Vana ramah dan periang seakan hidupnya tidak terjadi masalah apapun.

Haura yang panas mendengar pujian untuk Vana pun menghembuskan nafasnya kasar, "Vana enggak sesempurna itu. Dia yatim piatu."

Ucapan Haura yang terlalu tiba-tiba itu sukses membuat semua orang terkejut membelalakan matanya.

ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang