Teman Baru

11 5 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, terlihat segerombolan anak muda yang memenuhi parkiran.

"Ini gimana?, yang mau naik mobil gue siapa aja?" Tanya Heri bingung.

"Gini, Her. Mobil lo kan cuma muat empat orang, Mega, Ranti dan gue ikut sama lo, Gio kan bawa motor jadi dia sama Haura. Biar Haura gampang nunjukin arahnya." Atur Genta.

"Lah, gue sama siapa dong?" Tanya Ade.

"Lo sama gue aja Her, tapi lo yang bawa motornya." Jawab Bima.

Ade mengangguk setuju, semua sudah menaiki kendaraan masing-masing dan langsung menuju kediaman Haura.


******

Setelah melawati perjalanan sekitar dua puluh lima menit mereka sudah sampai di rumah Haura.

"Assalamualikum." Ucap mereka berbarengan.

"Waalikumsalam." Ucap Bi ijah membukakan pintu.

Mereka tersenyum dan masuk ke rumah Haura.

"Nah,, ayo duduk dulu!, Bi Ijah buatin minuman ya." Pinta Haura ke pada Bi Ijah yang tadi mengikutinya dari belakang.

"Siap, Non." Balas Bi Ijah.

Mereka pun duduk di ruang tamu yang luas itu.

"Haura, rumah lo gede banget." Ucap Ade.

Haura tersenyum masam. "Bisa aja lo, De."

"Kita mulai darimana?" Tanya Heri.

"Kita bagi-bagi aja, ada yang beli peralatan buat bikin selogannya sama ada yang searching  materi buat presentasi." Ucap Genta.

"Gue sama Ade aja yang beli peralatan." Balas Gio.

"Oke. Berarti yang lainnya stay disini cari materi" Bales Genta.

Semua mengangguk paham Gio dan Heri pun bergegas untuk membeli peralatan tersebut.

"Lo yang bawa." Ucap Gio sambil melemparkan kunci motornya. Ade mangangguk pasrah, baru saja motor mereka hendak keluar sebuah mobil sedan hitam masuk ke area garasi.

Ade yang menghentikan motor tersebut bertanya pada Gio. "Siapa yo?," ucapnya heran.

"Nyokap atau bokapnya kali, De. Ayo keburu hujan." Balas Gio, Ade pun langsung meninggalkan rumah Haura.

Disisi lain Vana yang baru saja datang darisekolahnya, merasa heran ada mobil dan motor yang asing terlihat di pekarangan rumahnya. "Mang, ada tamunya Om Ardi kayanya."

Mang Ujang pun terheran. "Bukan kayanya, Non. Orang Pak Ardi masih di kantor. Walaupun itu tamunya Bapak, pasti mobil Bapak ada, Non."

Vana pun menganggukan kepalanya setuju dengan apa yang dibilang Mang Ujang, ia pun langsung maduk ke rumahnya.

"Assalamualaikum." Salam Vana saat membuka pintu.

"Waalikumsalam." Ucap semua orang yang ada di ruang tamu dan langsung menatap ke arah pintu.

Vana berhenti sejanak ia kaget, ternyata ada teman-teman Haura. Vana tersenyum canggung.

Haura yang mengerti pun langsung berbicar.

"Eh, Vana kenalkan. Ini teman-teman gue." Ucap Haura menghampiri Vana dan menariknya mendekat ke arah teman-temannya.

Vana tersenyum canggung.

"Hai, Vana. Kenalkan nama gue Heri."

"Gue, Mega."
"Gue, Genta."
"Gue, Ranti."
"Bima."
Ucap mereka menyalami Vana satu-satu.

"Hai semuanya, salam kenal." Ucap Vana tersenyum ramah.

"Gue ke atas dulu ya, takutnya ganggu." Ucap Vana pamit dan langsung menuju kamarnya.

"Ra, Vana siapa?." Tanya Mega penarsaran dan yang lainnya yang menatap Haura meminta  penjelasan.

Haura tersenyum, "dia sepupu gue."

"Lo kok, gak pernah cerita punya sepupu secantik itu." Balas Bima.

"Dasar!, liat yang bening aja langsung konek lo." Cerca Genta melemparkan bantal sofa ke arah Bima.

"Gue, gak salah lihat kan?, tadi dia pake seragam GIS." Timpal Ranti yang terlihat begitu tidak percaya.

"Iya, dia anak GIS." Balas Haura singkat.

"Astaga, gila keren banget!, itu sekolah kan mahal banget. Belum lagi biayanya yang selangit. Nah, lo kenapa gak sekolah kesana aja?, Bokap lo juga tajir, Ra." Balas Mega.

"Lo sendiri tahu, kapasitas otak gue gimana, Meg." Ucap Haura dan langsung mengundang tawa yang lainnya.

"Udah deh, disini kan yang lumayan pinter kan, lo, Ran. Jadi, lo yang nulis materinya dan berhubung yang sering punya kuota itu Genta jadi lo, yang searchingnya." Balas Heri.

"Gak, jangan pake ponsel gue, gua mau mabar. Yang lain aja." Balas Genta meyembunyikan ponselnya.

"Pelit banget si Gen, nih gue juga punya kuota mah." Balas Mega sambil meletakan ponselnya.

"Bagus, bagus." Ucap Bima.

Mereka pun langsung mengerjakan tugasnya, terkucuali para cowo yang sibuk dengan ponselnya masing-masing.

"Ini, Non. Minuman sama cemilannya. Silakan dinikmati." Ucap Bi Ijah meletakan semuanya di atas meja.

"Wihh,, Bi. Banyak banget makasih Bi." Balas Bima yang langsung mencomot cemilan yang ada di depannya.

"Dasar tukang makan!, lihat makanan langsung aja di embat." Balas Heri lalu mengikuti apa yang Bima lakukan tadi.

"Eh, Heri pot-pot. Lo juga sama aja!, badan kecil kok, makan lo banyak." Sindir Mega.

Haura membantu Ranti menyiapkan materi untuk presentasi, Mega pun mencari artikel yang menurutnya pas dengan materi yang akan disampaikan. Sedangkan Bima dan Heri menikmati makanan serta Genta yang masih melakukan mabar.

Tidak lama Ade dan Gio pun sudah kembali.
"Nih, karton merahnya gak ada jadi kita beli yang hijau."

"Selogannya juga udah ketemu, dan materinya masih dirangkum. Bima!, Genta!. Lo berdua yang nyalin selogan ini dikarton. Genta kan jago gambar terus Bima cita-cita lo kan jadi Perangcang Busana, lo pasti paham sama kontrasnya warna atau tentang estetik. Jadi, lo yang menghias kartonnya. Terus Heri, lo kan OSIS publik speaking lo udah bagus lo kebagian presentasi buat besok. Gimana adil kan?." Jelas Haura.

"Setuju!, kan jadi semuanya kebagian tugas." Jawab Ranti.

" ini nih, yang namanya kelompok. Kita nyelesainnya bareng-bareng bukan cuma sebagian." Ucap Mega.

Bima, Heri dan Genta pun menghela nafas pasrah dan langsung mengerjakan tugasnya.

ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang