Setelah sarapan kami berangkat bersama. Aku ke tempat kerja dan Jaemin ke kampus. Ah mana mungkin lupa jika aku tidak kerja part time tapi kerja full time. Pagi hingga sore di sebuah resort perbelanjaan, dan sore hingga malam di caffe.
Papa mungkin sudah memutuskan untuk membiayai kuliahku bersama Jaemin, tapi aku menolak dengan alasan sudah malas belajar. Kenyataan nya aku masih sangat ingin kuliah.
Tapi keinginanku untuk bisa mandiri, bekerja dan sukses untuk membalas budi baik mereka mengalahkan keinginan yang lain. Sudah, sudah cukup aku merepotkan orang lain. Jangan lagi.
Aira Chan juga bisa hidup sendiri.
"Kau selesai jam berapa? Biar ku jemput"
Jaemin membukakan helm ku setelah kami turun. Padahal aku bisa membuka nya sendiri .
"Tidak perlu, kau tau kan jarak resort ini dengan caffe tidak se jauh itu. Hari ini jangan kemana kemana. Jangan melewatkan kelas apapun. Tidak boleh membolos juga"
"Aish, kenapa kau sama saja dengan mama. Iya iya. Tapi setelah dari caffe jangan kemana mana. Aku akan kesana"
Aku mengangguk. Kemudian melambai pada Jaemin yang tengah tersenyum cerah.
"Aira, tumben sekali terlambat" Herin menyapa ku lembut dengan lesung pipi nya yang manis.
Gadis itu ramah sekali."Yah begitulah"
aku menjawab sekena nya.
"Oh baiklah. Ayo cepat ganti baju. Jika ketahuan manager kau bisa dapat masalah"
Aku mengangguk, mengikuti saran Herin untuk segera berganti baju.
"Noona Aira"
Panggilan itu menghentikan langkahku, aku menengok kemudian memicingkan mata, bingung karena mendapati Mark ada di sana.
Laki laki itu mendatangiku dengan senyum canggung. Alis nya yang khas membuatku sedikit ingin tertawa. Aku tidak berbohong, expresi nya sangat lucu.
"Ada apa?"
Mark masih bisu, laki laki keturunan Kanada Korea itu terlihat mengambil sesuatu dari saku nya. Sebuah kotak kecil seperti kado yang imut.
"Apa itu?"
Tanyaku ketika ia menyerahkan kotak itu padaku.
"For Herin. Can you give it for her?"
Aku tersenyum. Love relationship rupanya. Kukira apa.
"Iya. Kau menyukai nya ya? Kenapa tidak kau berikan saja sendiri?"
"Memang seharus nya begitu. But you know what I mean. Aku tidak seberani itu"
Aku mengangguk, kemudian menerima kotak dari Mark.
"Baiklah. Akan kuberikan nanti"
Mark tersenyum lega.
"Okey, thank you""No problem. That what friends are for"
Buat pemanis. Nih pict nya bule segrek.Buat info kalo mereka berdua bener bener deket sejak masih sekolah. Entah karena di skandalin atau emang bener bener ada feel gue ga mau mikir jauh.
Thanks for reading my freak story :'v
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason
Teen FictionTeruntuk kamu, pemilik senyum paling indah yang pernah kulihat, pemilik tatapan paling hangat yang paling kurindukan, dan seseorang satu satu nya yang memiliki hatiku.