VI

40 3 1
                                    


* Author POV *

*

*


Air hangat ini menenangkan saraf-saraf Kate yang tegang. Sedari tadi dia diam dan membiarkan tubuhnya di gosok dengan spons. Walaupun luka-luka di tubuhnya masih terasa tapi Kate hanya diamPikirannya berkelana kesana kemari. 

"Apa maksud dari semua ini?" Kate bertanya dalam hati. 

"Mengapa aku diperlakukan seperti ini?" lanjutnya.

"Silahkan berdiri nona, kami akan mengeringkan tubuhmu" Rossa berkata.

Kate berdiri dengan enggan dari bathtub. Tak lama ia berdiri Jane mencabut sumbat saluran air dan membereskan alat-alat mandi. Kate sudah melangkah keluar dari bathtub dan berjalan mengikuti Rossa menuju kamar.

Ia hanya duduk di kursi meja rias sementara dua pelayan perempuan ini menyiapkan baju. Ia lelah dan hanya ingin segera beristirahat pikirnya setelah acara mandi ini selesai. Rossa sudah siap dengan baju Kate. 

"Aku akan memakai bajuku sendiri" ucap Kate sambil berdiri dengan tubuh yang masih terbalut handuk. Rossa dan Jane mundur untuk memberikan Kate ruang.

Dengan susah payah menahan handuk nya agar tidak terlepas dari kepitan, Kate berusaha meloloskan salah satu tangannya pada lengan baju namun ia meringis karena sakitnya masih sangat terasa. Air hangat tidak begitu membantu rupanya.

Rossa dan Jane bergerak maju hendak membantu, namun kepala Kate menggeleng tanda ia masih ingin berusaha sendiri. Mereka kembali diam sambil tetap memperhatikan Kate. Pencobaan kedua, dan Kate masih berusaha dengan susah payah. 

Fokus Kate berubah karena usahanya mengenakan baju sambil menahan rasa sakit. Kepitan di ketiak nya tanpa ia sadari mengendur yang mengakibatkan handuk sukses meluncur turun ke lantai. Belum lepas rasa terkejut nya pintu kamar dibuka seketika oleh pria arogan tampan dalam balutan sweater  hitam rajut yang sangat pas membalut tubuh kekarnya.

"Aaaaaaaaa......" Kate berteriak memekakkan telinga sambil melempar baju dengan asal kearah pintu dan sukses mendarat di kepala Leonne. 

"Sialan..." Leonne berucap dalam hati, pemandangan ini sukses menaikkan hasrat purba yang sudah lama ia kubur. Semenjak Lucy pergi.

Kate berusaha menutupi tubuhnya dengan tangan yang saling silang tak karuan, namun sebagian besar tubuhnya tetap terekspos. Ia lupa pada handuk yang ada di kakinya. 

"Keluar kau pria mesum keparat...." matanya menatap Leonne marah. 

"Pergiiiiiiiiii......." lanjut Kate sambil tetap berteriak. Rossa dan Jane menutup kedua telinga mereka.

Yang ditatap hanya memberikan senyum miring sambil menurunkan baju yang tadi mendarat di kepalanya. Leonne tidak memedulikan teriakan Kate dengan tetap berjalan pelan ke arah Kate. Tangannya melambai tepat di depan muka dua pelayannya untuk mengusir mereka pergi.

"No no no...dont leave me please...please dont.." Kate berkata panik pada Rossa dan Jane yang sudah balik badan hendak pergi namun mereka tetap berjalan keluar kamar dan menutup pintu seolah permintaan Kate tidak berarti. Siapakah mereka berani melawan perintah Tuan nya.

Leonne masih memandang Kate dengan diam, seolah menaksir nilai tubuh Kate yang masih terbuka. "Bajingan.." teriak Kate dalam hati.

Air mata Kate turun diiringi isak yang muncul kemudian. Dirinya merasa dipermalukan, namun tangannya tetap berusaha menutupi sisa-sisa harga dirinya. 

"Berisik sekali.." Dengus Leonne pelan, ia mengambil handuk yang sedari tadi jatuh namun pandangannya terpaku pada kaki Kate yang mulus dan jenjang. Cepat-cepat ia berdiri sambil memalingkan wajah dan memberikan Kate handuk. 

"Duduklah" perintah Leonne pada Kate yang mulai membungkus tubuhnya yang mulai kedinginan.

Kate duduk di tepi kasur berukuran queen size yang dilapisi seprai biru muda berenda sementara Leonne mengambil posisi duduk pada kursi membaca tidak jauh dari jendela.

"Kau ingin bebas?" tanya Leonne tiba-tiba. Kate mengangguk pelan.

"Aku akan membebaskan mu..." jawab Leonne. Kate mulai bernafas lega.

"Setelah kau menyelesaikan tugas yang kuberikan..." tambah Leonne lagi. 

Kate mendengus kesal karena ia tahu kebebasan bukanlah sesuatu yang mudah ia dapatkan setelah dirinya babak belur dan dipermalukan seperti ini. Pasti ada sesuatu.

"Apa?" tanya Kate judes. Ia sudah tidak perduli lagi.

"Kau hanya perlu menjadi istriku..." jawab Leonne.

Kate bingung, dahi nya berkerut dalam karena berpikir keras. Tapi..

"Aku tidak mau" tolak Kate berani.

"Aku masih memiliki kantong sampah ekstra" jawab Leonne dingin yang sukses membuat Kate mengkeret. 

Kate takut tenggelam apalagi di tenggelam kan. Trauma masa kecil yang masih menghantui nya sampai sekarang. Kate hendak berbicara lagi tapi Leonne sudah berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.

"Jangan melakukan hal bodoh" Leonne berkata sebelum pintu tertutup meninggalkan Kate sendirian.

.

.


^o^ maapkeun judul tiap bab nya aku ganti karena kok puyeng yaaa lama-lamaaa.....hahaha

^o^ ceritanya di part ini belum bisa banyak ya..karena aku cibuk tapi kok ya sok sok-an mau nulis..

^o^ kalian gak bole bosen yaaa bacanya...pokonya gak boleeeee...

^o^ yang vote dan komen aku kirimin sun jauh pake gojek...wkwkwkwkwk







You are mineWhere stories live. Discover now