Dua

50.4K 914 3
                                    

Listya tidak pernah berharap untuk menjadi simpanan seorang pengusaha muda dan kaya. Tapi ia juga merasa beruntung karena jatuh ke tangan seorang Artha Veloga. Saat itu Listya sedang terdesak dan membutuhkan sejumlah uang untuk membayar biaya bulanan Miki yang sudah menunggak selama lima bulan. Gajinya sebagai kasir tidak mencukupi karena dipotong sebagai pembayaran hutang yang diambilnya diawal. Listya merasa putus asa saat datang ke tempat hiburan malam dan berniat untuk menjual diri.

Pemilik tempat itu bersedia untuk mempekerjakannya. Artha Veloga adalah pelanggannya yang pertama. Lelaki tampan yang membuat Listya sempat berharap bisa memberinya sedikit kebaikan.

“Ke mana saja kamu selama ini, Listya?”

Kalimat itu adalah satu-satunya kalimat yang meluncur dari bibir Artha saat Artha hendak mengambil mahkotanya sementara Listya sudah gemetar ketakutan di bawah kungkungan lengan lelaki itu. Malam yang seharusnya membuat Listya kehilangan mahkotanya, menjadi malam di mana Listya ditebus oleh Artha dan dijadikan simpanan oleh lelaki itu.

Setidaknya, Listya hanya melayani satu lelaki, bukannya melacur untuk banyak lelaki di luar sana seandainya ia tak ditebus oleh Artha. Penebusan itu membuat Listya menjadi milik Artha tanpa persetujuan tertulis.

“Panggil nama saya, Tya.”

Listya memandang lelaki yang juga sedang menatapnya. Lelaki itu berkeringat. Leher hingga telinganya memerah. Rambut yang terjatuh di dahinya membuatnya tampak semakin liar. Listya terengah tiap kali lelaki itu menyentuh titik terdalam pada dirinya.

“Mas Artha,”

Artha menyatukan bibir mereka. Tidak pernah puas mencicipi delima alami bertekstur lembut milik Listya. Artha tidak tahu ke mana saja Listya selama ini hingga baru ditemukan olehnya. Tidak, ia tak pernah mengenal atau bertemu Listya sebelumnya. Pertemuan pertama mereka adalah saat ia menyewa salah satu wanita malam untuk menghangatkan ranjangnya. Tahu bahwa wanita yang disewanya adalah seorang gadis muda yang ketakutan dan masih perawan, membuat Artha bertanya-tanya akan hal itu. Ke mana saja Listya selama ini?

Bagian tubuh Listya yang terbaik mencengkram Artha tanpa belas kasih, mengantarkannya menuju kepuasan yang membuat tubuhnya bergetar hebat. Listya segera menarik selimut begitu percintaan mereka dirasanya selesai. Artha sendiri tengah melepas alat pengamannya dan membuangnya ke tong sampah. Ia memakai kembali celananya baru berbalik menghadap Listya yang menenggelamkan tubuh sebatas leher di dalam selimut.

“Kamu bisa berdiri?”

Listya mengangguk ragu, “Kalau cuma mau masak, bisa....”

Artha berjalan ke arah Listya. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mencondongkan tubuh ke arah gadis itu. Disapukannya bibirnya di atas bibir Listya selama beberapa detik.

“Saya sudah melihat semuanya, kamu tidak perlu sembunyi di balik selimut lagi.”

Wajah Listya bersemu. Ia tak bisa. Ia selalu merasa malu tiap kali bertelanjang di depan Artha. Mau bagaimana pun, Artha adalah lelaki asing. Walau mereka kerap kali menghabiskan malam bersama, Listya tetap merasa canggung. Tak seperti Artha yang tak malu-malu menunjukkan ketelanjangannya di depan Listya.

“Baju kamu tidak bisa dipakai, kamu bisa pakai baju saya. Atau...,” Artha menatap gadis itu intens, “telanjang. Saya akan senang kalau kamu telanjang di depan saya.”

Listya menggeleng cepat, “Aku pakai baju Mas aja. Tapi Mas ... keluar dulu.”

Untunglah Artha tidak mendebat permintaan Listya. Lelaki itu keluar dari kamar dengan langkah tenangnya yang biasa. Listya melirik jam di atas nakas. Pukul sepuluh. Makan malam sudah sangat lewat. Terlalu lama Artha menghabiskan waktu di tempat tidur dengannya. Listya harap Artha sudah merasa puas dan membiarkannya tidur selepas ia memasak makan malam yang terlambat.

SLAVE || KaryaKarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang