PART 1

612 4 0
                                    

Mulailah aku terbenam dalam rencana-rencana yang kurangkai rapi dalam otakku, meski hari ini baru berbentuk sebuah khayalan , namun aku yakin suatu saat khayal ini akan menjelma menjadi raksasa yang berbentuk kenyataan.

Yu, cobalah cari kerja, honor di kantor mungkin?

Gajinya kecil min, waktuku habis seharian utuk bekerja.

Apa salahnya toh yu, dari pada kamu sibuk merenung saja dirumah?

Bagus tho min, aku bisa banyak berfikir untuk masa depanku?

Yu, aku ini sahabatmu tho?

Lha? Kok omonganmu gitu min? Ya iyalah kamu itu sahabat terbaikku, bahkan disaat ayah dan ibuku lupa kalau masih ada aku, hanya kamulah yang ada untukku.

Ya, kalau aku sahabatmu mestinya kamu dengarkan kata-kataku?

Min aku bukannya gak dengarkan kata-katamu, Cuma aku takut kalau aku bekerja aku terlena dan melupakan mimpi besarku.

Yu, bukan mimpi besar namanya kalau begitu cepat terlupakan

Jadi aku harus kerja dimana min?

Kamukan sarjana, kenapa tidak mendaftar di kantoran?

Jurusan Ekonomi sudah menjamur min pasti banyak sainganya

Ayu, cobalah dulu, jangan mendahuli yang kauasa

Iya min, minggu depan temani aku ya?

Sippp........

Mina adalah sahabatku, semua rasa sedih, bahagia dan gundah selalu kusandarkan padanya, bahkan disaat kami sudah sama-sama menikah, persahabatan kami tidak merenggang sedikitpun, bahkan sekarang suami kami juga bersahabat, hanya pada minalah aku bisa menangis, hanya pada mina aku mampu menitikkan air mata, di depan yanto suamikupun aku tidak ingin menangis, bersedih apalagi berputus asa.

Lima bulan sudah sejak pernikahan kami, belum juga ada tanda-tanda aku hamil, sementara pekerjaan yang secara intens ku kejar selama 2 bulan inipun tidak membuahkan hasil. Yanto semakin terlihat kurus dan kucel, cobaan datang pada rumah tangga kami yang baru seumur jagung, hari ini tak ada beras dan uangpun hanya bisa untuk membeli 1 buah mie instan. Dengan cinta kami telan mie instan yang sudah dibagi menjadi 2 mangkok. Ada butir air yang menyesak keluar dari sudut mataku, tapi aku tidak ingin menambah beban yanto dengan menitikkanya, aku tak boleh rapuh, kami harus bangkit dan menepis rasa rendah diri yang bersemayam dihati,tapi bagaimana caranya?

Yu,

Ya bang?

Apa ayu menyesal hidup dengan pria yang hanya bisa membagi penderitaan dengan istrinya?

Tidak, sama sekali tidak ada penyesalan bang, abang?

Aku justru bersyukur memilikimu yu

Hm..... abang gombal?

Memang hanya gombalan yang abang punya saat ini yu.

Jangan berputus asa bang, hidup itu seperti roda, dan sekarang kita sedang berada di bawah, bersiaplah bang mungkin sebentar lagi kita akan bergerak keatas.

Jangan mimpi yu, abang jadi sedih mendengarnya.

Tidak, aku akan terus bermimpi bang, sampai kelak kenyataan itu akan membangunkanku.

Hanya saat-saat yanto dirumah aku bisa melupakan semua ambisi dan kebencianku, tapi hanya lepas magrip hingga pagi yanto ada disisiku lainya yanto sibuk bekerja. Dan aku hanya memupuk rasa sakit dihatiku, mereka yang berkaitan erat denganku seolah-olah hidup di dunia lain, dimana dunia yang berbeda dan tak terjangkau olehku. Dan hari ini aku kedatangan mina, aku senang.

Kedatangan mina membawa sedikit pencerahan bagiku, masih terdengar saran mina “yu kenapa tidak jadi penulis saja” mulailah kuambil pena dan kertas lalu menulis berepa paragraf

” Sebagai seorang anak tunggal tidak mungkin rasanya membiarkan ayah dan ibuku hidup berdua saja sementara aku berbaur dengan kearamaian kota, sedangkan untuk mengajak mereka hijrah kekota juga tidak mungkin karena hidup di kampung dalam rumah peninggklan nenek adalah seperti bercampur dengan dengan darah ditubuh mereka”

Namun aku bingung apa lagi yang kutulis, dan akhirnya tulisanku berahkir di sudut ruangan, mungkin aku tidak berbakat menulis, orang sepertiku mungkin ditakdirkan untuk berhayal saja, tapi tidak aku tidak boleh berputus asa, aku harus berfikir dan mencari objek yang akan ku tulis, tapi apa? Siapa?

Ya, aku harus memulai mencarinya dengan kata siapa? Ayah? Akh... tidak ada yang istimewa dari pria tua itu selain kepiawaianya menelantarkan anak. Ibunda? Ibunda terlalu polos untuk mengukir cerita menarik. Lalu kakak dan adik-adikku? Aku tidak kenal mereka secara pribadi sama seperti mereka yang tidak pernah menganggapku benar-benar ada

Aku masih berfikir dan berfikir, bahkan setelah 1tahun, setiap tulisan yang kutulis selalu saja berakhir di tong sampah, yanto pun semakin pusing dengan ekonomi keluarga kami dan semakin pusing melihatku uring-uringan dengan kertas yang selalu saja kuremas.

Yu..

Apa bang?

Udah dulu nulisnya, sini cerita-cerita sama abang?

Ntar ya bang, ntar ilang ni ide dalam kepalaku.

Udah, ntar juga tu kertas kamu buang.

Habis..........................!!!

Sini sayang, abang ajarkan.

Huh.. abang tau apa?

Abang punya sebuah kisah tentang nenek.

Nenek?

Iya nenek.

Nenek jasma mah udah tua bang, mana ada kisah menariknya, selain nenek lupa kalau ternyata udah pipis dalam celana, hanya itu yang terdengar lucu bang? lagian nenekkan udah meninggal, takut ah...

Bukan nenek jasma, tapi nenek halima

Tetap aja udah tua.

Nenek toh juga pernah muda yu?

Iya ya bang...ayo bang mulai ceritanya,

Siapkan pena dan kertas dulu yu

Gak usah, ntar juga ingat

Oke cintaku, nenek halima lahir kira-kira tahun 53

gadis yang terluka "episode anak terbuang"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang