8

0 0 0
                                    

"Aku dimana ? Ayah.. Ibu.. Kakak.. Nafisah.. Aku dimana ? Kenapa semuanya menghilang"

     Aku berjalan menyusuri jalan ini. Ku lihat samar-samar bayangan seseorang, berdiri di depan pintu besar berukirkan Asma Allah.
Aku terus berjalan mendekat. Terlihat semakin jelas bayangan itu. Ku kenali ia.

"Ra Alf" teriakku bahagia

     Aku berlari sekencang dan sekuat tenaga, tetapi ia terus dan terus menjauh.

"Ra Alf.. Ra Alf" teriakku.

     Ia seolah tak peduli denganku yang jatuh bangun mengejarnya.
Ku terduduk, sungguh sakit yang kurasa. Orang yang ku sayang, membiarkanku terjatuh karena ia.

'Ya Allah, apa maksud dari semua ini ?'

     Sebuah uluran tangan membantuku berdiri, yang tadinya ku fikir itu Ra Alf, ternyata bukan, melainkan sahabatku Nafisah.
Genggaman tangan itu seolah memberiku kekuatan untuk menghadapi ini semua.
Ku terperanjat dan terbangun. Dan Nafisah yang setia menemaniku dengan cepat memelukku.

"Alhamdulillah Mahbubah, akhirnya kamu sadar juga" kata Nafisah yang memelukku erat.
"Makasih Nafisah kamu selalu ada untukku, kamu segalanya untukku. Kamu sabahatku, kamu semangatku. Kini aku sadar, ini jawaban atas semua doaku. Tadi aku bermimpi melihat Ra Alf, saat ku hampiri, ia justru menjauh. Dan saat aku terjatuh, uluran tanganmu yang ada untukku" kataku dalam pelukan Nafisah.
"Aku sudah ikhlas dengan semua rencana Allah untukku. Aku yakin ini semua terbaik untukku dan untuk Ra Alf" kataku yang masih dalam pelukan Nafisah.

     Pelukan ini seolah memberiku kekuatan yang sangat besar untuk menghadapi ini semua. Santriwati yang menyaksikan turut terharu.

Pengumuman dari Ustadzah melepaskan pelukan kami.

"Semua santri harap berkumpul di Aula sekarang juga".

Aku, Nafisah dan seluruh santri bergegas menuju Aula.

Cinta Tak Harus MemilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang