"Rain, kamarnya ngga ada yang sebesar kamar kita?" tanya Syifa sibuk memperhatikan sekelilingnya. Batin Syifa, untung saja kembarannya cukup elite dalam memilib Boarding School ini. Satu kamar untuk 3 santri dan lumayan mewah. Ya gimana ngga mewah, liburannya aja ke Aussie dan Saudi Arab. Ck, beruntung sekali Raina ini. Sedangkan Rasyifa liburan melihat pulau Bali dan sekitarnya.
"Ngga ada Fa, ini aja udah yang paling bagus. Udah, banyakin bersyukur biar hidupnya ngga melulu minta yang mewah," jawab Raina yang tengah memasukan pakaian adiknya ke dalam lemari.
"Fa, ini baju kamu baru semua?"
"Iya, Abi yang packing. Katanya baju gue ga pantes buat dimasukin ke lemari pondok jadi beli yang kaya gitu tu, model emak-emak,"
"Lagian kamu juga beli pakaian ketat gitu, itu namanya berpakaian tapi telanjang!" cerca Raina.
"Nih, setrika. Dipakai besok!" lanjutnya sembari melempar sepasang seragam pada Rasyifa yang kini berbaring santai.
"Ck, punya kembaran kok gak punya ati!" keluh Rasyifa.
"Aku ngga denger kamu ngomong apa,"
"Terserah!!!"
***
Sambut senja membuat si gadis tersenyum senang, hal baru tengah menghamparkan permadaninya untuk sang gadis. Lembaran baru tengah menuliskan takdirnya dengan tangannya sendiri, dan kisah baru tengah menantinya menyambut genggamannya.
Sayup rintik hujan menyambut Adzan maghrib. Sang gadis bergegas mengambil air wudhu bersama kembarannya.
"Whoaa rame banget! Gila gila!,"
"Ganti "whoa-nya" jadi Subhanallah Fa,"
"Emang kenapa, biar lebih islami gitu?"
"Bukan itu Fa, semuanya terjadi kan karena kehendak Allah,"
"Oke-oke gue coba,"
"Nah gitu dong..."
Antrian berwudhu sudah seperti kereta MRT, panjangnya. Salah satu hikmah belajar di Ma'had adalah ini, tidak akan ditemukan di sekolah umum antrian wudhu, mengambil makan, setoran hafalan dll dan tentunya ini mengajarkan apa sejatinya itu sabar.
Sabar memang tiada batasan, namun tidak dapat di terapkan dalam jiwa sang gadis. Bukan karena alasan, santri dengan pakaian ketat seperti dirinya ketika di sekolah umum tiba-tiba mengambil jatah antriannya. Sontak menyulut emosi Syifa yang sudah rela mengantri begitu panjang, bahkan Raina sudah lebih dulu melangkah ke masjid.
"Heh! Cebong! Antri dong!!"
Wanita yang diketahui namanya Zahira ini langsung tersinggung karena baru kali ini ada yang berani memanggilnya cebong dihadapan santri wanita yang selama ini takut padanya.
"Terserah aku dong! Mereka aja ngga protes, dan kamu yang santri baru malah protes," jawab Zahira enteng menatap Rasyifa garang.
"Lo nantangin gue! Budayakan antri dong! Bukannya santri dilatih disiplin. Gue yang baru disini aja rela ngantri, dan lo yang mungkin udah dari lair disini sama sekali ngga mencerminkan santri, malah mencerminkan anak jalanan ck. Kasian amat hidup lo" kekeh Syifa tanpa takut.
Beberapa santri saling berbisik, mereka yakin akan ada adu mulut yang spetakuler dan membuat sejarah baru.
"Maksud lo apa ha! Belagu!! Dan omongan lo kaya anak ngga punya ibu!!" jawab Zahira lebih menantang.
Byurr.
Rasyifa menyiram se ember air yang ada disampingnya. Baginya siapapun yang membawa Umminya dalam hal apapun maka tak segan untuk dipermalukan di depan umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasyifa
SpiritualTak ada deskripsi. Itulah aku. Sepi hanya itu yang menggambarkan tentang aku.