Part 04

9 2 0
                                    

Mila POV

Setelah kepulangan ku dari caffe sore tadi. Tak sekalipun aku pergi keluar kamar. Tugas Matematika dan Sejarah pun, ku biarkan terbengkalai. Entah bagaimana nasib ku besok pagi, yang pastinya akan menerima ocehan dari pak Raly dan bu Fitri, kedua guru killer itu. Aku tak perduli. Mood ku benar-benar hancur hari ini. Yang membuat mood ku hancur bukanlah pertanyaan-pertanyaan dari mamih dan Andra, melainkan ada sebab lain.

Flashback On

"Oiya Mil. Tumbenan lo, minta jemput gue, emang si Lucas kemana ?."
Tanya Andra sambil mengaduk jus apelnya. Sontak akupun terbatuk.
pertanyaan yang di lontarkan oleh Andra, seperti menohok itu. Hampir saja, aku mengeluarkan kembali jus alpukat yang baru saja ku minum dan belum sempat di telan. Tapi sialnya, jus itu malah menodai pakaian yang ku kenakan.
"Eumm, gue ketoilet dulu Ndra. Kotor nih, baju gue. Entar gue balik lagi."
"Elaaahh, gak terlalu kotor juga Mil. Bersihin di sini juga bisa."
"Bawel lo. Udeh ah. Bye."

Aku memandang kosong kearah parkiran.Pertanyaan yang Andra lontarkan pun, tak ku gubris, namun ku dengar. Dapat ku dengar decakan Andra yang tak ku hiraukan.
Hingga netra ku tak sengaja melihat Lucas. Aku melihatnya ketika ia masih berada di parkiran, dan hendak menuju kedalam caffe??. Ia bersama wanita. Sangat cantik. Sesekali mereka tertawa riang. Posisi ku dan Andra di caffe bagian luar. Oleh sebab itu, aku dapat melihat dua sejoli itu. Sebelum mereka benar-benar lalu di hadapan ku, buru-buru aku mencari alasan agar dapat menghindar dan tidak BERTEMU MANTAN. Pada saat yang bersamaan pula, jus alpukat yang ku minum menodai pakaian yang ku kenakan. Kesempatan itu kugunakan sebagai alasan untuk menghindari mereka.

FlashBack off

------------------------------------

Aku mengusap wajahku gusar. Lalu menutupinya menggunkan bantal.
Tok.. Tok.. Tok..
Krieeeet...
Terdengar ketukan kasar dari pintu kamarku. Aku tak meggubrisnya. Hingga pintu itu berderit, menandakan seseorang telah memasuki kamarku tanpa persetujuan dari, diriku sendiri.
"Woii. Kak Mila. Bangun!! Tidur mulu Lo. Mamih ngajak makan malem noh. "
"iiiih. Apaan sih Lo. Ganggu aja. Dasar, adek Laknat." Ucapku ketus, sambil membanting bantal sembarang, lalu mengubah posisiku menjadi duduk.
"Kalo gue laknat. Berarti Lo juga."
"Tapi gue gak selaknat lo."
"Tapi kan sama aj--"
Mega, sang Mama dari kedua gadis itu nampaknya mendengar pertikaian hal yang tidak penting antara kedua putrinya. Iapun berjalan gontai menuju kamar Mila anak sulungnya.
"Heh kalian. Bagus yaa, orangtua nungguin daritadi kalian malah asyik berantem." Gertak sang Mama sambil berkacak pinggang menahan kesal.

Joget kali ah, Asyiik.

"Lanjut berantem, atau Mamih POTONG UANG JAJAN KALIAN."
"Hah?. Kita gak berantem kok Mih, cuma lagi beradu akting aja. Iya kan Lis?." ucap sang kakak seraya melotot kearah Alisa adiknya.
"Eh? I--Iya Mih. Soalnya kita mao ikut Casting minggu depan. Jadi kita latihan adegan berantem.Ehehehe." Dalih Alisa dengan tawa hambarnya.
"Halah. Boro-boro Casting, liat muka kalian saja sutradaranya sudah nolak diikuti casting oleh kalian. Sudah Cepet turun Papih sudah nunggu daritadi."
"Tapi uang jajan, gak dipotong kan Mih? " Mila memastikan, sambil memasang Puppy Eyesnya.
"Tetep mamih potonglah. Tadi kan kalian bohong sama Mamih."
"Mami iiiih."

----------------------------------

Senin pagi. Hari yang tidak disukai sebagian siswa atau siswi. Entah apa alasanya. Begitupun denganku sendri, akupun sangat malas jika senin datang begitu cepat. Huh.
Jam menunjukan pukul 06.30 pagi.
Saat itu aku sudah tiba Disekolah dikarenakan ada piket kelas. Usai piket kelas, akupun menuju kantin seorang diri, sebab para SahabatKu masih belum tiba disekolah sepagi ini.

"Bukde, bubur ayamnya satu yak. Sama teh manis angetnya."
"Ashiaaaappp."
Sambil menunggu pesanan bubur ayamku tiba, akupun menyibukan diri dengan berselancar didunia Oranye ku sambil mendengarkan music, melalui erphone. Dengan lagu berjudul Jomblo Hina yang dipopulerkan oleh SMVLL.
"Neng. Nih buburnya."
"Eh. Thanks ya bukde."
"wokee."Balas bukde tersebut bersemangat.
Uap masih mengepul dari teh manis hangatku. Begitupun dengan bubur ayam yang baru saja hendak ku santap. Tetapi, suara seseorang yang begitu familiar menggagalkan niatku itu.
"Ck. Sendirian aja lo kak?. Kek kita donk, pagi-pagi udah gandengan. gandengan lo mana? Haha. "
Ku alihkan pandanganku kearah sumber suara, dengan raut wajah kesal. Aku mengenal suara cempreng macam kaleng sarden karatan itu. Yah, suara adikku Alisa.
"Bacot lo dek. Pergi sono!! Ganggu ae. Oiye, jangan pacaran mulu lo. Gue aduin Mamih Papih entar. Lo juga Gi, bukanya belajar yang serius, malah ngajak adek gue jalan mulu."
"Eh?." Yogi terkesiap.
"Pergi yuk yank. Males ngomong sama JOMBLO mah, ngegas mulu idupnya." Pasangan ABeGe labil itupun melenggang pergi diiringi tawa setiap langkahnya. Jujur. Aku kesal.
"Dasar. Adek durhaka." Gumamku seraya memasukan sendok bubur kedalam mulutku. Yang pada akhirnya, gagal kembali.

Jomblo[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang