Part 8

5 0 0
                                    

"Gue bingung Ndra. Gue gak enak ama si Sitik juga Mamih Papih." Ungkap Mila pada Andra, yang sejak tadi menyimak ucapan serta keluh kesah  dan kisah Mila, dari A sampai Z.

"Hmm.."
Mila  sedikit melirik Andra, yang sejak tadi hanya bergumam ria tanpa memberi saran seperti yang ia ucapakan tadi malam.

"Hoi, kamvret. Jangan bengong bae lo. Kasih gue saran atau apapun kek."
Gertak Mila sambil mengerucutkan bibir tipisnya pada akhir kalimat yang ia ucapkan.

"Lah, elo nya juga belom selesai cerita. Entar kalo gue potong ucapan lo, lo nya ngamuk-ngamuk." Sergah Andra.

"Yaudah, sekarang beri gue saran yang baik dan benar. Biar bermanfaat buat diri gue yang malang ini."

"Ekhmm. Jadi nih ya Mil, menurut gue lo bicara baik-baik dulu ama ortu lo. Nah, lo nanya deh tu ke mereka baiknya kek gimana. Gitu."Ucap Andra santuy sambil menyesap luwak white coffe miliknya yang tinggal sedikit.

"Hmm, gitu ya. Entar gue coba ngomong sama mereka deh ya."

Mila melirik jam dinding yang menempel pada dinding ber cat biru muda tersebut.

"Yeess. Akhirnyaaaa, gue bisa nyelesain tugas dari pak Kunto botak." Ucap Mila girang, sambil merenggangkan otot-otot tanganya yang pegal karena terus menerus menulis sejak kepulanganya bersama Andra sore tadi.

"Hmm. kek nya jam segini Mamih ama papih lagi di ruang keluarga deh, Nonton tv. Gue kesana dulu deh, kek nya ini saat yang tepat buat jelasin.  Mumpung si Lisa adek Lucknut lagi jalan bareng Yogi."

***

Mila mendudukan pantat nya diatas karpet empuk di hadapan kedua orangtua nya. Sambil mencari posisi ternyaman, ia memulai pembicaraan.

"Mih, pih. Mila mo jelasin soal Mila ama si Sitik. Pleasee, kasih Mila kesempatan dong. Mamih sama papih kan belum denger jelas penjelasan Mila.  Yaah?"

Ayahnya menoleh, sedang ibunya bangkit menuju dapur.
"Piih,-" Mila mencolek punggung tangan ayah nya. Lalu ia menggantung ucapan nya. Sebab, lebih dulu di potong oleh ibunya yang membawa satu gelas teh sari wangi hangat.
"Pih, diminum dulu teh nya." Tawar ibunya kepada ayahnya. Selagi ayahnya menghirup teh tersebut, ibunya mengerling kearah Mila, seolah-olah mampu berbicara melalui tatapan. "Biar kayak di iklan-iklan gitu. Biar gak jadi marah." Kata ibunya melalui tatapan.

Mila tersenyum tipis,menahan tawa nya. Dan ia baru menyadari, bahwa yang dikatakan ibunya adalah iklan teh sari wangi yang sering muncul di layar tv.

"Ekhm.. Jadi? " Tanya ayah Mila sok misterius, dan membuat leadaan tegang. Sebelum benar-benar berbicara panjang lebar, Mila menghela nafas terlebih dahulu.

"Jadi Piih, Mila ama si Sitik nggak Lesby an. Mila masih normal, begitupun si Sitik. Jadi waktu itu, Mila peluk sitik karena lagi nangis, karena curhat masalah si Lucas piih. Yang Lisa bilang itu, cuma salah faham aja. Lagian, Mila juga udah deket sama cowok lain kok piih. Gak mungkin dong, Mila khianatin doi piih.  Papih percaya kan? Tanya deh, ama di sitik sendiri kalo kurang percaya. Maafin Mila piih, miih."

Ayah dan ibu nya mendengarkan secara seksama. Namun mereka tak menyadari, bahwa Mila telah berbohong pada akhir kalimatnya.
Ayah dan ibunya menghela nafas lega.  Sebab, anak sulungnya masih normal. 

"Yaudah, papih sama mamih maafin.  Tapii--" sebuah seringaian muncul di wajah ayah dan ibunya.  Mereka bertatapan penuh makna. Lalu...,

"Kamu harus bawa cowok baru kamu kerumah besok!!Gak mau tau pokoknya." kata ayah dan ibunya berbarengan.

Mati gue, duuuh.  Gue kan gak punya cowok. Gimana dah. Kalo gue bawa si  Andra. Mereka udah pada tau. Pusing anying pala gue.

"Heh, jangan bengong . Setuju nggak?. Kalo emang punya sih, gak mungkin nolak. Ya kan piih?"

"Iyaaa dong, masak si Lisa mulu yang bawa cowoknya. Sampe bosen papih. " ayahnya menimpali dengan semangat.

"Eh? E.., ehehe. setuju dong mih pih
Hehe. Shiaaap shiaap. Inshaallah Mila bawa. Ehe." Mila menggaruk rambutnya yang tidak terasa gatal.  Lalu ia tertawa hambar.

MAMPUS AING

Jomblo[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang