2

1.1K 148 105
                                    

Seulgi terbangun, badannya sulit bergerak. Seulgi merasakan dekapan seseorang, sedetik kemudian dia tersadar. Seulgi mendongak, menatap wajah kekasihnya yang sedang tersenyum kearahnya.

"Tidurmu nyenyak?" Tanyanya lembut, suaranya menggetarkan jiwa. Bahkan, hanya dengan mendengar suaranya saja, Seulgi makin jatuh cinta pada Irene. Seulgi mengangguk lemah

"Kau lelah?" Tanya Seulgi seraya bangkit, kini Irene yang merebahkan tubuhnya diatas paha Seulgi

"Aku tak melakukan apapun, jadi bagaimana bisa aku lelah?"

"Kau menahan tubuhku sedari tadi, sayang" Irene diam.

"Hey jangan mencoba menyembunyikan wajahmu. Lihatlah, bagaimana bisa kau bersemu saat aku memanggilmu sayang? Kita sudah 2 tahun bersama, Irene" goda Seulgi

"Berhenti menggodaku, Seulgi!" Irene duduk menghadap Seulgi, memperhatikan wajah sang kekasih yang makin lama makin mengurus.

Seulgi memalingkan pandangannya, matanya mencari sesuatu.

"Apa yang kau cari?" Seulgi kembali menatap Irene

"Rokok, dimana rokokku?"

"Berhentilah merokok" Irene mengelus rahang tegas Seulgi. "Berhentilah, rokok hanya akan memperpendek waktumu"

"Tanpa rokok juga aku akan segera mati Hyun."

"Siapa yang mengajarimu berkata seperti itu?!" Pekik Irene

"Irene, umurku sudah 24 tahun. Dan aku mengerti semua yang diucapkan dokter itu" Seulgi sedikit meninggikan nadanya

Irene diam. Membiarkan Seulgi membakar habis emosinya, Irene mengerti, dengan penyakit yang dideritanya sekarang itu membuat mood Seulgi menjadi berantakan.

Setelah beberapa saat, Seulgi akhirnya bisa mengatur nafasnya yang sempat tersenggal karena emosi kembali menguasai dirinya.

"Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu" Seulgi menundukkan kepalanya

"Aku mengerti"

"Terimakasih"

"Untuk apa?"

Seulgi mengangkat pandangannya, menatap lurus wajah kekasihnya

"Terimakasih selalu bersamaku, meski tau keadaanku"

"Harus kukatakan berapa kali? Kau adalah kekasihku. Tak perlu berterimakasih, apapun yang terjadi padamu. Aku akan selalu ada di sampingmu." Irene mengecup pipi Seulgi singkat.

"Sudah diminum obatnya?" Seulgi menggeleng. "bagaimana kau akan sembuh?! Terus saja merokok dan lupakan obatmu, agar kau bisa cepat berpisah denganku!" Kesal Irene.

"Maaf" Seulgi menunduk takut.

"Sudah makan?" Seulgi mengangguk tanpa menatap Irene

"Diam disini." Perintah Irene, lalu bangkit.

Tak lama, Irene kembali dengan nampan yang berisi obat-obatan Seulgi dan segelas air bening

"Minumlah" Irene menyodorkan obat-obatan Seulgi. Seulgi menurut

Setelah selesai Irene mengembalikan obat-obatan itu, palu kembali duduk dilantai bersama Seulgi

"Irene" panggil Seulgi

"Iya?"

"Boleh aku minta sesuatu?"

"Tentu, selama aku bisa menuruti. Akan ku turuti"

Seulgi mengigit bibir bawahnya. Menatap Irene dengan ragu

"Jika suatu saat aku pergi lebih dulu.."

"Itu tak akan terjadi" sanggah Irene cepat

"Dengarkan aku dulu"

"Baiklah"

Seulgi kembali menarik nafas dalam

"Jika nanti aku pergi lebih dulu dibandingkan dirimu, kumohon tetaplah hidup. Tetaplah tersenyum, aku ingin melihat senyummu dari atas sana, tetaplah bahagia meski bahagiamu bukan bersamaku. Percayalah, aku akan sangat bahagia jika melihatmu bahagia. Karena, bahagiaku adalah kamu" Irene menitikkan air mata. Adakah sedikit takdir baik yang menyertai Seulgi? Sekalipun ada, itu hanya dirinya, takdir baik Seulgi hanya saat memiliki Irene

"Tidak, lawan mereka dan mari buat kebahagiaan bersama. Aku berjanji akan membantumu melawan mereka." Ucap mantap Irene

Seulgi tersenyum. Jangan kira Irene tak tau, Irene tau bahwa Seulgi menunjukkan senyum paksaannya. Akhir-akhir ini Seulgi lebih senang menunjukkan senyum palsunya

"Mau berjanji sesuatu?" Tanya Irene

"Apa?"

"Tetaplah hidup" ucap Irene sedikit menggantung. "Berjanjilah tetap hidup, berjanjilah tak akan pergi sebelum aku pergi" lanjut Irene, jejak air mata kini memenuhi pipinya. Irene menunjukkan jari kelingkingnya

Seulgi menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Pinky swear?" Tanya Seulgi bingung, Irene mengangguk menggemaskan seperti anak kecil. Sisa air mata, serta cairan yang keluar dari hidungnya membuatnya terlihat seperti anak kecil yang baru saja merengek meminta mainan.

"A-aku.." ucapan Seulgi terhenti karena Irene memotongnya

"Kumohon, kali ini berjanji dan tepatilah." Rengek Irene, Seulgi menggigit bibir bawahnya ragu.

Dengan tangan yang sedikit bergetar Seulgi mendekatkan jarinya kearah jari Irene. Setelah hanya berjarak kurang dari 1 cm Seulgi kembali menariknya. Irene mengerutkan dahinya

"Kenapa?"

"Aku tak bisa berjanji"

"Kenapa? Apa kau memang berniat meninggalkanku?" Tanya Irene dengan isakkan tertahan

Seulgi panik, melihat Irene yang mulai terisak

"Bukan, bukan seperti itu maksudku." Seulgi mengelus bahu Irene, mencoba menenangkannya. Namun gagal, isakkannya justru semakin keras terdengar

"Irene, aku hanya tak bisa berjanji. Bukan karena aku berniat meninggalkanmu" Irene mulai menatap Seulgi dengan mata yang membengkak

"Kau tau. Maksudku, kau sendiri mengerti bahwa takdir baik tak pernah berpihak padaku." Pandangan Seulgi satu, menatap manik kecoklatan Irene

"Kalaupun ada takdir baik di hidupku, itu adalah kau. Ya walaupun kau tidak sepenuhnya manjadi takdirku. Setidaknya, aku bersyukur kau bisa mencintaiku dengan begitu besarnya"

Bukannya tenang, Irene justru menangis sejadi-jadinya. Dia tak suka mendengar kata-kata itu, ia tau kata-kata itu romantis. Tapi, bukan disaat seperti ini, kata-kata itu justru menjadi sumber kesedihannya sekarang.

Irene memang menyukai hujan, tapi bukan hujan dari matanya. Rasanya untuk bernafas pun dia enggan. Jika bisa, Irene ingin Seulgi membagi rasa sakitnya, Irene ingin terus bersama Seulgi bagaimanapun keadaannya.

"Hey tenanglah" Seulgi mengelus Surai hitam Irene. "Setidaknya, aku akan berjanji akan bersamamu.." Seulgi berhenti, bulunya merinding akibat membayangkan kata yang akan diucapkannya.

"Dalam 6 bulan kedepan." Seulgi menelan salivanya dengan bersusah payah, sial! Mengapa kata-kata itu terasa sangat menyakitkan

Irene diam. Mencerna kata-kata Seulgi, atau sedang memikirkan bagaimana ikut bersama Seulgi? Entahlah, dirinya hanya diam menatap lurus kearah Seulgi, dirinya menarik nafas dan berkata

"Kali ini, biarkan aku ikut."







_____________________________________________

Heeey, Miss me? Hehe. G.

Author lg pulang kampung dongggggggg.

Love me ❤️

Warm greetings

M.

Dancing In The Rain (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang