Memasuki lingkungan baru ternyata tidak serumit yang aku kira, beberapa kali mungkin ada yang menatapku aneh. Tapi tidak apa-apa aku percaya Ciko akan selalu melindungi ku.
"Ko...?" Tanganku menarik-narik ganas siku Ciko yang sedari tadi tangannya tidak mau berhenti memainkan game mobile.
"Hmm.." Ciko berdehem menjawab panggilanku. Sial! Lelaki dengan gamenya!
"Oca... Sebel deh.. Diliatin mulu daritadi" Aku melirik Ciko yang sama sekali tidak didengarkannya, bahkan sepiring siomay lezat dihadapannya tidak disentuh sama sekali.
"Koo... Oca.. BT!" Belum sempat aku mengamuk, gerombolan lelaki sudah memasuki kantin dengan rusuh.
"Eh eh.. Cuy.." Aku melirik malas mereka yang sudah duduk mengelilingiku dan Ciko. 7 anak mungkin ada.
"Cewek baru bro..." Cowok disampingku menyenggol Ciko sambil masih menatapku. Damn!
"Yahh.. Leta gimana.." Yang lain menimpali menambah ribut sebenarnya.
"Adek gua ini.. Kaga usah pada keganjenan dah" Ciko memperingati teman-temannya yang dari tadi dengan semangatnya menggodaku. Melemparkan kacangku yang tergeletak, keseluruh temannya. Benar-benar rusuh, semua anak di kantin pasti sedang melihat ke arah sini. Kerusuhan itu baru berhenti saat salah satu gengnya menawarkan diri untuk sengsara menuruti pesanan temannya. Bodoh.
"Pada mo makan apa kalian.. Gua pesenin" Cowok disampingku berdiri dan me-list semua pesanan cowok-cowok ini.
Aku menghembuskan nafas sesaat setelah rombongan anak tadi sejenak teralihkan akan kehadiranku disini. Sampai pergerakan cowok dihadapanku ini membuatku muak.
"Bening amat neng..." Dengan kurang ajarnya cowok dihadapanku ini menoel-noel pipiku. Mama!
"Cikoo.... Temen kamu" Aku merengek tentu saja. Mereka menakutkan! Jangan salahkan aku.
"Hush... Tan! Jangan digangguin, mati loe ntar sama Aji" Ciko menggeplak tangan cowok yang tadi dengan semangatnya menoel-noel pipiku.
"Pelit amat si lu!?"
"Yah.. Bangsat! Baru diomongin si anjing dateng.." Gerombolan cowok disekitarku tambah ricuh melihat kedatangan Aji yang memasuki kantin.
Huh. Ternyaya seperti ini model anak SMA di Jakarta, tidak buruk sebenarnya akunya saja yang terlalu defensif.
Aji menyingkirkan cowok yang sejak tadi diam saja disampingku, dia tidak mengganggu padahal. Yang sangat mengganggukan yang dihadapanku, kenapa bukan dia saja yang dipindah. Dasar Aji tidak peka. Cowok yang tadi disampingku tanpa pikir panjang langsung pindah sambil membawa mangkok mie dihadapannya.
Aku tidak sadar ternyata pesanan mereka sudah datang. Menghela nafas aku melanjutkan makanku tanpa minat. Andai saja Leta ada disini, pasti aku tidak kelihatan bodoh. Leta dengan semangatnya meminta izin pada Ciko untuk pergi ke ruang osis, ada yang harus diurus katanya.
Aji mengusap kepalaku yang langsung saja membuat tatanan rambutku rusak. Yang aku tidak sadari adalah suasana kantin yang tiba-tiba menjadi hening setelah Aji memasuki kantin ini. Cowok-cowok yang sedari tadi ributpun sudah diam khidmat menyantap makanan mereka masing-masing. Membingungkan.
"Aji! Ngga usah mainin rambut Oca!" Badanku langsung tegak menghalau Aji yang akan membawa kepalaku masuk kedalam ketek baunya. Eeww.
Ciko yang disamping kananku diam saja, tangannya kembali melanjutkan game tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
"Ciko ayo makan.. Ntar keburu bel" Aku menyenggol-nyenggol siku Ciko. Mencoba menghentikan Ciko dengan segala aktivitas gamenya
Ciko yang hanya mengangguk membuatku menggelengkan kepala prihatin. Selalu seperti ini. Aku menarik piring siomay milik Ciko dan mulai menyuapinya. Ciko dengan tidak tahu diri, hanya membuka mulut dan menerima suapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu (Wira Rencaka Aji)
Romance"Aku tau kamu takut.. tapi kamu akan terbiasa" "Aku akan buat kamu terbiasa" Aji. *** Kebebasan yang dinanti, malah membuat Oca mengalami berbagai pengalaman yang sulit untuk dilupakan. Bertemu dengan Aji, sedikit banyak membangkitkan sisi lain yang...