Aku mengelap tawa sesekali
Memalingkan wajah pucat mata sayu
Melirik jeritan-jeritan manusia di seberang sana
Yang mengemban sesuap nasiKawan-kawanku beranjak satu demi satu
Meninggalkan aku yang terjerembab ke dalam pikiran semu
Yang membawaku ingin melepas jerit menuang pilu
Ke dasar abstraksi di siang ituAku bak wanita yang ingin diperhatikan
Oleh sekitar dan orang-orang di balik latar
Khayalan semakin memakan otak kiri dan kanan
Menyisakan dendam setiap aku ingin pulang ke kampung halaman
KAMU SEDANG MEMBACA
MISUH
PoetryRemahan-remahan keputusasaan seorang hamba yang akhirnya menemukan jalannya sendiri agar tidak senantiasa mengutuk Tuhannya.