X

56 5 0
                                    

Gadis itu berada di ruang tamu rumah Safir. Sunyi, hening, sepi, sama aja maknanya ding. Ara memandangi sekelilingnya, rumah yg begitu besar, betema klasik retro.
Munculah bapak tadi dari sebuah kamar yang sepertinya kamar Safir, dan masih berbincang dengan dokter yang dihubungi saat perjalanan pulang.
Dokter itu berjalan meninggalkan rumah dan sempat melirik gadis itu sekilas. Sekarang, di depannya duduklah bapak tadi yg mengaku supir tapi sepertinya bukan supir biasa.

"perkenalkan, saya Ryan Faith Hill, saya supir sekaligus penjaga tuan Safir. Jangan khawatir, tuan Safir baik baik saja hanya kelelahan dan telat makan. Dan terimakasih telah menolong tuan muda. Saya mohon Anda tidak menceritakan kesiapapun tentang kejadian ini. Sebagai gantinya, apapun permintaan Anda akan saya turuti" dengan nada lembut dan tegas bersamaan bapak Ryan menjelaskan.

"Siapa yang khawatir, siapa yang peduli coba" batin gadis itu.

Gadis itu memandangi orang yang di depannya. Postur tubuh bak bodyguard, dengan rambut yang sudah sebagian memutih. Wajahnya bukan orang pribumi. Dengan tegas gadis itu berkata "saya akan meminta langsung dari tuan Anda, saya akan menunggunya sampai bangun".

"baik nona" jawabnya.

"Pak ART dimana ya? Saya haus nih, dari tadi gaada yang nawarin minum, udah dua jam dong lamanya. Tiga setengah jam ditambah sebelum sampai rumah ini gara gara kejadian tadi. Saya juga masih shock lihat mobil nabrak pohon ditambah orang nyambarang malah pingsan pas didepan ada mobil mau nabrak dia. Kalo itu supir ga banting setir gatau saya sama tuan bapak jadi kayak apa sekarang huhuuu" gadis itu berbicara dengan cepat tapi dengan raut wajah yang sangat sulit diartikan. Antara sedih, shock, dan gatau deh.

"ma maaf nona, karena terlalu panik dan khawatir saya sampai lupa menawarkan minum. ART disini cuti 3bulan, dan hanya ada satu ART dirumah ini. Cutinya sudah lama. Meskipun ada atau tidak ada ART tuan sangat sulit untuk makan pada waktu yang tepat" jawab pak Ryan dengan raut wajah sedih.

"cuti model apa smpai 3 bulan pak? " gadis itu menggelengkan kepala.

"hehe, nona mau minum apa? " tanya pak Ryan sembari melihat gadis itu dari atas sampai kaki, karena dia orang asing.

"dimana dapurnya? Temani saya minum teh di dapur sambil ngobrol pak".

"ha? Bi biar saya saja nona yang membuat mi.. "

Gadis itu tak memperdulikan, dan langsung berjalan ke arah gatau kemana.

"paaaak,  dimana dapurnya? Astaga rumah segedeh ini bikin akhoe tersesat" teriak gadis itu.

Tidak tau kenapa pak Ryan malah tersenyum melihat tingkah gadis itu.
"nona belok kiri".

Gadis itu meneguk air mineral di gelas kecil.

"pak, bapak sudah berapa lama kerja disini?" tanyanya sembari membuat teh dan bubur.

Ha? Kok bubur? Ah mungkin dia lapar.

"saya sudah bekerja disini lebih dari 30th, saya ini teman dekat dari ayah tuan Safir" jawabnya sambil melihat gerak gerik gadis itu.

"wah, lama sekali pak. Dan bapak seperti bukan orang pribumi" sambil mengaduk teh.

"ya, saya bekerja sejak tuan mudah belum lahir. Saya orang German dan menikahi wanita dari Jawa. Saya sudah menetap di Indonesia sejak tuan muda mulai balita, saya ditugaskan menjaganya sampai sekarang. Ya begitulah cerita singkatnya" sambil tersenyum. Pak Ryan tidak mengatakan bahwa dia bekerja untuk keluarga yg berasal dari MG. Dan tuan mudanya adalah pewaris tunggal. Keadaan sekarang sangat serius, ada yang ingin menjatuhkan tuan mudanya dari 'pewaris tunggal' yaitu ibu tiri dan saudara tiri tuan mudanya.

"nona, untuk apa Anda membuat bubur?" tanya pak Ryan dengan bingung.

"pak, pertama perkenalkan saya KIRANA SEKAR ANJANI panggil saya ARA, jangan panggil saya nona, dan bisakah bapak tidak terlalu formal? Saya sedikit tidak mampu untuk berbicara formal, saya sangat kaku untuk menggunakan kata 'saya dan anda', terakhir, ini buat tuan muda bapak, katanya telat makan jadi harus makan yang halus. Dengan bahan seadanya yg ada di dapur dan di kulkas. Dan sebenarnya saya ini juga lapar hehe" jawab Ara sembari memberi secangkir teh kepada pak Ryan.  Dan pak Ryan hanya mengangguk dan berterimakasih.

Ara menuju kulkas dan membuang isi didalamnya ke kantung plastik.

"A aapa yang Anda lakukan nona?  Ah maksudku Ara" dengan bingung melihat Ara membuang isi kulkas sampai kulkas tidak ada isinya.

Selesai, Ara membuang isi kulkas, dia mengambil note dan bulpen di atas kulkas, dan menghampiri pak Ryan.

"pak, aku membuangnya karena tidak layak dikonsumsi. Daripada menimbulkan penyakit lebih baik di bersihkan. Sebenarnya sudah berapa lama ART meninggalkan rumah ini untuk cuti? Banyak sekali sayur dan buah yg busuk dan makanan basi didalam sini" Pernyataan dan pertanyaan sekaligus dari Ara.

"benar sudah tidak layak, ART itu sudaha satu bulan pergi cuti" jawabnya sambil melihat Ara menulis di sebuah kertas.

"aku minta tolong bapak belikan yg ada di kertas ini, ini makanan yg membantu memulihkan keadaan tubuh" Ara menyodorkan kertas itu.

Kertas itu dibaca pak Ryan, dan seperti yang dikatakan dokter kepada dirinya untuk memberi tuan mudanya makanan dari bahan di kertas itu. Tapi, bagaimana bisa dia meninggalkan tuan mudanya sendiri dengan orang asing. Ditambah lagi tuan mudanya masih belum sadar.

Melihat gerak gerik pak Ryan, Ara mengerti.
"pak, aku bukan orang jahat atau apalah itu. Ini nomer telpon dan KTPku. Dan ini isi tasku. Aku memang niat menolong, tapi pamrih hehe, aku menunggu tuan bapak untuk meminta sesuatu" sambil menyodorkan sebuah kartu nama dan KTP dan memperlihatkan isi tasnya.

"aku juga akan menjaga tuan muda bapak, bapak tidak perlu khawatir " smbil tersenyum.

"maaf, bukan maksudku tidak mempercayaimu Ara, tapi keadaan saat ini memang sangat berbahaya. Tapi ini juga penting, jadi aku benar benar berharap padamu untuk tidak melakukan apapun yang berbahaya bagi tuan Safir. Aku akan mengunci pintu dari depan, pintu ini juga sudah dilengkapi oleh kata sandi. Dan sudah dirubah kemarin. Apabila ada orang yg datang tolong jangan bersuara. Usahakan rumah ini sunyi. Jarak suara yg terdengar disini adalah ruang tamu dan dapur. Kau mengerti? Apabila tuan sudah bangun tolong suruh dia makan. Aku tau di bubur itu tidak ada racun tapi aku masih belum percaya padamu Ara, maafkan aku. Tapi aku tetap meminta tolong padamu" tutur pak Ryan.

Ara tersenyum, dan mengangkat tangannya lalu hormat. "siap, kapten! Aku akan men-silent hpku, dan merubah ke mode getar. Dan aku akan menaruhnya di saku kemejaku. Tolong misscall nomerku dulu pak, agar apabila ada sesuatu aku juga bisa menghubungi bapak".

Pak Ryan misscall ke nomer Ara, dan segera pergi membeli apa yg dibutuhkan untuk tuan muda yang sangat disayanginya seperti anak sendiri. Dengan perasaan yg sedikit kacau tapi dia percaya bahwa Ara bukan orang jahat. Dirumah ini juga ada cctv tersembunyi dari depan samping dalam dan belakang rumah semua ada.

Sebegitu bahayanya keadaan saat ini? Lalu Ara ini seseorang yang seperti apa?









Haduh gimana nih? Satunya belum sadar, satunya gatau orang yang kek gimana
Σ(O_O;)

Sorry kalau ada typo
tolong tinggalkan jejak ya teman teman (づ ̄ ³ ̄)づ

3 BULAN! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang