Bagian Keenam

19 9 0
                                    

Sepeda Kuning

====================

Ara kesal karena Oktora tidak membantu ia untuk menjalankan rencanya. Tapi, bukan Ara namanya kalau ia menyerah semudah itu. Ia akan tetap menjalankan rencananya. Ia tidak butuh bantuan Oktora, karena tanpa dibantu pun ia bisa melakukannya sendiri.

"Ra, kita makan nasi kuning, yuk. Aku lapar, nih." Ajak Oktora sambil memegangi perutnya.

Ara tidak mempedulikan. Ia terus berbicara dengan Elsa. Membelakangi Oktora yang terus muncul di depannya.

"Ra, ayo dong!"

Ara masih tidak mempedulikan. Masih sibuk berbicara dengan Elsa. Walaupun sebenarnya, tidak ada hal penting yang mereka bicarakan. Hanya saja Ara mencari-cari alasan untuk mengalihkan perhatiannya dari Oktora.

"Jadi, kamu marah soal kemarin?" tanya Oktora menyadari sesuatu. Ia ingat kemarin Ara meminta bantuannya untuk memberikan perlajaran untuk Nova. Tapi ia tolak, karena menurutnya yang dikatakan Nova itu benar. Lagian, Ara juga beruntung karena tidak mendapatkan hukuman dari pak Rahwana. Karena kejadian kemarin memang tidak ada orang yang salah ataupun yang disalahkan. Itu murni kecelakaan. Tapi,Oktora sadar ia tidak mungkin mengatakan begitu kepada Ara. Karena Ara tidak akan mendengarkan perkataannya, Ara termasuk tipe orang yang keras kepala. Susah untuk dinasehati.

"Nah, itu kamu sadar sendiri." ucap Ara kesal. Memasang wajah galaknya.

"Oke deh. Kalau kamu tidak mau, nanti aku pergi sama Nova deh." kata Oktora kebetulan melihat Nova keluar  dari pintu kelas. Ia berjalan menuju tempat bu Lina.

"Sana, silahkan pergi sama dia. Aku tidak peduli." ucap Ara tambah kesal.

"Oke kalau itu mau kamu, aku pergi, ya?" kata Oktora memastikan sekali lagi supaya Ara menahannya. Ia tahu Ara sangat membenci Nova.

"Yakin kamu tidak mau tahan aku?" tamya Oktora sekali lagi. Ia sangat suka melihat wajah Ara kalau lagi marah seperti itu. Ara seperti memiliki dua tanduk merah di kepalanya, matanya juga berubah jadi merah, dan tiba-tiba ia terlihat seperti  orang yang mau memakannya.

"Yakin seratus persen. Puassssss?" Ucap Ara semakin kesal.

Oktora menutup mulutnya sambil sedikit tertawa. Ia tidak peduli Ara marah. Karena dengan begitu ia justru semakin suka mengganggunya.

"Oke deh. Aku pergi sama Nova dulu, ya?" Ucap Oktora lalu membalikkan badannya. Berjalan menuju tempat bu Lina, menghampiri Nova yang sudah duluan menikmati nasi kuning.

Dan Ara duduk di depan kelasnya bersama Elsa. Sebenarnya tadi, ia ingin sekali melempari Oktora dengan sepatunya. Tapi ditahan oleh Elsa. "Ah, nanti kamu tunggu saja waktu mainnya." ucap Ara dalam hati.

***

Ara berdiri di tempat parkir. Mencari-cari sesuatu. Ia sebenarnya masih belum yakin dengan apa yang dicarinya. Tapi, ia terus mencari. Mengingat-ingat kalau dulu ia pernah melihatnya.

"Nah, akhirnya ketemu juga." ucap Ara senang menemukan sesuatu yang dari tadi ia cari. Merelakan waktu istirahatnya demi untuk menemukan ini. Ia memperhatikan sekitarnya, melihat-lihat apakah ada orang atau tidak. Melihat ke kiri-kanan, depan-belakang, dan melihat ke atas pohon siapa tau ada orang disana. Tidak ada. Tidak ada orang yang melihatnya.

Setelah ia sudah yakin betul ia kemudian duduk jongkok. Memegang sesuatu yang sudah ia temukan itu. Dan, ya itu adalah sepeda berwarna kuning. Itu adalah sepeda milik Nova.

Ara memperhatikan sepeda itu. Ia seperti tidak asing dengan sepeda ini. Bukan karena ia pernah melihat Nova memakai sepeda itu. Bukan, bukan itu. Tapi, sepeda itu mengingatkannya pada kebiasaannya masa kecilnya dulu.

SAYAP PATAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang