Bagian Dua puluh

12 8 0
                                    

Cerita yang saling berkaitan

========================

[Beberapa tahun yang lalu]

Sewaktu sekolah dasar, Ara dan Nova adalah teman akrab. Rumah mereka berdua dekat, saling membelakangi. Itu jugalah yang membuat mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama-sama, seperti bermain kelereng, mobil-mobilan, berkemah, menyusun puzzle, bermain kartu, bermain monopoli, dan banyak hal lagi yang sering mereka lakukan bersama-sama.

"Ra, kamu tau tidak, soal pohon yang ada di belakang sekolah kita?" tanya Nova duduk di kursinya yang terletak di dekat jendela.

"Yang itu maksud kamu?" ucap Ara menunjuk keluar jendela kelas. Ia menunjuk sebuah pohon besar yang ada di belakang sekolah.

"Iya."

"Jelas taulah. Itu kan pohon jamblang." jawab Ara mengenai pohon yang sangat ia sukai buahnya.

"Maksud aku bukan itu, Ra. Kalau itu aku juga tau kali, teman-teman yang lain suka memanjat disana dan mengambil buahnya." kata Nova mengingat kebiasaan teman laki-laki di kelas juga seluruh sekolah yang suka mengambil buah berwarna hitam yang bentuknya menyerupai seperti buah anggur.

"Terus maksud kamu apa dong?" tanya Ara tidak mengerti maksud Nova.

"Kamu tau tidak, soal cerita tentang pohon jamblang?" tanya Nova tidak langsung menjawab pertanyaan Ara. Membuat Ara semakin penasaran untuk mendengar ceritanya.

"Hah? Cerita apaan sih maksud kamu?"

"Nah, kamu tau kan sekolah kita dulu ini kuburan?"

Ara mengangguk. Itu adalah cerita klasik. Kenapa begitu? Karena orang-orang di sekitarnya selalu bercerita seperti itu. Dan orang-orang juga bilang, kalau rata-rata bangunan seperti sekolah dan rumah sakit itu dulunya adalah kuburan. Entahlah.

"Katanya, di bawah pohon itu ada satu kuburan yang tersisa. Dan tidak ada satu orang pun yang berani membongkarnya, karena....."

"Karena apa? Kamu berusaha nakut-nakutin aku kan? Iya deh, ngaku aja kamu." ucap Ara mengerti arah pembahasan Nova yang ingin menakut-nakutinya. Karna diantara mereka berdua, Ara-lah yang paling penakut.

"Emang kamu tidak percaya cerita aku?"

"Hahah bukan tidak percaya, tapi emang cerita itu tidak ada Nova. Itu cuma karangan kamu saja buat nakut-nakutin aku." Ara sedikit tertawa, Nova bukan tipe orang yang pandai bercerita dengan mimik wajah yang banyak ekspresinya seperti para pendongeng. Pokoknya akting Nova, tidak bisa meyakinkan dirinya.

"Aku serius, Ra. Kalau kamu tidak percaya, sepulang sekolah nanti, kita pergi ke belakang sekolah buat buktiin kalau omongan aku ini benar." ajak Nova untuk membuktikan tentang omongannya.

"Ah, tidak mau ah. Aku malas Nova. Kamu tau kan bagaimana ibu aku? Ibu selalu menyuruh aku langsung pulang ke rumah setelah dari sekolah. Dan pasti pak Omar menunggu kita." tolak Ara tidak mau mengikuti apa yang dikatakan Nova. Pak Omar langganan becaknya dengan Nova pasti selalu menunggu mereka berdua di depan gerbang sekolah.

"Kalo soal pak Omar, tenang aku bisa atur itu. Aku bisa kasi tau pak Omar untuk menyuruhnya pulang, tidak usah menunggu kita. Terus soal ibu kamu, kan ibu kamu kalo pulang dari kantor biasanya sore, kan? Jadi nggak bakalan ketahuan deh kalo kamu pulang telat. Paling lama kita cuma sejam, kok."

"Apa pentingnya sih, aku ikut ataupun tidak? Lagian di belakang sekolah juga panas banget, belum lagi debu dari tanah yang diangkut mobil truk." kata Ara membayangkan lokasi belakang sekolah yang berdekatan dengan gunung, dan disana ada banyak mobil truk yang mengangkut tanah galian dari gunung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAYAP PATAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang