Bagian penting dari cerita
========================
Hari ini masih sama seperti kemarin, Ara masih marah pada Oktora. Apalagi ketika ia mendapati Oktora dan Dika mengobrol bersama. Membuat ia tambah kesal, merasa kalau mereka berdua lebih memilih Nova daripada dirinya. Teman yang selama ini selalu bersama mereka menghabiskan waktu istirahat dengan bercerita apa saja atau melakukan hal-hal bersama bertiga.
"Ra, kamu kok kesal terus sih daritadi aku perhatikan." ucap Elsa yang duduk di samping kanan Ara bersama Ai yang duduk tepat di depannya. Hari ini mereka bertiga menghabiskan waktu istirahat bersama.
"Emang kelihatan begitu, ya?" tanya Ara bercermin di plastik buku paket yang dipegang Elsa, tapi tidak terlalu jelas. Hanya kelihatan bayang-bayang wajahnya saja.
"Atau kamu masih kesal soal kemarin, Ra?" tebak Ai mengingat cerita Ara kemarin.
"Hemmm...."
"Ra, ada yang mau aku cerita ke kamu, nih. Penting banget, kamu harus tau." potong Dika tiba-tiba duduk di samping kiri Ara.
"Emangnya, kamu mau ngomong apa, Dik?" Ara menatap Dika dengan ekapresi wajah penasaran. Tidak seperti biasanya Dika seperti itu.
"Tapi, kamu harus janji dulu." ucap Dika kemudian.
"Emangnya, apa sih? Kalau soal Nova, aku tidak mau janji. Aku tidak mau mendengar kamu cerita soal itu."
"Janji dulu, dong."
"Apa dulu dong. Kalau kamu tidak mau bilang, ya sudah, aku tidak mau janji apa-apa sama kamu."
"Hemmmm...ayolah, Ra." ucap Dika memaksa Ara untuk melakukan apa yang ia mau.
"Ihh..emang apaan, sih?" tanya Ara sedikit risih. Ia paling tidak suka dibuat penasaran dan dipaksa seperti saat ini yang dilakukan Dika.
"Bilang iya saja." Dika tersenyum menatap Ara. Menunggu jawaban yang ia harapkan keluar dari mulut Ara.
"Tidak mau. Nanti kamu minta yang aneh-aneh."
"Duhh Ara, ternyata kamu memang keras kepala, ya? Susah banget dirayunya."
Ara tidak berkomentar. Ia tetap pada pendiriannya, tidak mau mengalah. Hanya menunggu Dika mengatakan apa yang sebenarnya ingin dikatakan kepadanya.
"Oke deh, Ra. Jadi begini, kamu harus janji kalau kamu tidak boleh marah." Dika mengulangi perkataannya tadi.
"Tergantung, apa dulu? Kalau itu ada hubungannya soal kejadian kemarin. Ya, kamu tau sendirilah bagaimana aku."
"Nah itu, aku mau ajak Oktora dan Nova untuk ikut gabung sama kita disini. Aku mau menceritakan sesuatu yang penting."
"Sesuatu yang penting? Ini ada hubungannya soal kejadian kemarin?"
"Bisa juga dibilang begitu sih, Ra. Tapi ini adalah bagian penting dari cerita tentang manusia jadi-jadian yang pernah aku ceritakan."
"Hah? Apa lagi sih, Dik? Kan orang-orang juga sudah lupa dengan ceritanya, jangan bahas lagi dong. Nanti orang-orang di sekolah ini pada dengar dan......"
"Dan pokoknya kamu harus dengar dulu cerita aku, Ra. Nah janji, ya? Kamu tidak boleh marah kalau aku ajak Nova dan Oktora kesini." potong Dika.
Ara penasaran dengan apa yang akan diceritakan oleh Dika. Itu sebabnya ia mau menyetujui dan berjanji sesuai dengan apa yang dikatakan Dika tadi.
***
Setelah memanggil Nova dan Oktora, mereka duduk berenam. Dan Dika pun memulai ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP PATAH
Fiksi UmumCerita ini tidak membutuhkan komentar. Hanya butuh didengarkan. ===================== Novel ini bercerita tentang Ara dan rencana ibu yang ingin menyekolahkannya di sekolah akademi gajah. Dan awalnya, rencana itu Ara tolak dengan alasan ia ingin mel...