Bagian Kelima Belas

12 9 0
                                    

Konon katanya

========================

Setelah kejadian ditemukannya Oktora dan Dika di tengah hutan dengan kondisi tubuh yang sudah pingsan dan juga kulitnya merah-merah. Membuat mereka harus di rawat di rumah selama dua hari. Tidak ada yang terlalu parah dengan kondisi mereka berdua. Hanya saja, ada sesuatu yang harus Oktora dan Dika sampaikan kepada semua murid yang di kelasnya. Hal-hal yang yang selama dua hari ini membuat orang-orang jadi heboh seantero sekolah akademi gajah.

"Aku tidak percaya dengan cerita orang-orang soal pohon besar yang ada di tengah hutan. Pohon yang letaknya persis di dekat sumber mata air. Karena tidak ada apa-apa disana. Kalau soal sesajen itu memang ada. Ya, aku lihat ada beberapa sesajen yang ditaruh orang-orang disana. Selebihnya, tidak ada yang aneh." ucap Oktora menceritakan tentang apa yang di lihatnya ketika ia dan Dika berada di hutan selama dua hari satu malam. Ia memperhatikan wajah teman-temannya yang dengan tenang mendengarkan ceritanya. Disana juga ada pak Rendra, karena ini adalah jadwal pelajaran sejarah. Tapi pak Rendra hanya menyuruhnya untuk menceritakan apa yang ia liat di dalam hutan dan menyuruh teman-temannya untuk mendengarkan.

"Tapi........"

"Tapi apa?" tanya Yusuf melihat wajah Oktora yang ragu-ragu dan juga terlihat takut. Kali ini Yusuf lagi berusaha untuk mengontrol setiap ucapan yang akan ia keluarkan dari mulutnya. Ia yang duduk di samping Nova melihat Ara sedang menatap ke arahnya. Ia mengerti arti tatapan Ara itu. Ia masih belum melupakan kejadian dua hari yang lalu.

"Iya, tapi apa, Ra? Kamu ketemu manusia jadi-jadian?" Elsa ikut penasaran dengan kelanjutan cerita Oktora.

"Hah? Jadi manusia jadi-jadian itu memang ada?" ucap Ai masih belum percaya dengan cerita manusia jadi-jadian. Ai adalah murid perempuan teman sekelas Ara yang menurutnya bisa diajak bercerita baik, tidak terlalu suka bergosip. Dan Ai juga adalah teman sekelas Ara yang paling jago memasak, ia selalu mengajak Ara ke rumahnya untuk buat acara makan-makan, Ai selalu jadi bagian yang membuat semua makanan itu dan pasti enak.

"Tuh, kan. Aku juga bilang apa? Manusia jadi-jadian itu memang ada." Kata Titi merasa kalau yang pernah dikatakannya tempo hari itu memang benar, bukan hanya sekedar gosip.

"Ihhh...dengar dulu dong ceritanya." ucap Ara kesal karena terlalu banyak suara berisik dari teman-temannya. Saling mengeluarkan argumen yang entahlah benar atau tidak. Ia juga belum tau dan belum pernah mendengar cerita Oktora dan Dika tentang ini. Mereka berdua baru masuk hari ini dan mereka berdua belum sempat menceritakannya.

Dika dari kursi pojok belakang kelas tersenyum karena semua orang langsung diam ketika Ara berbicara.

"Tapi........." Oktora melanjutkan ceritanya, ditariknya napas panjang. Mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaaannya saat itu. Ketika berada di tengah hutan pada malam hari bersama Dika dan tanpa ada satupun cahaya. Gelap. Mereka berdua pergi ke hutan tanpa membawa persiapan apapun seperti senter. Karena mereka pikir, mereka bisa kembali sebelum hari gelap. Siang berganti jadi malam. Tapi, nyatanya tidak, mereka berdua tersesat dan tidak bisa pulang ke rumah.

"Duhhh...aku jadi penasaran, Ra." ucap Elsa tidak sabar.

"Makanya sabar dong. Dengarkan dulu Oktora bercerita." Kata Dika yang duduk di belakang Elsa. Ia mengerti bagaimana perasaan Oktora, karena ia juga merasakannya saat itu.

"Tapi aku takut." Oktora kembali nenarik napas panjang, menghembuskannya. "Aku dan Dika takut, takut kalau selamanya kita berdua akan terjebak di dalam hutan." Ucap Oktora tentang ketakutannya. Hari itu seharusnya ia mendengar perkataan Ara, kalau di hutan itu tidak ada apa-apa selain pohon-pohon besar dan binatang buas. Beruntung hari itu, ia tidak melihat binatang buas. Hanya serangga yang menggigit mereka berdua, membuat kulit mereka jadi merah-merah.

"Oh jadi begitu, ya? Terus...terus, tentang manusia jadi-jadian itu bagaimana?" tanya Elsa tidak seperti biasanya ia banyak bertanya. Biasanya ia hanya mendengar cerita Oktora hanya membuat lingkaran dengan bibirnya dan memunculkan suara 'oh' ringan, malas mendengarkan cerita Oktora yang aneh dan tidak masuk akal.

"Iya, sejujurnya aku juga penasaran soal ini. Karena cerita manusia jadi-jadian ini sering aku dengar dari teman-teman setiap hari." Kali ini Nova ikut bersuara. Tadi ia hanya menyimak cerita Oktora, tapi rasa penasarannya membuat ia tidak sabar kalau tidak mengungkapkannya.

Mendengar Nova bersuara, Ara menatapnya dan berkata pada dirinya sendiri. Ara mengucapkannya dalam hati sambil menatap Nova dengan wajah kesal. "Dasar keong racun. Aku tau kalau kamu cuma pura-pura tidak tau, padahal kan kamu yang sebar berita ini."

Oktora sempat melihat apa yang dilakukan Ara. Ia tau apa yang dipikirkan Ara saat ini. Dan sebelum semua pikiran yang ada di kelas ini semakin aneh. Ah, bukan aneh karena cukup ia saja yang jadi orang aneh dengan ceritanya. Maksudnya, sebelum pikiran semua orang yang ada di kelas ini jadi salah, ia ingin sedikit membenarkan pikiran itu. Ia ingin kembali menceritakan apa yang dilihatnya di hutan.

"Menurut apa yang aku lihat dan aku yakini, manusia jadi-jadian itu tidak ada. Itu semua cuma cerita mitos dan ya, itu bohong. Itu tidak nyata."

"Tapi, bagaimana soal sesajen itu? Kamu lihat sendiri kan, kalau sesajen itu ada di dalam hutan?" kata Yusuf masih tidak terima.

Murid-murid yang lain hanya menyimak Oktora dan Yusuf beradu argumen.

"Ah, ya. Soal sesajen itu memang ada dan aku lihat sendiri dengan Dika kalau ada beberapa makanan yang hilang di atas nampan besar yang di atasnya ada beberapa jenis makanan."

"Berarti yang kamu katakan itu salah soal manusia jadi-jadian. Karena pasti dia yang makan makanan itu." Yusuf masih tetap dengan keyakinannya, tetap mempercayai kalau manusia jadi-jadian itu memang ada.

"Ah, bukan begitu maksud aku Yusuf. Sepertinya kamu terlalu banyak menonton film naga dan ular terbang, jadi kamu terlalu mempercayai sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Itu cuma mitos dan sekali lagi, mitos itu bohong."

Murid-murid yang lain masih sibuk menyimak. Tadi mereka semua kompak tertawa ketika Oktora mengatai Yusuf tentang film naga dan ular terbang.

"Lalu, apa maksud kamu?" tanya Yusuf sedikit menantang. Ia ingin mendengar cerita Oktora.

"Maksud aku kalau makanan itu di makan binatang buas. Karena coba kalian pikirkan baik-baik, selain pohon-pohon besar yang ada di hutan apalagi kalau bukan binatang buas. Makanan itu pasti dimakan binatang buas. Aku harap kalian percaya apa yang aku katakan ini. Dan ya, soal sesajen aku pikir kalian semua orang pintar, tidak mungkin mempercayai hal-hal seperti ini, mana mungkin dengan menaruh sesajen di tengah hutan akan memberi kita kekuatan dan kekayaan berlimpah. HEI, kita harus sekolah dulu, terus kerja, baru bisa dapat uang dan soal kekuatan, di dunia ini tidak ada kekuatan yang melebihi kekuatan pencipta alam semesta, yaitu tuhan. Kalau mau kekuatan atau mau kaya, minta sama tuhan, bukan sama pohon atau apalah itu. Dan satu lagi, setelah mendengar ceritaku, aku yakin kalian juga bisa menyimpulkan sendiri tentang manusia jadi-jadian itu. Cuma itu yang mau aku ceritakan ke kalian semua. Dan terima kasih sudah mendengarkan ceritaku. Semoga kalian paham." kata Oktora menyelesaikan ceritanya. Ia meminta izin kepada pak Rendra yang dari tadi hanya diam.

Pak Rendra tersenyum dan mengizinkan Oktora untuk kembali ke tempat duduknya. Oktora memang murid yang selalu mendapatkan peringkat paling bawah soal pelajaran, tapi diantara murid-murid yang lain, Oktora adalah murid yang paling pintar soal menyimpulkan sesuatu tentang hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Ia selalu bisa menilai sesuatu bukan hanya dari satu sudut pandang. Ia mengumpulkan beberapa cerita dari sudut pandang yang berbeda, untuk menemukan suatu kebenaran. Dan yang dikatakan Oktora itu memang benar. Dan tanpa Oktora sadari, ia sudah menemukan kemampuannya. Dan itu adalah kemampuan Oktora yang dari dulu pak Rendra sadari. Hanya ia tidak mau mengatakannya secara langsung. Biar Oktora sendiri yang menyadari dan memahami kemampuannya.

***


Noted: Cerita ini belum selesai. Justru ini baru pengantar. Jadi please, jangan berkomentar dulu.

SAYAP PATAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang