Kamu kan, anak paskibra, bisa nyusun formasi, kan? Jadi, bisa juga dong bantu nyusun hati aku yang lagi berantakan?
-Tania Astri Wijaya-
⛑⛑⛑
Tania berangkat ke sekolah dengan ceria. Tidak terlalu memusingkan siapa orang di balik pesan itu kemarin malam.
"Halo, Sarah."
"Halo, Tania. Ceria banget nih, kayanya?"
Pertanyaan Sarah hanya dibalas kekehan oleh Tania. Tania langsung masuk ke kelasnya yang berada di atas, dan berlalu ke UKS.
Kelas XII IPA 4, berada di lantai atas SMA BIMA SAKTI. Bukan Tania kalau dia akan dengan senang hati menerima posisi kelasnya yang berada di atas.
"Bu, boleh saya pindah absen? Kelasnya jauh banget bu, udah begitu, naik lagi. Ibu ngga kasian sama saya? Kalo saya sendiri kecapean? Siapa yang jaga UKS?"
Kira-kira seperti itu rayuan Tania kepada wali kelasnya. Tapi sampai sekarang, nama Tania Astri Wijaya masih terukir di dalam buku absen kelas XII IPA 4.
"Abot tak trimo, nganti ikhlas legowo,"
"Seng tak arep, kowe ra di sio-sio,"
"Ben cukup mung aku, korban janji manismu,"
Tania yang masih bersenandung tiba-tiba tersadarkan dengan sebuah suara.
"Berisik."
Ya! Itu Genta. Genta si komandan pleton paskibra yang tengil.
"Suka-suka aku, sih. Kok kamu sewot."
Tania langsung berjalan melewati Genta yang tadi berdiri di depan pintu kelasnya. Ohhh, kelas XII IPA 1. Pantes aja mukanya serius banget.
Tania menggumam dalam hati, "dasar barbar."
Ejekan yang Genta suarakan untuk Tania mengundang niat Tania yang awalnya ingin maju, menjadi mundur kembali.
"Eh-eh, bilang apa? Barbar?" Tania melipat kedua tangannya di depan dada, berniat menantang Genta.
Karena memang Genta yang lebih tinggi dari Tania, Genta dengan mudah mendorong pelan kening Tania.
"Iya, kamu barbar. Makannya, kuping di pasang." Genta menarik slayer kuning yang keluar dari saku rok Tania.
"Slayer itu ditaruh di leher. Bukan di saku, gitu aja ngga tau." Genta mengalungkan slayer kuking itu di leher Tania.
Tania jelas bingung dengan perlakuan Genta, entah apa yang ia rasakan saat ini. Rasanya, Tania sudah benar-benar bisa melupakan masalahnya dengan dia.
"Ehem... permisi, Gen. Mau lewat dong," ucap Rendi—teman Genta yang mau masuk ke kelas. Dengan senyuman meledeknya, Rendi membisikkan sesuatu, "kalo pacaran, jangan di depan pintu. Tuh, liat cctv di depan."
Rendi menunjuk cctv yang terpasang di ujung tembok di depan kelas Genta. Genta memukul lengan Rendi yang masih tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gentania [SUDAH TERBIT]
Teen FictionPaskibra X PMR Cover by @grandeasy Sebuah kegiatan yang entah bagaimana Tania menganggap itu sebagai takdir. Takdir bahwa dirinya memang ditakdirkan untuk bertemu dengan Genta. Ketua koordinator paskibra yang berhasil membuat Tania menjadi sosoknya...