04

16 3 1
                                    

Juan membelalakan matanya, lalu menguceknya sebentar dan dilanjutkan dengan mengedip ngedipkan matanya berulang kali. Apakah ia tak salah liat? Ada mobil yang baru memasuki rumah itu. Ya rumah yang berada tepat di hadapan rumahnya. Ia bisa melihat seorang gadis berjalan gontai dengan tatapan kosong memasuki rumah. Juan belum bisa memastikan apakah itu Gabby, atau gadis kemaren. Hm kan bahkan Juan masih belum mengetahui namanya.

Ingin rasanya ia mendatangi rumah itu, dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Namun ia mengurungkan niatnya katika teringat janji yang sudah ia buat dengan kawan kawannya.

***

"Istirahat ya sayang. Ayah tau kamu gadis kuat" senyum ayahnya sangat membiuskan. Ia sampai tersambar senyum pula.

"Terimakasih ayah" ucap Beby sambil memeluk ayah tirinya.

Beby melangkah kan diri memasuki kamar nya, hm kamar Gabby dulu. Membereskan baju dan barang bawaan lain selama dia disini. Dan lanjut membersihkan diri.

Setelah semuanya beres, Beby merenung. Apa yang membuat saudari kembarnya bunuh diri.

Ya. Telepon kemarin, saat ia dan Juan di taman adalah telepun dari ayah kandung nya di Indonesia. Mengabarkan Gabby, saudari kembarnya sudah tergeletak tak berdaya di kamarnya, kamar Beby. Lagi lagi air mata itu menetes membasahi pipi gadis cantik ini. 2 bulan kepergian Gabby, Beby tak meneteskan matanya sama sekali. Hingga berakhir pada beberapa hari yang lalu, ketika ia menyusun segala kenangannya bersama Gabby di rumah pohon itu.

Dulu ia dan Gabby memiliki keinginan, menyimpan segala kisah mereka di suatu rumah pohon yang ada di belakang rumah Beby. Tetapi tak terwujud, dan sekarang hanya Beby lah yang ada, dan bertanggung jawab menyusun segala nya diatas rumah pohon itu.

Menggenggam erat sebuah buku berbentuk diary. Tepat sebulah Gabby meninggalkannya, Beby mulai membaca buku itu, dan betapa tersayatnya ia membayangkan kehidupan Gabby disini. Begitu memilukan.

Beby berjanji. Akan mengembalikan nama saudari kembarnya menjadi baik. Setidaknya, tak ada yang menjelekan Gabby lagi. Beby mau, yang ada hanya pujian, pujian dan pujian untuk Gabby. Siapapun itu, Beby tak segan segan memberikan pelajaran baik sebagai Beby maulun Gabby nantinya.

Ia tan terima kehidupan Gabby harus berakhir semenyakitkan ini.

Tes

Berulang kali Beby menahan bendungan yang kapanpun siap mengeluarkan isinya, namun ia gagal.

Tak begitu mengenal saudarinya, tak selalu ada untuknya, belum memberikan suatu layaknya saudari kembarnya. Masih banyak lagi hal yang membuat Beby memaki dirinya sendiri. Ga guna.

***

Juan melihatnya. Keterpurukan gadis yang saat ini ia lihat. Memang Juan tak tahu pasti apa masalahnya. Namun sedikit ia bisa menyimpulkan, gadis yang dilihatnya bukanlah Gabby, melainkan gadis kemarin.

Ingin rasanya Juan merengkuh tubuh yang saat ini lemah itu. Namun apa guna? Ia bukan siapa siapa bagi gadis itu. Mungkin ia yang spesial bagi Gabby, namun pasti tidak bagi gadis itu.

Drtt.. Drtt..

"Hm?"

"Buru sini, udah pada kumpul. Lo jadi ajak Gabby ga? tapi jangan deh kesian tuanak kalau baper mulu sama yang hatinya es"

Bip.

Juan mematikan telepon itu secara sepihak sambil mencebik kesal. Tak mungkin ia mengajak gadis itu sekarang. Jadi lebih baik ia berangkat sendiri.

***

Tok tok tok

Beby mengalihkan pandangannya kearah pintu. Berjalan pelan dan membuka pintunya. Bundanya tersenyum lebar.

temporary life replacementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang