-01-

112 8 0
                                    

Seorang gadis tengah sibuk membaca kitab suci Al-Qur'an dengan khusyuk. Tepukan pelan seseorang membuatnya mengakhiri bacaannya dan ia mendongak kecil untuk melihat siapa yang telah mengganggunya.

"Dir, kamu dipanggil sama ustadzah Aisyah" Dira mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ruangan ustadzah Aisyah.

Diperjalanan menuju ruangan ustadzah Aisyah, aku hanya senyum ramah kepada teman-teman yang menyapak. Sampai didepan pintu, aku mengetuk dan memberi salam kepada orang yang ada didalam ruangan tersebut.

"Assalamualaikum?" Ucapku sembari mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam. Silahkan masuk nak Dira" Aku mengangguk sopan dan duduk.

"Kenapa ustadzah manggil saya?" Tanyaku dengan heran.

"Oh itu, tadi ustadzah dapat telfon dari keluarga kamu. Katanya bunda kamu sedang sakit dan dia ingin ketemu sama kamu" Aku langsung sedih mendengar penuturan ustadzah.

"Apakah aku boleh izin seminggu, ustadzah? Aku ingin pulang dan merawat bunda sampai sembuh" Ustadzah mengangguk dan menyuruh aku kembali ke kamar untuk siap-siap karena hari ini juga aku harus pulang kerumah.

Saat sampai dikamar, aku segera memasukkan pakaianku kedalam koper agar jemputanku tidak menunggu terlalu lama. Aku dijemput oleh supir ayahku karena semua orang dirumah tengah sibuk menjaga bunda yang sedang sakit.

"Kamu mau kemana, Dir?" Tanya Syifa

"Aku mau pulang ke rumah Syif" Syifa bingung kenapa aku tiba-tiba pulang sedangkan libur masih lama.

"Kenapa pulang? kan libur masih lama" Tanyanya lagi

"bunda lagi sakit, jadi aku harus pulang. Aku ingin merawat bunda sampai sembuh dulu. Aku pulang dulu yah, jangan rindu yah Syif" Ucapku

"Dih, siapa juga yang bakalan rindu sama kamu" aku hanya terkekeh mendengarnya.

"Awas yah kalau rindu. Assalamualaikum, Syifa" Ucapku

"Waalaikumsalam, hati-hati yah" Aku mengangguk, lalu aku naik ke mobil.

Selama perjalanan kerumah, aku hanya melamun dan memikirkan kondisi bunda sekarang. Selama aku mondok, aku selalu mendapat kabar buruk tentang kesehatan bunda. Ayah pulangnya malam sedangkan kakakku dia melanjutkan pendidikannya diluar negeri dan aku sekarang mondok. Aku jadi tidak tega meninggalkan mama dirumah sendirian.

"Apa aku pindah ke sekolah biasa aja, agar aku bisa jaga bunda terus dirumah dan menemani bunda " pikirku

Aku terlalu lelap dalam lamunanku sampai aku tidak sadar kalau aku sudah sampai didepan. Aku tersadar saat seseorang membuyarkan lamunanku.

"Non, udah sampai" Kata supir tersebut.

"Ohiya, aku masuk dulu yah pak" Aku langsung masuk kerumah tanpa memberi salam.

Aku sangat khawatir terhadap keadaan bunda sekarang, jadi aku langsung masuk saja ke kamar mama. Sampai dikamar, semua orang kaget melihat aku yang tiba-tiba sudah ada didepan kamar.

"Astagfirullah, dek. Kalau masuk tuh beri salam" Aku hanya nyengir mendengar omelan Abang Irsyad.

"Hehe, maaf bang. Aku khawatir sama bunda jadi langsung masuk aja" Abang dan ayahku hanya geleng-geleng melihat kelakuanku.

"Masuk sana, bunda rindu sama kamu" Ucap ayahku. Aku langsung masuk dan menemui bunda.

Kulihat bunda sedang istirahat, aku sangat sedih melihat keadaannya. Aku semakin ingin berada terus disini untuk menemani mama. Aku ingin berbicara kepada ayahku soal keinginanku untuk pindah sekolah.

"bunda" Ucapku lirih

"Dira, bunda kangen sama kamu nak" ucapnya

"Dira juga kangen sama bunda, Dira janji nggak bakalan ninggalin bunda lagi disini. Dira bakalan jagain mama terus" Ucapku dengan air mata yang tidak bisa dibendung lagi.

"Terus sekolah kamu?" Tanyanya

"Dira bakalan bilang sama ayah, kalau Dira ingin pindah ke sekolah biasa aja agar Dira bisa pulang kerumah dan menemani bunda" Kataku dan bunda hanya senyum mendengarnya.

Akhirnya ayah menyetujui aku untuk pindah sekolah. Walaupun berat hati untuk meninggalkan pondok yang nyaman dan sahabatku yang telah menemaniku selama satu tahun lebih tapi aku harus menerimanya demi menjaga bunda.

Aku kembali ke pondok untuk mengambil semua barang-barangku. Aku kesana ditemani oleh ayah sekalian untuk mengurus surat pindahku. Saat sampai dikamar, aku melihat wajah kaget Syifa, aku tersenyum dibalik kain yang menutupi wajahku.

"Kok, kembali lagi Dir. Bukan kamu bilang, kamu izin seminggu" Ucapnya

"Kamu senang yah, aku tinggal sendiri" Ucapku dengan nada ngambek.

"Ehh, bukan gitu. Jangan ngambek dong" Aku melihat dia bingung untuk menjelaskan.

"Hehe iya, aku cuma becanda ngambeknya. Aku kesini mau ambil barang-barangku, sekalian pamit sama kamu" Ucapku

"Hah, kamu mau pindah?" Tanyanya

"Iya Syif, aku harus jagain bunda dirumah. Makasih yah sudah mau jadi teman aku selama ini" Ucapku

"Iya. Dir, jangan lupain aku yah. Selalu kabarin aku yah" Ucapnya lirih

"Iya, aku nggak bakalan lupain kamu kok. Kamu kan teman aku yang paling banyak makan, mana mungkin aku lupain kamu" Candaku yang dibalas dengan pukulan oleh Syifa.

"Kamu mah, ngumbar aib teman sendiri" Ucapnya

"Hehe bercanda kok. Aku pamit yah, Assalamualaikum" Ucapku

"Waalaikumsalam, hati-hati yah. Selalu kabarin aku dan jangan ganti nomor" Ucapnya

"Iyaiya kapten" Ucapku

Aku segera menuju mobil ayah dan ayah pun menjalankan mobilnya meninggalkan pesantren. Aku hanya menatapnya dengan tatapan sendu.

"Selamat tinggal pesantren" Ucapku dengan nada sendu.

DiRafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang