"I miss someone who has left, who might be happy with someone."
- Prilly Zarra Saudia -"I miss someone I hurt many times in the past."
- Alio Ammar Hafizh -•••
"Prilly Zarra Saudia?" panggil seseorang. Gadis cantik berkuncir satu itu menoleh ke asal suara, lalu ia mendapatkan seorang pemuda sebaya tersenyum tulus kepadanya.
"Kamu bener Prilly Saudia, kan? Kenalin, aku Romeo..." ia menyodorkan tangannya ke hadapan Prilly. Prilly bingung, siapa cowok asing ini yang tiba-tiba saja datang menghampirinya dan ikut duduk di atas bangku teras depan kelas seraya menanyakan nama dan mengajak berkenalan.
"Anda siapa, ya?" tanya Prilly.
"Oh iya, maaf sampai lupa," pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, hanya untuk menutupi kegugupannya. "Eum, aku Romeo, murid baru pindahan dari Bandung beberapa hari lalu. Aku sering baca puisi-puisi kamu di mading, semuanya bagus, ditambah berhasil nyampe ke relung hati pembaca, aku suka." pujinya.
"Terima kasih!" ucap Prilly sambil tersenyum ramah.
"Ternyata bukan cuma puisinya aja ya yang manis, orangnya juga." kata Romeo.
Untuk beberapa saat, Prilly diam mendengar ungkapan itu. Pena yang ia genggam langsung terkepal erat, sederet tulisan yang barusan ia susun di atas kertas sebuah buku langsung ia hancurkan dengan coretan abstrak dalam sekejap. Ada sesuatu yang Prilly benci dengan kosa kata yang baru saja Romeo ucapkan, sesuatu yang mengingatkan Prilly akan masa lalunya yang kelam.
"Aku nggak suka kamu bilang begitu." kata Prilly datar sambil menutup buku hariannya.
Romeo mengerutkan dahinya, merasa aneh, apa yang salah dari ucapannya barusan?
"Maaf deh, aku nggak tau kalau kamu nggak suka digombalin. Tapi beneran deh, aku nggak gombal." suara bass-nya yang mengalun lembut, membuat hati Prilly tersentuh dan tidak ingin meneruskan kekesalannya. Justru ia tersenyum kecil.
"Entah kamu bilang begitu memang karena beneran atau bohongan, aku cuma mau bilang makasih. Tapi, aku nggak percaya hehehe. Soalnya, aku pernah denger kata-kata itu dari dia, yang dulu pernah ada, dan sekarang mungkin lagi menggenggam pilihannya."
"Nggak percaya? Karena hal apa kamu jadi nggak percaya?" tanya Romeo menginterupsi.
"Karena dia cuma bulshit. Dia bilang begitu supaya aku punya sedikit harapan, padahal kenyataannya harapan itu sama sekali nggak ada."
"Kenapa nggak dicoba dulu? Kali gitu memang bener ada sedikit harapan."
"Buat apa? Dia milik orang lain, dan aku nggak berhak. Aku memang berjuang dari nol, dari sebelum dia pacaran, dia putus, terus pacaran sama yang lain, sampai sekarang masih awet dengan yang terakhir itu." Prilly tersenyum kecut.
"Dia tau soal perasaan kamu?" pria jangkung itu bertanya dengan serius.
"Iya dia tau.."
"Aneh." tukas Romeo.
"Kenapa?"
"Gapapa," sahutnya. "Tapi aku boleh tanya sesuatu nggak?"
"Silakan." jawab Prilly seadanya.
"Maaf bukannya lancang, kalau boleh tau, dia siapa?"
"Nama dia, Alio Ammar Hafizh. Dia sahabat aku, tapi di sini..." Prilly menunjuk dada dimana letak jantungnya berada. "...dia adalah cinta yang nggak akan pernah bisa aku milikin sampai kapanpun." Prilly tersenyum miris.
"Jadi puisi-puisi kamu itu, semua buat dia?"
Prilly menggeleng. "Nggak juga. Kalau lagi bete, apa aja aku tulis."
Ada jeda sejenak. "Oh iya satu lagi nih, apa semua orang yang patah hati bisa menjadi penyair selayaknya kamu?" tanya Romeo terus menerus.
"Aku nggak tau. Yang aku tau, orang yang disakiti atau tersakiti bisa bermetamorfosis menjadi lebih dewasa." tutur Prilly.
"Kamu enak juga ya buat diajak curhat. Mulai sekarang kita temenan, kan?" Romeo mengalihkan pembicaraan agar tidak terlalu terlihat seperti sedang mewawancarai Prilly.
Prilly mengangguk sambil tersenyum. "Asal jangan teman tapi mesra, takutnya nanti baper hehehe."
Gadis itu hanya tak mau apa yang sudah ia kubur sedalam mungkin kembali hidup dan menghancurkan apa yang sudah ia susun dimasa sekarang. Apalagi dengan orang baru, pasti akan menambah masalah baru. Cukup Ali (Alio Ammar Hafizh) yang sampai sekarang sosoknya masih membekas dihati. Prilly berulang kali menegaskan hatinya bahwa ia sudah ikhlas melepas setelah beberapa bulan lost contact. Tapi kenyataannya, ia masih tak bisa. Kenangan bersama pria itu masih tersimpan baik di lemari hatinya, Ali terlalu banyak memberi kenyamanan hingga Prilly melakukan aksi ilegal dengan menyelundup masuk ke dalam dunianya.
Dunia yang nyatanya bukanlah milik Prilly. Prilly hanya tamu yang menjamu ke rumah dua pasang insan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE
Teen FictionSaudade adalah istilah dalam bahasa Portugis yang memiliki berbagai arti yang berbeda sesuai dengan konteks apa yang diusungnya. Namun inti arti dari Saudade adalah perasaan 'rindu' terhadap seseorang (bisa juga sesuatu dan suatu tempat) yang jauh b...