6. Frontal.

1.8K 257 17
                                    

Prilly mengerjapkan matanya saat siuman, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Orang yang pertama kali ia dapatkan adalah... Alio. Tapi karena Prilly merasa sedikit pusing dan kepalanya terasa ngilu, ia tidak mempedulikan keberadaannya.

"Syukur udah siuman." katanya.

"Duh, kepala gue nyut-nyutan." Prilly mengusap kepalanya yang dililit perban.

"Jadi, lo mau pulang aja apa gimana?" tanya Alio.

Prilly diam sejenak. "Lo belum kasih tau nyokap gue kan soal ini?"

Alio menggeleng.

"Gue masih mau di sini."

"Yaudah kalo itu yang lo mau. Nanti tunggu kabar dari Reno sama masteng dulu ya, mereka lagi nebus obat." kata Alio sambil mengelus punggung tangan Prilly.

"Gue mau tunggu di luar aja.."

Akhirnya Alio membantu Prilly turun dari ranjang rumah sakit, mengigiringnya jalan keluar karena gadis itu masih sedikit sempoyongan. Mereka duduk di kursi depan ruang yang ditempati Prilly tadi, menunggu Reno dan Jodie.

Meskipun duduk bersebelahan, hanya sebatas teman, rasanya canggung sekali. Benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat.

Prilly terus memegangi kepala sebelah kirinya, rasanya benar-benar ngilu.

"Oh iya, Pril, gua mau nanya." ucap Alio, akhirnya diantara mereka berdua ada yang berani angkat bicara.

"Apaan?"

"Gue perhatiin, lo ngejauh deh dari gua. Kenapa?"

"Ah, gapapa." jawabnya, bohong.

"Gua nggak suka tiap kali lo buang muka pas liat gua, ada yang salah emang?" tanyanya lagi, masih penasaran.

Prilly menarik napas perlahan, menarik segaris senyuman kecil yang terlihat ambigu, antara memang simbol tidak apa-apa atau mungkin tersenyum getir.

"Mau gue ngejauh atau enggak, itu nggak akan berpengaruh kan sama lo? Gue kan bukan siapa-siapa." ucapnya, menyindir.

"Ya.. bukannya gitu, rasanya beda aja tiba-tiba dijauhin, padahal nggak salah apapun."

"Yakin nggak salah?"

"Emang apanya yang salah dari gua?"

"Yang salah dari lo itu... karena lo dateng ke kehidupan gue." kata Prilly mulai berani frontal.

"Emang takdir, ya kan?"

"Iya, emang takdir, tapi ngerubah semuanya." katanya.

"Abis ini, lo mau gua ajak ke mana?" tanya Alio.

"Nggak mau kemana-mana."

"Ya gua tau lo masih sakit, tapi gue jamin kalo lo ikut gue nanti, sakit lo bakalan cepet sembuh."

Prilly tersenyum samar. "Yaudah boleh deh."

***

Semuanya sedang berkumpul di halaman villa, ada yang berenang, bersantai ria di gazebo, bermain ayunan, ataupun duduk santai sambil menyeruput teh manis hangat.

SAUDADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang