3. Masih (mengupas) masa lalu.

1.9K 245 25
                                    

Ini awal semuanya, awal aku kehilangan kamu. Sikap kamu yang meminta aku pergi, tugasku saat itu hanya menurut. Selamat tinggal kamu, semoga bahagia.

***

Prilly duduk bersama kedua teman gadis sebayanya, Indiana dan Fia. Kursi mereka dirapatkan agar bisa lebih dekat berbicara, kebetulan semenjak Prilly dan Fia ada masalah dengan Jea and the genk, ia memutuskan pindah ke depan dan mulai akrab dengan Indiana.

"Biasa tuh, tadi nyindir-nyindir gue gitu." kata Fia.

"Udahlah biarin, anggap aja mereka nggak ada. Lagian temenan kok harus ada ketua, udah gitu harus patuh lagi. Hello, masih sama-sama makan nasi aja belagu!" ikut Indiana.

"Eh, udah..." ucap Prilly. "Btw, gue mau cerita boleh nggak? Tapi jangan bocor yaa?" lanjutnya.

"Cerita aja, nggak bakal dibocorin kok, gue kan bukan ember." sahut Fia.

"Tau nih, kayak sama siapa aja." lanjut Indiana.

"Gue... gue suka sama Alio!" ucap Prilly sedikit pelan.

"Ah demi apa?!" Fia terkejut.

"Wah, asikkk. Kalau jadian PJ ya." goda Indiana sambil menyenggol bahu Prilly.

"Jelasin kenapa lo bisa suka?" Fia masih penasaran.

"Hampir tiap malam kita chattingan, sampai larut lagi. Nggak tau kenapa, gue nyaman.." Prilly tersenyum-senyum sendiri.

"Terus Alio-nya? Peka nggak?"

"Gue nggak tau."

"Yaudah, lihat ke depannya aja nanti gimana." tutur Fia.

***

Prilly menatap sosok itu dari kejauhan, tangannya mulai mengukir kata-kata di atas kertas putih bergaris biru muda itu.

Aku merasakan degup itu.
Degup yang lahir dari keberadaanmu.
Degup yang ku tunggu tapi paling tidak bisa ku tahan.
Yang mampu merubah detik menjadi hitungan jam karena memikatnya garis manis bibirmu. 
Genggam jantungku, supaya kamu bisa merasakan getarnya.
Supaya kamu tahu, ada namamu di setiap detik detak jantungku.

Prilly Z Saudia.

Lalu, ia menutup buku diary-nya. Secarik senyum terbit di sana, ia masih memperhatikan Alio dari tempat duduknya. Ada rasa yang hidup di dalam hati gadis itu, ada rasa yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Prilly yakin, Alio adalah cinta pertamanya.

Pernah Prilly dicomblangi oleh teman-teman SMP-nya dengan Roman-temannya semasa SD yang seringkali menjahili Prilly karena mereka bertemu kembali saat kelas sembilan. Tapi, Prilly tak merasakan apapun, saat itu ia hanya salah tingkah karena terus digoda.

Sekarang rasa yang hadir bukanlah sebatas rasa nyaman karena tiap hari berkomunikasi, bukan hanya baper karena kepedulian yang Alio berikan, tapi memang karena Prilly mulai menemukan cinta yang selama ini tidak ia tahu artinya.

Alio pun seolah memberi harapan kepada Prilly.

"Gila!" teriak Alio sambil melempar bola kertas dan mendarat tepat di wajah Prilly.

"Astagfirullah!" Prilly terkejut karena kelakuan Alio, ia langsung terbangun dari lamunannya.

"Kesambet setan pohon bambu lapangan lu ntar!" ejek Alio.

SAUDADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang