5. Kejadian di Villa.

1.6K 250 14
                                    

"Oke, rapat kali ini kita bicarain soal pergi ke puncak. Nah, supaya nanti nggak ada iri-irian, gue pengen bagi-bagi tugas. Untuk yang sekarang, gue mohon sama Prilly supaya bantu jadi bendahara, nanti yang mau nyicil nabung tinggal ke kita, kalau mau langsung cash juga boleh." kata Fia.

"Budget-nya berapa?" tanya Rihana.

"Tiga ratus ribu udah bersih semua." jawab Fia.

"Berapa hari?" tanya Hiddo.

"Tiga hari dua malam."

"Oh iya, gue minta tolong dong sama anak cowok siapa aja, cariin villa sama bus." lanjut Fia.

"Masteng, lo aja, teng yang cariin." ucap Prilly kepada Jodie yang akrab disapa masteng itu.

"Anjir gua!" ujarnya.

"Iya, sama satu lagi itu aja---"

"Alio!" sambar Fia.

Rekfkels, Prilly langsung menatap ke arah Fia dan Fia sendiri mengerti apa maksudnya. Tapi, Fia justru malah senyum menyeringai.

"Fix ya yang cariin villa sama bus masteng sama Alio, bendahara Prilly, dan selebihnya untuk pembagian tugas nyusul. Satu lagi, terakhir bayar mau yang nyicil atau cash tanggal dua puluh Maret, thanks, sekarang kalian boleh bubar."

Sesampainya di rumah, Prilly langsung mengambil buku baru untuk dijadikan buku tabungan teman-temannya. Mama Prilly, Premika, tak sengaja melihat putri bungsunya tengah membuat sesuatu padahal baru saja pulanh sekolah.

"Kamu nggak capek apa baru pulang langsung tugas lagi?" tanya Premika. 

"Ini loh, ma, Prilly di suruh jadi bendahara buat acara ke puncak nanti." jawab Prilly namun masih fokus pada perkerjaannya.

"Acara ke puncak? Kok mama baru dikasih tau?"

"Prilly aja baru tau.."

"Emang kamu bisa megang uang temen-temen kamu? Takutnya nanti hilang kan kamu juga yang ganti." katanya.

"Insya Allah, ma, selagi nggak ada yang panjang tangan mah aman-aman aja. Prilly juga nggak bawa ke sekolah kok."

"Yaudah, hati-hati ya!"

"Iya, ma."

"Tapi Prilly boleh ikut, kan? Prilly nabung kok pake uang jajan Prilly."

"Iya nggak apa-apa. Yaudah bagus kalau kamu nabung, nanti kalau kurang baru minta tambah."

"Makasih, ma."

"Sama-sama. Tapi, ngomong-ngomong gimana kabar si Ali, Pril?"

Deg.

"Kok tiba-tiba nanyain Ali?" tanya Prilly.

"Gapapa, sih, aneh aja udah lama nggak main ke rumah." tukas Premika.

"Tugas sekolah lagi banyak banget, ma, jadinya nggak sempet buat main gitu.."

"Yakin karna banyak tugas? Kan bisa ngerjain tugas di sini." sembur Premika kepada putrinya.

"Prilly nggak pernah dapet kelompok barengan sama Alio, jadinya---"

"Tapi yakin nih selama berbulan-bulan alasannya sama karna tugas? Nggak yakin deh mama, jangan-jangan lagi pada musuhan, ya?"

"Enggak ih, mamaa!" Prilly menghentikan tugasnya.

"Bener kan lagi ada masalah, ayo masalah apaaa?"

"Nggak ada. Udah deh mama keluar gih, aku mau lanjutin bikin tabelnya. Mama rese." gadis itu langsung memeluk tubuh ibunya sambil perlahan membawanya keluar dari dalam kamar. Karena Prilly tahu, kalau sudah membicarakan Ali, akan berangsur panjang. Padahal Prilly tak pernah menceritakan soal perasannya untuk Ali kepada Premika, tapi wanita paruh baya itu sudah mengetahuinya tanpa diberitahu.

SAUDADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang