PROLOG

34 6 3
                                    

"Arka!!" Teriak suara cempreng anak perempuan dengan seragam merah putih. "Arka! Balikin pensil aku!!" Wajahnya memerah marah sambil kaki menghentak-hentak lantai, matanya pun tak berhenti melotot pada anak laki-laki yang tak jauh darinya.

"Kejar dong!" Ucap anak laki-laki yang dipanggil Arka tak lupa ekspresi mengejeknya. Sengaja membuat anak perempuan itu tambah marah dan mengejarnya.

Arka pun berlari mengitari kelas, tak perduli temannya tertabrak yang penting ia bisa lolos dari kejaran anak perempuan yang sedang naik pitam itu.

"Hahaha! Ayo kejar Kei!" Sungguh anak laki-laki satu ini sungguh menyebalkan, ya seperti itu kira-kira gerutuan hati anak perempuan bernama Keisha.

Arka terus berlari sambil terus menoleh ke belakang, melihat sampai mana Keisha mengejarnya. Hingga akhirnya ia tak tau jika didepannya ada anak laki-laki yang sedang membaca buku dekat pintu. Dan..

Bugh!

"Arka!" Bukan yang ditabrak yang berteriak melainkan suara cempreng Keisha lagi.

"Ish! Kamu nakal banget sih! Kasian Sean, ayo Sean berdiri." Omel Keisha sambil membantu Sean berdiri.

Namun Arka dan teman-teman lainnya malah dibuat heran oleh tingkah Keisha yang seolah-olah sedang menolong seseorang.

"Nih Sean kacamata kamu." Keisha memberikan kacamata Sean yang kacanya telah sedikit retak.

"Sha." Panggil Arka dengan heran.

"Apa kamu! Liat tuh kacamata Sean jadi retak gara-gara kamu!" Omel lagi Keisha tanpa melihat ekspresi Arka dan teman-temannya sedang melongo.

"Sha, tapi disitu gak ada orang. Aku yang jatuh karena nabrak pintu." Ucap Arka. Masa temannya satu kelas ini sudah gila. Pikir Arka.

"Kamu gak liat ini ada Sean."

"Tapi Sha beneran gak ad-

"Ayo anak-anak duduk ditempat masing-masing istirahat sudah selesai!" Mendengar suara ibu guru semua anak-anak langsung berhamburan untuk duduk. Arka terus berfikir bahwa Keisha sudah gila.

"Bu maaf terlambat habis dari toilet." Ucap anak laki-laki bernama Naleo yang duduk sebangku dengan Arka. Sang guru hanya mengangguk sambil tersenyum tanda memperbolehkan Naleo masuk, dengan sigap Naleo langsung berjalan menuju bangkunya dan duduk.

"Nanti pulang sekolah gue ceritain." Bisik Arka pada Naleo yang malah membuat Naleo penasaran. Ada apa? Cerita apa?

Empat jam berlalu, dua pelajaran yang cukup membosankan hingga menidurkan anak laki-laki bermata coklat dengan kepala bertumpu tas hitam sebagai bantal.

Kring kring!

"Baik anak-anak hari ini materinya sampai sini dulu. Minggu depan jangan lupa untuk simulasi Ujian Nasional ya." Ucap bu Rina wali kelas dari kelas 6A.

"Ka bangun." Naleo mencoba menggoyangkan badan Arka berharap segera bangun. Namun usahanya sia-sia karena memang saat sudah menginjak alam mimpi Arka tak akan bangun dengan mudah dimana pun tempatnya.

"Ka gue tinggal ni!" Teriak Naleo tepat ditelinga Arka yang masih tertidur pulas dan malah air liurnya hampir menetes.

"Naleo aku pulang dulu ya udah dijemput." Pamit Keisha pada Naleo yang masih berusaha membangunkan tetangganya ini. Ah menyusahkan, seandainya dia tidak harus nebeng sepeda Arka mungkin dia akan membiarkannya sampai besok pagi.

"Oke. Hati-hati Sha. Eh, Kamu bawa air gak?" Tanya Naleo kemudian.

"Ada nih." Keisha langsung menyodorkan air minumnya pada Naleo.

"Makasih ya." Setelah mengucap itu Naleo langsung membukanya dan byur! Air itu ia siramkan pada Arka yang bak putri tidur itu.

"Plah! Plah! Apa nih!" Arka terkejut langsung terbangun dan mengusap wajahnya yang basah terkena air.
"Plah! Basah!" Diyakini Arka langsung sadar 100%.

"Mangkanya kalo tidur jangan kayak mayat." Gerutu Naleo. "Ayo balik!"

Keisha yang sedari tadi tertawa terbahak-bahak membuat Arka kesal sendiri. Dengan sengaja Arka mengibaskan rambutnya yang basah untuk menciprati Keisha.

"Ish!! Arka!!" Teriak Keisha dengan kesal yang seketika membuat Arka menarik Naleo untuk lari menjauh dari putri suara cempreng. Salah sendiri jadi orang terbahagia saat dirinya mengami kesulitan.

Keisha yang sebal berjalan menuju pagar depan sekolah sambil menghentakan kaki.

"Kamu kenapa?" Tanya anak perempuan putih pucat dengan rambut pirang dan gaun biru.
"Kelihatannya sedang marah." Tebak anak perempuan itu.

"Iya temanku sangat nakal." Ucap Keisha pada anak perempuan yang terus mengikutinya.

"Ayo bermain! Pasti marahmu akan hilang!"

"Aku harus pulang. Mamaku menunggu."

"Mama? Mama datang?"

"Itu Mamaku." Ucap Keisha menunjuk tempat Mamanya berdiri.

"Nei! Itu Mamaku!"

"Itu Mamaku! Kamu siapa sih!"

"Nei! Nei! Itu Mamaku!!" Anak perempuan itu mendorong Keisha hingga terjatuh lalu kabur menghampiri Mama Keisha.

"Aw! Sakit tau!" Pekik Keisha hampir menangis. Beruntung ada tangan yang menolongnya, tentu saja Keisha mengenali tangan itu.

"Kamu jangan berteman dengan dia." Ucap anak laki-laki berkacamata. Sean namanya.
"Dia anak nakal."

"Iya. Ayo Sean kita pulang."

***

"Kei kamu tadi kok bicara sendiri?" Tanya Mama Keisha saat sudah berada dalam mobil.

"Gak kok Ma, aku bicara sama Sean terus tadi juga ada cewek yang dorong aku terus lari ke Mama."

"Kamu tadi di dorong? Sayang kamu dari tadi sendirian. Lagian mama dari tadi sendirian gak ada anak kecil kok. Itu imajinasi kamu aja kali sha."

"Ma aku sama Sean. itu dia duduk di belakang."

Mama Keisha reflek menoleh ke belakang namun tidak ada siapa-siapa. Ada yang aneh dengan anaknya tapi dia terus berfikir positif, mungkin itu hanya teman khayalannya.

Semakin dewasa kejadian ini masih terus membekas pada ingatan mereka, terutama Keisha yang semakin beranjak dewasa semakin bisa membedakan mana sesuatu yang hidup dan mana sesuatu yang tak hidup.

🍭🍭🍭


Ps : Traumer bahasa Jerman dari pengkhayal.

Uh she up! Maafkan keabsurdan cerita pertamaku🙏 Happy reading ya🤗

#SalamLolipop!

TRAuMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang