Satu.

19 3 3
                                    

Cuaca terasa redup sore ini, angin berhembus dibuat kepakan sayap kupu-kupu indah. Tangan dingin saling menggenggam dengan sebuah buku yang dibaca oleh mata biru tanpa berkedip, matanya bergerak sepanjang kalimat tertulis dengan rapi tak menghiraukan bisingnya celotehan manusia. Habis satu halaman jarinya yang pucat mengambil halaman berikutnya. Buku cinta yang dibacanya seolah telah menghipnotis mata dan rasanya, sesekali mata memandang gadis cantik berambut hitam legam yang tengah bermain basket dengan dua laki-laki. Berfikir seandainya ia 'masih' manusia.

"Sean!" Teriak Keisha dengan senyuman lebar dan lambaian tangan. Membuat Sean berdiri dan langsung datang secepat kilat di depan Keisha.

"Air?" Tanya Sean dengan sebotol air digenggamnya.

"Gak, cuma ngelambai aja." Lagi-lagi melempar senyuman manisnya.

"Sha, plis disini tempat umum. Entar dikiranya gue temenan sama orang gila." Ucap laki-laki yang sedang sibuk mendribel bola basketnya.

"Gak ada orang juga, dah lanjut dulu ya." Ucap Keisha berlari kecil menuju tengah lapangan.

"Gue berasa gimana gitu pas liat lo ngobrol sama Sean." Bisik Arka yang takut terdengar oleh Sean.
"Berasa punya temen gila ngomong sendiri, selama temenan sama lo juga gue merinding mulu. Apalagi pas SD tuh pertama kali tau." Mengingat kejadian saat kecil, Arka mulai merinding sendiri.

"Halah! dasar penakut lo." Keisha dengan cepat merebut bola basket yang ada di tangan Arka. Tak lupa ia menjulurkan lidahnya bermaksut mengejek kelalaian Arka.

"Wah curang lo! Awas lo!"

"Mereka masih seperti anak kecil bukan?" Ucap Naleo pada Sean.

"Hm, ya. Mereka seperti itu setiap kali bertemu. Bertengkar, bertengkar dan terus bertengkar." Sean tetap terpaku pada novel yang ia baca.
"Bosan. Saya harus pergi." Tanpa babibu ia langsung melesat kebelakang Keisha dan berbisik, membuat Keisha tak fokus sampai-sampai Arka yang mencetak skor.

"Leo! ayo bantuin gue buat ngehajar bocah satu ini." ajak Keisha dan langsung menarik tangan Naleo agar bangun dari duduknya dan berjalan menuju tengah lapangan.

"Pulang, udah sore. kalian bau apek." sekarang berganti Leo yang menarik tangan Keisha.

"Yaelah baru main 3 jam." Keluh Arka dan tetap bermain sendirian, lalu melihat Keisha yang memberikan tatapan minta tolong agar terlepas dari Leo dan bermain kembali. Sayangnya Arka terlalu jahil untuk ini.

"Yaudah yuk pulang! Gerah nih lama-lama." ucapnya dengan keras sambil mengemas bola basketnya. sedikit berlari kecil untuk menghampiri Leo dan Keisha.

"Waktunya pulang." dengan ekspresi mengejeknya Arka mengacak-acak rambut Keisha yang tentu saja membuat Keisha kesal.

Keisha berjalan lebih dulu dengan langkah kesal dan cepat, membuat Arka tertawa puas karena sudah berhasil membuat sahabat perempuannya kesal. 

"Ada rasa bangga tersendiri gitu gak si Yo." 

"Alah, modus lo buat deket-deket sama Keisha. Cupu." cibir Leo lalu berjalan meninggalkan Arka.

"Ternyata gak cuma Keisha yang bisa PMS, Leo juga. Hahaha." sekali lagi Arka menjadi orang paling menyebalkan di hidupnya.

"Apaan sih gak jelas." Leo mempercepat langkahnya untuk menghindari Arka sekaligus mengejar lift yang sedang membuka. Lapangan olahraga sekolah mereka memang berada di indoor tepatnya di lantai 7

"Yo kenapa sih? kayak dikejar setan aja." tanya Keisha keheranan.

"Emang." Leo langsung menutup lift dan meninggalkan Arka yang berusaha menggapai lift terakhirnya. karena setelah jam 4 lift secara otomatis akan mati, itu sudah menjadi peraturan sekolah. 

"Bangke! karma seorang pengganggu." dengan pasrah Arka menuju tangga darurat.

"Seandainya ini badan tahan banting dan punya seribu nyawa, gue bakal gelinding dari sini." menatap sedih tangga darurat, ia harus mengeluarkan tenaga lebih untuk sampai rumah dengan selamat sentosa.

Sedangkan Naleo dan Keisha didalam lift malah terbahak, teringat ekspresi Arka sungguh bahagianya.

"Ada rasa bangga tersendiri gak si." Ucap Leo pada Keisha dengan tersenyum lebar.

"Wihh udah tau rasanya ngerjain orang. Hahaha." Keisha menyenggol sedikit bahu Leo.

"Iya iya." Leo selalu suka melihat Keisha yang tertawa lepas, tertawa karenanya dan tertawa hanya berdua dengan gadis yang semakin lama semakin membuat jantung Leo tak sehat.

Tiba-tiba ada suara deheman seseorang di pojok lift tentu saja membuat Leo dan Keisha terkejut, karena ada suara lain yang tak berasal dari mereka berdua ditempat yang sempit.

"Ish! Sean!" Keisha mengelus dadanya karena terlalu kaget, walaupun Keisha sering mengalami hal semcam ini ia tetap saja kaget dan sedikit takut. Masih untung yang jahil adalah Sean hantu tampan, jika yang menjahilinya perempuan jelek atau pria besar bisa gemetar ketakutan dia.

"Dateng tuh salam, hantu gak ada aturannya." Cibir Leo dengan matanya menatap angka lantai lift yang berjalan.

"Kamu kapan membuat Leo tak bisa melihatku? Itu sangat menyebalkan." Sean menutup bukunya lalu menatap Keisha.

"Lagian gue gak pernah liat lo mandi. Apanya yang nyebelin?" Suara dentingan lift berbunyi bersamaan pintunya terbuka bertanda sudah sampai pada lantai bawah. Leo keluar  lebih dulu setelah mengucapkan itu. Suasana hatinya sedikit mendung karena ada hantu yang mengganggu waktunya dengan Keisha.

"Emangnya hantu mandi?" Tanya Keisha pada Sean yang hanya dibalas gidikan bahu lalu menghilang.
"Kok pada nyebelin sih."

🍭🍭🍭

Tinggal sedikit lagi ia akan sampai di lantai 1, sedikit lagi, 3 lantai lagi. Ah kenapa balasan ini bisa ia dapat, rasanya sangat tak setimpal ini sudah keterlaluan ini sudah penyiksaan.
Arka merogoh saku celananya mengambil benda persegi panjang yang canggih yang tengah berdering.

"Apaan?!" Sentak Arka pada sang penelfon.

"Arka apaan sih! Teriak-teriak!" Suara balasan dari sebrang pun tak kalah cempreng. Tapi ini bukan suara Keisha yang disangka-sangka oleh Arka. Ini suara terseram yang ia tahu. Suara Mamanya sendiri.

"Mama?" Tanya Arka untuk memastikan namun dalam hatinya tetap saja ia berharap itu bukan Mamanya.

"Iya! Apaan teriak-teriak?! Bukannya salam malah teriak gak jelas." Cerocos Mamanya dengan emosi setengah ubun-ubun. Orang tua mana yang tak emosi saat menelfon anaknya malah sentakan yang ia dapat.

"Aduh maaf Mah kirain Keisha yang nelfon. Maaf ya Mah."

"Mangkanya diliat dulu siapa yang nelfon, jangan tiba-tiba marah-marah. Emang kalian kenapa lagi sih?"

"Gak apa-apa kok. Keisha sama Leo lagi jahil aja. Mama mau ngapain nelfon Arka?" Langkahnya berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya. Tinggal beberapa langkah lagi ia akan sampai.

"Emangnya Mama gak boleh nelfon?" Jawabnya ketus yang langsung membuat Arka mengusap dadanya sedikit. "Sabar, sabar. Huft!" Batin Arka.

"Ya boleh lah masa Mama gak boleh nelfon anak tergantengnya. Maksut Arka tuh mau nitip makanan apa gimana."

"Cerewet kamu! Mama nitip yogurt." Setelah mengucapkan itu sambungan telfon langsung diputus secara sepihak oleh Mamanya.

"Untung aku ganteng dan sabar. Ini yogurt apaan lagi ah." Arka langsung melangkahkan kakinya dengan sedikit berlari kecil dan disana sudah terlihat Keisha dan Leo yang sedang menunggu di basemant.

"Lelet lo jadi cowok. Gerah nih." Cibir Keisha sengaja untuk menambah kekesalan Arka.

"Rewel banget jadi cewek. Mobil gue juga serah gue mau balik kapan." Arka menjulurkan lidahnya lalu mengarahkan remote pada mobilnya agar kuncinya terbuka.

Sekali lagi Naleo hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua sahabatnya yang seperti kucing dan tikus.


🍭🍭🍭

Happy reading!🙆

#SalamLollipop!

TRAuMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang