Hari ini sudah hari kelima Keisha masuk kelas setelah ia sakit, namun Arka sepertinya terlalu khawatir akan kesehatan Keisha sampai-sampai ia bertingkah lebay. Dan karena tingkahnya itu Keisha jadi jengah diperlakukan seperti anak kecil, padahal Arka bukan ayahnya tapi kenapa sahabatnya itu memiliki sifat bapak-bapak yang berlebihan pada anaknya. Jeez!
"Ini buah, jus buah, es buah, salad buah, tumis sayur, bakso sayur, salad sayur. Makan yang banyak ya Sha." kata Arka sambil menata semua makanan dan minuman itu di atas meja kantin, ya semua itu adalah menu sehat menurut Arka yang ada di kantin.
"Gila lu! lu pikir gue apaan makan banyak begini. Ya Tuhan capek punya temen kayak Arka!" Keluh Keisha dengan suara keras yang disambut tawa seantero kantin.
"Yaampun Keisha tenang jangan teriak-teriak ih! yaudah kamu pilih aja mana yang kamu mau nanti bisa aku bantu makan." Ucapan Arka yang terdengar lembut dan manis itu membuat Keisha takut. Ada apa dengannya kali ini? - batin Keisha.
"Siapa lo? Setan apaan lo?! berani-beraninya bikin temen gue kesurupan?!" Ucap Keisha yang dibuat seolah-olah marah pada sosok yang ada di belakang Arka, padahal mereka duduk tepat di pojokan kantin dengan sandaran tembok.
Arka lekas menoleh kearah belakang, namun ia tak menemukan apapun selain tembok yang kuat. Ekspresi yang tadinya keren, dengan sorot mata yang tajam dan wajah yang tegas kini tergantikan beragam ekspresi ketakutan.
"Sha ada apa Sha?! gue gak lihat apa-apa Sha?!!" pekik Arka dengan panik melihat sekelilingnya sambil mendekat ke arah Keisha.
Melihat itu Keisha tak dapat menahan tawanya, tingkah Arka memang selalu menghiburnya.
"wah ternyata gue dikerjain. Yaudah gue makan semua ini makanannya awas lo minta. hm" ngambek Arka yang menarik semangkuk bakso sayur dari tempat Keisha.
"Iya-Iya engga lagi engga lagi deh. Lagian tingkah lu kayak bokap gue sih lebay. Udah sembuh ya gue. siniin baksonya bintitan lu entar kalo ngasih makanan tapi diambil lagi." Ucap Keisha dengan mata imutnya yang pasti membuat Arka luluh.
"Alhamdulillah ada makanan banyak." Seru Diego sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tanganya tanda ia selelsai berdoa dan dengan cepat ia mengambil salad buah. Baru saja sendok yang penuh salad itu menyentuh bibirnya, mata dari dua orang didepannya itu seakan menusuk seluruh organ vital Diego karena ia merasa badannya seperti lumpuh tiba-tiba.
"Oh Astaghfirullah! ini bukan makanan Diego ternyata." Ucap Diego mengembalikan salad buah ke tempat semula. seketika atmosfernya berubah dapat ia rasakan oksigen yang mulai mengelilinginya.
"Eh! Ada Diego sejak kapan disini?" Tanya Keisha dengan senyum cerahnya.
"Baru aja kok. btw, gue kesini mau manggil Arka buat ke ruang basket." ucap Diego dengan senyuman terbaiknya, walaupun ia bertanya-tanya apa yang dia rasakan beberapa detik yang lalu.
"Oh iya rapat yaa." Sahut Arka menepuk jidat,
"Terus lo gimana Sha? Masa disini sendirian? Mau gue anter ke kelas dulu?" Sambung Arka bertanya pada Keisha.
"Gak apa-apa kok gue, kayaknya bentar lagi Naleo udah ibadah nya." jawab Keisha sambil melahap baksonya.
"Beneran gak apa-apa ya?" Tanya Arka memastikan lagi.
"Iya bawel. Ini makanannya lo bawa aja buat rapat sana." pinta Keisha yang di angguki oleh Arka dan sekaligus pamit untuk pergi rapat bersama dengan Diego. Melihat punggung Arka yang mulai menghilang dari pandangannya, Keisha kembali memakan bakso hingga habis dan beralih meminum jusnya. Keisha berpikir kemana Naleo tumben dia tidak mencarinya. Hm, Keisha mulai bosan.
Saat dilihat-lihat kantin ini ternyata cukup besar saat dia sendirian, iyaa karena jarang siswa yang menetap di kantin. Menurut Keisha mungkin atmosfer kantin yang tidak nyaman untuk berlama-lama apalagi sendirian, rasanya seperti ditusuk beberapa mata dari penjuru tempat seolah tiap gerak-gerik diawasi. Tak sengaja mata Keisha bertemu dengan manik mata berwarna merah yang Keisha yakin itu bukan warna asli mata itu. Baru saja Keisha berkedip sang pemilik mata itu sudah duduk di depan Keisha.
"Kamu bisa menolongku?" Tanya gadis berambut hitam lusuh itu dengan suara serak. Keisha tak bisa menjawab pertanyaan itu langsung karena dia takut disangka gila oleh orang.
"Aku tau kamu bisa liat aku dan ternyata seragam kita sama." Ucap gadis itu sambil membuka rambut yang menutupi badannya itu, dan benar saja itu adalah seragam yang sama dengan nama gadis itu Kia.
Keisha sangat terkejut dan langsung tertarik kenapa gadis bernama Kia bisa menjadi semerikan ini.
"Kamu kenapa?" Tanya Keisha dengan lirih.
"Akhirnya ada yang mau bicara denganku." Suara seraknya kini diselingi tangis darah dari mata merah Kia.
"Tolong aku! Aku mati 2 tahun yang lalu, tapi tak ada yang tau aku dimana.. hiks.. tak ada yang bisa aku sentuh dan ku ajak bicara selain kamu.. hiks." Jujur sebenarnya Keisha sekarang sangat takut karena melihat mata Kia yang terus menangis dengan warna merah darah, apalagi wajahnya yang biru.
"Aku dibunuh oleh pak Rudi." Pernyataan Kia sukses membuat pupil mata Keisha membesar karena terkejut. Itu guru olahraga favorit Keisha.
"Aku dicekik menggunakan kabel gudang, lalu aku dibekap bantal dan tak sampai disitu rambutku dipotong dan dijejalkan ke dalam mulutku." Ungkap Kia sambil membuka mulutnya dan mau tak mau Keisha harus melihat itu, sungguh itu membuatnya mual.
"Setelah tangan, kaki, dan mulut yang penuh rambut ini diikat aku di kubur di kebun belakang. Sekarang tempat itu sudah ditanami sayur. Aku minta tolong padamu, beritahu ibuku kalau aku masih ada di sekolah. Aku mohon, aku tak ingin ibuku bersedih." Ucap Kia yang tentu saja di angguki oleh Keisha. Entah bagaimana caranya nanti, yang terpenting Keisha mau pak Rudi di tangkap. Itu pembunuhan yang sangat keji, padahal pak Rudi orang yang humoris dan baik dimata Keisha namun saat mendengar pernyataan Kia, Keisha ingin membantunya.
"Keisha!" Ucap suara bariton menepuk pundaknya.
"P-pak Rudi!" Keisha yang terkejut reflek mundur dan mendorong tangan Pak Rudi dari pundaknya. Saat melihat tempat Kia duduk, Kia sudah tidak ada.
"Kamu ngapain bengong? Udah bel masuk." Ucap Pak Rudi menggelengkan kepalanya.
"I-iya pak, maaf gak denger tadi." Jawab Keisha tersenyum kecut, jantungnya sedang tak karuan karena takut.
"Saya ijin masuk kelas dulu pak." Lanjut Keisha dan berlari menuju kelasnya.Di luar kantin ternyata Kia sedang menunggu Keisha dengan ketakutan, takut Keisha akan bernasib sama dengannya. Dilihat dari penampilan Keisha yang cantik apalagi rambut hitam yang indah.
"Kamu jangan dekat-dekat dengan dia!" Teriak Kia mengejar Keisha yang berlari. Mendengar itu Keisha akhirnya berjalan sedikit santai.
"Kenapa?" Bisik Keisha.
"Dia akan membunuh perempuan dengan rambut hitam legam yang indah." Perkataan Kia membuat Keisha bingung.
"Aku tidak tau kenapa tapi kami berdua mempunyai rambut hitam panjang." Ungkap Kia lagi lalu menghilang, membuat Keisha semakin bingung dan terkejut saat mendengar 'kami berdua'.Sangat tak masuk akal saat seseorang membunuh orang lain hanya karena alasan seperti itu. Apalagi membunuhnya dengan sangat keji. Rasa ingin tahu yang menumpuk dan juga keinginan untuk menolong Keisha semakin besar, ia semakin bertekad untuk meminta bantuan Naleo dan Seano untuk membeberkan masalah yang mengerikan ini.
Ah! Masa bodo nanti bagaimana yang terpenting aku ingin menolong Kia. - batin Keisha dengan gusar.
🍭🍭🍭
Setelah berabad-abad stuck di chapter 5! Huhuhu. I'm so sorry yang udah nunggu ini terima kasih huhu.
Happy reading teman-teman
(っ˘̩╭╮˘̩)っ#SalamLolipop
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAuMER
FantasyKeisha sedari kecil merasa mempunyai banyak teman dan tiga orang teman spesialnya. Mereka bertemu saat mereka duduk dibangku sekolah dasar. Berteman sampai dewasa. Semakin dewasa semakin lama mereka tumbuh bersama, semakin dewasa pula perasaan merek...