Lagi-lagi Sean membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan sekolahnya yang telah berumur hampir se-abad. Buku tentang kehidupan dan kisah cinta lainnya, ia berimpian memiliki perpustakaan kalau saja ia masih bernafas seperti manusia. Jangankan untuk memiliki perpustakaan, jika ia ingin merasakan gulali saja hanya sarinya yang ia makan. Ya, semakin tumbuh dewasa ia hanya tahu akan gulali berbentuk hewan yang pada saat itu dengan mudahnya membuat Sean batuk. Mungkin benda manis itu sudah tidak ada dijaman yang maju ini, berganti bungkusan kecil yang memiliki beragam rasa dengan warna yang lucu.
"Hhmm!" Desahnya pelan menutup buku yang ia baca, melihat sekeliling halaman rumah Naleo yang lumayan luas. Ya! Sekarang ia tengah dirumah Naleo untuk mengungsi sebentar. Karena enggan membuat Keisha histeris ketakutan akibat kemunculannya. Terkadang hal semacam ini membuat ia lupa bahwa kini ia tak lagi manusia, karena terlalu sering berkumpul dengan Keisha dan Naleo yang selalu menganggap Sean sahabatnya sehidup semati. Apalagi persaingannya dengan Naleo untuk mendapatkan hati sang gadis, ia benar-benar lupa akan jati dirinya.
"Hantu bisa bengong juga ya." Celetuk Naleo yang tiba-tiba telah duduk disebelahnya.
"Bagaimana keadaan Keisha?" Naleo terhenyak sedikit mendengar pertanyaan Sean yang seakan-akan tak tahu apa-apa.
"Sebenarnya apa maksudmu?" Tanya Leo yang penuh penekanan disetiap katanya, Sean tau saat ini temannya tengah marah besar.
"Aku tidak tahu apa maksudmu Leo." Sean menatap Leo dengan tanya. Sungguh ia tak tahu apa maksud dari pertanyaannya dan penyebab kemarahan Leo.
"Kau hantu bersifat ular! Menjijikkan!" Ini pertama kalinya Sean mendengar kata kasar dari mulut Leo.
"Walapun aku berbeda dari kalian, aku selalu berusaha untuk tulus mempercayai kalian sebagai manusia. Walaupun aku tak lagi bernafas seperti kalian, aku juga selalu berusaha setia dan baik kepada kalian para manusia. Dan walaupun aku sebagai hantu terkadang tau akan rahasia manusia, aku akan tetap diam dan selalu menjaga agar hanya aku yang tau rahasia itu." Jelas Sean dengan sekali tarikan nafas, untuk menepis atas tuduhan dirinya yang bersifat menjijikkan.
"Itu yang selalu aku lakukan untuk Keisha, kau, dan Arka. Selalu seperti itu." Imbuhnya dengan tulus menatap lurus buku yang digenggamnya.
Naleo hanya terdiam menatap lurus ke depan tanpa ingin menoleh Sean, ucapan Sean barusan bak sumpah yang disaksikan kitab suci diatas kepala dan menghadap sang Tuhan. Sean hantu yang tulus. Seharusnya Naleo tau itu. Tak mungkin temannya yang sejak kecil itu menjadi pengkhianat seketika.
"Aku melihat kau mengikuti Keisha dengan bayangan hitam dan energi yang jahat." Ujarnya kemudian setelah berdiam beberapa detik.
"Aku harus pergi." Pamit tiba-tiba Sean yang sedetik kemudian menghilang.
Naleo menghela nafas keras, tak tau sekarang ia harus bagaimana--bagaimana menyikapi Keisha yang takut pada Sean--dan bagaimana menyikapi Sean tanpa ada rasa tak percaya. Naleo merasa ia sendiri yang mengkhianati kepercayaan ini.
***
Semakin hari, Keisha merasa semakin tak aman. Semua yang tak pernah ia lihat sekarang terang-terangan menampakkan wujudnya. Si wanita cantik, si badan besar hitam, si wanita jelek, si dia yang badannya tertutupi kain putih dengan bau busuk yang menyengat, dan mimpi yang berulang kali terjadi. Ini semua menguras tenaga Keisha, Naleo seharusnya ada disini menemaninya, karena hanya dia yang tengah terbuka mata batinnya.
Malam ini, ia hanya bersembunyi dikamarnya. Hujan terus mengguyur dari sore tadi, namun anehnya Keisha tak merasa dingin. Yang ia rasakan adalah panas, sampai ia membuka jendela kamarnya membiarkan angin yang deras dan cipratan air hujan masuk ke kamarnya. Ini bukan panas biasa, Keisha yakin itu.
KLIK!
Tiba-tiba lampu kamarnya mati dengan sendirinya. Keisha menelan ludahnya kasar, ia mulai takut sekarang.
Keisha segera menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal, ia bersembunyi dalam selimutnya--walau masih gemetar ia masih berharap tak akan terjadi apa-apa yang menimpanya. Keisha merasakan kasurnya miring berarti ada yang mendudukinya, tak mungkin jam 3 dini hari ibunya tiba-tiba masuk dan duduk dikasurnya."Cantik." Panggil suara wanita tua parau, disusul sebuah tangan mencengkram kaki Keisha dengan keras. Tubuh Keisha bergetar ketakutan, kejadian ini terakhir ia alami saat berumur 13 tahun saat Sean tak ada disampingnya. Hal-hal aneh yang menakutkan sering terjadi.
"Cantik." Panggil lagi suara menakutkan itu tanpa mengalihkan cengkramannya dari kaki Keisha--Keisha hanya bisa mengkomat-kamitkan do'a berharap ada orang yang akan membantunya atau si wanita jelek itu pergi.
semakin lama tangan keriput itu semakin berjalan ke bagian atas kakinya, kuku yang tajam pun tak lupa menggores kulit mulus Keisha. Ini sangat menakutkan! Keisha lemah saat tak ada Sean! Keisha benci itu.
"Mama!! Mama!!" teriak Keisha sekuat tenaganya saat merasakan kuku si wanita jelek itu semakin dalam mencengkram, pasti saat itu lututnya berdarah. Keisha menghentakkan kakinya berharap terkena wanita itu. namun saat kakinya dihentakkan dengan keras, ia tak merasakan kakinya menghantam sesuatu, tapi tangan itu masih melukai kakinya. Keisha yang ketakutan langsung keluar dari dekapan selimut itu, saat dilihat hanya ada potongan tangan yang berlumuran darah dan bergerak-gerak diatas kasurnya yang putih.
Keisha berteriak sangat kencang ketakutan. Kini ia bingung harus apa, matanya menoleh tak tentu arah mencari jalan keluar, namun malah si wanita jelek tanpa tangan berdiri dipojokan dengan bahu bergetar seperti menangis. Keisha tau itu hanya tipu muslihat agar kita berempati dan memperbolehkan kita berdekatan dengan mereka. Ekor mata Keisha menangkap bayangan yang tak asing baginya, tengah berdiri diluar jendela, sial! itu Sean.
'Paket komplit!' -Batin Keisha, saat tahu kini nyawanya tengah terancam, dua hantu yang dapat kontak fisik dengannya berada dalam satu atmosfer yang sama.
Seketika suara lirih tangisan itu berhenti, mengalihkan mata Keisha untuk menatap wanita jelek yang sekarang telah berbalik dengan wajahnya yang setengah hancur menatap Keisha. Deru nafas Keisha berganti cepat ketakutan akan mata merah menyala yang tengah menatapnya kosong dan penuh amarah, sesal dan rindu. Kasihan sebenarnya namun, tak mungkin jika ia memberikan dirinya pada si wanita jelek yang sepertinya merindukan seorang anak seusia Keisha. Semua sifat hantu seperti itu! Ular! Sama seperti temannya yang menghianatinya dan melukainya dalam mimpi, pengecut dan ular!
"Cantik pulang ya?" Suara parau nan lirih itu kembali bertanya. Potongan tangan dikasurnya kembali bergerak mendekatinya.
"Tetap dibelakangku!" Titah Sean yang kini menjadi tameng untuk Keisha. Tentu saja Keisha terkejut, ini Sean temannya--bukan Sean yang jahat itu.
"Aku mau si cantik itu! Minggir!" Wanita jelek itu mendekat pada Sean.
"Dia milikku!" Ucapnya lagi kini tangannya telah utuh kembali dan menunjuk Keisha.
"DIA MILIKKU!!!" Teriak wanita jelek itu dengan kencang dan mengerikan untuk didengar. Sean yang merasa sudah waktunya dengan cepat menyentuh leher wanita itu dan menghilang begitu saja. Disaat yang bersamaan lampu kamar Keisha hidup dan Keisha terduduk lemas dilantai, ini sangat menguras energinya.
"Keisha!" Pekik Mama Keisha saat tau anak satu-satunya terduduk lemas dilantai dengan luka dilututnya--dijam 4 pagi.
"Mama,"
Sedangkan ada wujud lain yang tengah melihat Keisha sedang diurus oleh ibunya, menghembuskan nafas lega karena telah menyelamatkan sahabatnya yang paling istimewa. Setidaknya ia telah berusaha untuk mengubah kesalahpahaman itu menjadi kepercayaan kembali.
🍭🍭🍭
I'm sorry guys! I'm so late! :"(
Oke! Happy reading!
Ps : Bonus foto Sean! Ganteng woy!
#SalamLollipop!
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAuMER
FantasyKeisha sedari kecil merasa mempunyai banyak teman dan tiga orang teman spesialnya. Mereka bertemu saat mereka duduk dibangku sekolah dasar. Berteman sampai dewasa. Semakin dewasa semakin lama mereka tumbuh bersama, semakin dewasa pula perasaan merek...