Hari ini Sheva dkk sedang berada di Grand Indonesia. Ya, hari ini mereka bolos sekolah karna alasan yang cukup klasik menurut Sheva "kita pengen jagain lu kok, kalo lu kenapa kenapa siapa yang mau tanggung jawab?" Kata mereka. Sangat sangat klasik bukan?
Tetapi mereka bukannya menjaga Sheva malah mengajaknya untuk nongkrong nongkrong manjah.
Aleta yang sedari tadi hanya mendegarkan ocehan keempat temannya hanya mendengus kesal, karena mereka memperdebatkan hal yang menurutnya sangat tidak bermutu.
"Apasi Jueng, ayam nya dulu lah baru telurnya." Ucap Sheva, yang dari tadi meladeni ucapan Najwa.
"Kan ayam ngeluarin telurnya, nah terus di eremin ama mamak nya, jadinya netes deh. Kalo ga di keluarin dulu ama mamaknya, gak bakal bisa jadi telur lah." Lanjutnya.
"Tapi, kan ayam netesnya dari telur Ray. Masa ayam nya dulu yang lahir bukan telurnya."
"Ya kalo telurnya ga di keluarin dari pantat si ayam, gak bakal bisa netes jadi anak ayam lah, bodoh."
"Masa sih?" Tanya Najwa bingung.
"Jangan katain, sabar, sabar." Ucap Risha, sambil ngelus ngelus dada, karna jengkel mendengar ucapan ucapan yang keluarkan dari mulut Najwa.
"Tabok sih biar gak kebiasaan." Sahut Juanita, mendengus.
Lagi lagi Aleta memutar bola matanya malas, sebab mereka tadi dari tidak kelar kelar memperdebatkan hal tersebut.
Saat Risha sedang mengedarkan pandangan nya karna merasa bosan memandang sahabat sahabatnya yang sangat menguji kesabarannya. Ia terpaku pada seseorang yang tengah duduk di pojok cafe sambil merokok dengan teman temannya.
"Itu bukannya si brengsek?" Tanyanya dalam hati.
"Eh eh, jua itu cowok yang kemaren nendang ban motornya si Ray kan?"
Juanita pun segera mengikuti arah pandang sahabatnya tersebut. Dan ya! Benar itu cowok yang kemarin ia tendang kemaluannya.
"Eh iya, itu tuh Ray. Cowok yang kemarin bikin lu kayak gini." Ucap Juanita, yang menunjuknya dengan dagu. Sheva yang mendegar penuturan Juanita pun memberhentikan perdebatannya dengan Najwa.
"Masa?" Tanya Sheva. Seraya mengikuti arah pandang sahabatnya, dan diikuti oleh ke Najwa, dan Aleta.
"Iya ray, itu tuh yang kemaren gua sama juanita labrak abis abisan." Jawab Risha.
"Ouh ituuuu, gak ganteng, gantengan si cimot." Celetuk Najwa. Si 'Cimot' adalah nama dari kucing Najwa, yang memang suka tebar pesona di depan teman temannya.
"Udah ah ngapain ngomongin dia. Mending lanjutin dah tuh sesi debat lu yang sangat unfaedah." Ucap Aleta, acuh tak acuh.
Akhirnya mereka kembali berdebat dengan tema yang tidak berubah.
***
Di tempat lain, sekumpulan siswa laki laki yang masih memakai seragam sekolah sedang bercanda ria, sambil menghisap puntung rokok, itu pun tidak bisa berhenti tertawa karna ulah salah satu temannya. Yang di ketahui bernama Abinaya Diyon Arkana."Uh she up. Eh eh gua mau nanya deh." Ucapnya, setelah berhenti tertawa.
"Nanya what?" Sahut Gerry.
"Kenapa gua kayak gini yak?" Tanyanya pada teman temannya.
"Tau lah, yang bikin kan mama bapak lu masa nanya ke kita."
"Mungkin pas lagi proses bikin, mama bapak lu kagak mikir mikir lagi kali yak. Ntar anaknya kayak gimana. Yang penting mah jadi." Celetuk Elvan.
"Hilihhh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Wound
Teen FictionRasanya di rendahin temen itu? Sakit? pasti. Down? Jelas. Apalagi rasanya di asingkan oleh ayah sendiri? Sakitnya udah ga bisa di ucapin sama kata kata cuy. Tapi semua rasa sakit itu, ia simpan rapat rapat di dalam hatinya...