Part 4 ~ Hei, Perban!

45 6 0
                                    

Lampu diatas pintu ruang operasi itu berhenti menyala. Dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah yang sulit dijelaskan. Hana dan Ibunya terlihat cemas. Mina terus saja mengigit kuku ibu jarinya. Ayah Yuri juga ada disana memegang bahu istrinya , mencoba membuatnya tenang.

~~~~~~~
3 hari berlalu begitu lambat.
~~~~~~~

"Ma.. minta air."
Yuri membuka matanya dan terduduk diatas kasur rumah sakit.

Yuri melihat sekeliling ruangan. Tidak ada siapa pun yang menunggunya ketika ia bangun. Raut wajahnya berubah menjadi sendu, hidungnya memerah dan air matanya mulai jatuh. Ia menangis.

"Berisik!"

Yuri terkejut dan segera mengusap air matanya. Ada orang lain di kamar rumah sakit berukuran 4x7 meter itu.

Yuri menarik gorden yg menutupi ruangan sebelah kiri nya. Mata mereka bertemu. Mereka bertukar pandang sejenak.

Ssrtt!
Laki-laki itu menutup kembali gorden nya dengan kuat.

"Ch." Yuri kesal kemudian bangun dari tempat tidur, Ia berjalan menuju ujung lorong rumah sakit untuk mengambil air.

Melalui kaca tembus pandang yang terdapat di pintu ruang rawat jalan, orang yang sedang mengambil air bisa melihat kedalam ruangan lain. Saat itu Yuri melihat sorang ibu sedang menyuapi putranya yang sakit. Seorang ayah yang sedang membersihkan badan anaknya meskipun anak itu sedang tertidur. Ada juga dua orang anak kecil yang bercanda dengan neneknya dan keluarga yang sedang berkumpul untuk menjenguk anggota keluarganya yang sakit. Banyak hal yang bisa ia lihat melalui kaca di pintu itu. Yuri tersenyum tapi mata nya kembali basah dengan air mata, Ia mengusapnya dengan segera.

Yuri membawa gelas air minumnya dan menaiki tangga menuju atap.

"Haaahh! Segarnya! " membuang nafasnya panjang, merentangkan kedua tangan nya dan berlari keujung pondasi tanpa pagar itu.
" Ma.. Pa.. Aku sudah bangun!" Yuri berteriak sekuat tenaga.
"Ma.. Pa.. Apa kalian tidak merindukan kuuu?"

"Berisik Sekali sih! Dimanapun, kamu ini selalu berisik ya?" Laki-laki itu terbangun, meninggalkan kursi nyamannya dan mendekat kearah Yuri.

"Kamu .. Goblin ya!? Kok bisa ada dimana-mana?" Yuri Heran.

"Kalau aku goblin, apa kmu eun-tak?"

Yuri memonyongkan bibirnya mendengar jawaban lelaki tinggi dengan perban dikepala itu.

Keduanya memandangi pemandangan kota Zelo bersama dan diam untuk beberapa saat.

"Hei Perban! Apa kamu sudah lama berada di rumah sakit ini?" Yuri memulai pertanyaan.

"Entahlah, aku juga baru sadar ketika mendengarmu menangis." Jawab lelaki itu meski tidak menoleh kearah Yuri, ia masih tetap terpesona memandangi kota Zelo.

"Apa kamu juga sendirian saat bangun?" Yuri kembali bertanya.

"Mungkin." Lelaki itu masih tetap tidak bergeming dari keindahan kota Zelo.

"Hei perban! ayo kita berteman." .

Lelaki itu menoleh pada Yuri.

Yuri menyodorkan tangan kanan nya. "Yurina Jasmine, Namaku."

Lelaki itu terdiam memandang kearah Yuri kemudian mulai mengangkat tangan kanan nya, tapi tak lama setelah itu ia segera menurunkan tangan nya kembali dan pergi meninggalkan Yuri.

"Hei perban!! Kamu mau kemana?" Jerit Yuri.

"Disini panas." Dengan suara yang sudah menjauh, hampir tak terdengar oleh Yuri.

"Yaampun dia rewel banget sih. Heii.. tunggu!!"

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Sore itu Perawat baru mengetahui bahwa mereka berdua sudah siuman dan kemudian membawa keduanya menjalani pemeriksaan fisik.

Ibu dan Mina juga segera datang setelah mendapat telpon dari rumah sakit.

"Wah akhirnya artis kita ini bangun." Mina tersenyum menggoda Yuri.

Berbeda sekali dari 3 hari yang lalu, Mina tidak menunjukan pada Yuri kesedihan nya dan betapa ia sangat bersyukur Yuri bangun dan terlihat sehat kembali.

"Artis apanya sih? Aku ini cuma pemain cadangan di festival" Jawab Yuri

"Bukan itu maksudku, coba lihat ini." Mina memberikan Smartphone-nya. Memperlihatkan berita kecelakaan Yuri dan aksi romantis seorang lelaki yang menyelamatkan nya.

"Kamu sangat terkenal, bahkan beritanya sampai hari ini masih sering ditayangkan di TV loh. Berjudul: Lelaki Romantis jembatan Mori" Mina tertawa geli.

Yuri terkejut dan merebut smartphone Mina kemudian membaca artikel tersebut dengan wajah sangat serius.

Mina berhenti tertawa saat melihat raut wajah Yuri.

"Yuri maafkan aku, aku hanya ingin bercanda. Apa kamu baik-baik saja?" Mina khawatir.

Srttt!!!

Yuri menarik gorden yang menutupi bagian kiri tempat tidurnya dengan sangat kuat lalu bertanya kepada lelaki tinggi dengan perban dikepalanya tersebut.

"Kamu, siapa?"

J.A.S.M.I.N.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang