Happy Reading Guys!!
Jangan lupa vote & koment teman :)***
Kringgg!!
Gadis itu terbangun setelah mendengar suara alarm. Ia melihat ke arah jendela kamarnya tertutupi tirai putih dan mengernyit bingung.
Rajin bener bangun jam segini, ayam aja masih molor!
Gadis itu mengubah posisi tubuhnya menjadi setengah duduk dan bersandar dipinggir ranjang sambil mengucek-ucek matanya berharap tidak ada sesuatu yang menempel.
Setelah pengumpulan nyawanya menjadi satu, ia turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi dan menunaikan sholat subuh.
25 menit selesai! Gadis itu sudah berpakaian seragam rapih. Mulai dari memakai baju, rok, serta sepatu putih dan juga tas ransel hitam yang sering ia gunakan. Ia memoles wajahnya dengan sedikit bedak bayi dan memakai lipgloss yang senada dengan warna bibirnya.
Setelah selesai, ia berjalan menuruni anak tangga sambil mengikat rambutnya asal yang memperlihatkan leher putihnya yang putih plus mulus.
"Morning Bunda" Ucapnya riang seraya mencium pipi Rina--- Bundanya
"Morn too anak bunda!" Jawab Rina tersenyum.
"Bunda, hari ini Dinda sekolah ngga usah dianter sama Pak Iman ya Bun. ya ya ya?" Tanya Gadis itu semangat sambil menghentakkan kakinya gemas.
Udah kayak anak paskibra belum??
"Lho kenapa sayang? biasanya juga dianter Pak Iman. Hayoo! dianter sama cowok ya?" Goda Bundanya sambil mencolek pipi anak sulungnya itu dengan gemas.
"Ih Bunda apa apaan deh, enggak kok. Dinda itu lagi pengen dianter sama Papa" Jawab Dinda sambil memajukan bibirnya.
"Yasudah kalau begitu, tunggu Papa siap ya dear" Kata bunda.
"Okay Bunda! Dinda berangkat ya, Assalamualaikum!!" Ucap Dinda riang dan mengecup punggung tangan Bundanya.
"Waalaikumsalam"
***
15 menit berlalu dan Gadis itu turun dari mobil, tapi sebelum itu Dinda menadah tangannya ke arah depan wajah Tama--- papanya.
"Pa! duit jajan Dinda?" Tagih Dinda dengan menaik naik turunkan alisnya gemas.
Tama hanya menggelengkan kepalanya heran. Sudah seharusnya Dinda menabung apalagi sudah kelas tingkat sebelas. Perilakunya itu membuat orang disekitarnya gemas.
Tama memberi uang lembaran berwarna biru, hitung hitung Tama sudah mengajarkan anak sulungnya itu untuk mengirit. Hemat!
Setelah itu Dinda tersenyum senang lalu mengecup punggung tangan Papanya, dan masuk ke dalam sekolahnya.
Saat sudah berada di lorong lorong kelas, terlihat masih banyak murid SMA Sanjaya yang di luar kelas berarti bel masuk belum berbunyi. Ada yang ngobrol ngobrol, ada juga yang sedang gosip.
"Gak bermutu banget ya gosip pagi pagi" ucapnya sangat pelan sambil menggeleng gelengkan kepalanya, heran.
Gadis itu melanjutkan langkahnya ke arah kelas. Ia mengernyit keheranan, dimana dua sahabatnya? Ia tidak melihat batang hidungnya sama sekali. Belum sampai di situ, terdengar suara teriakan menggema di lorong kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAKADINDA
Ficção AdolescenteJatuh cinta sama pandangan pertama di sekolah memang keren, remaja banget! Tapi pernah gak sih kalian jatuh cinta sama pandangan pertama atau kedua atau terakhir didalam mimpi? Apalagi kalau jatuh cintanya sama kakak kelas yang pada awalnya nggak k...