satu - hello?

6.6K 160 12
                                        

"Halo? Ini aku, kamu apa Kabar?

***

Sore itu ketika aku sedang berkelana di laman Instagram, tiba-tiba akun dari teman lama hadir sebagai akun yang disarankan untuk diikuti. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, terakhir aku tahu dia sedang melaksanakan PPL/KKN di tahun 2016. Setelah itu aku benar-benar tidak tahu lagi. Rezvan Kaladra, yang sebenarnya adalah kakak tingkatku di kampus dulu. Tidak begitu akrab tetapi aku mengenal baik dirinya. Kak Rezvan adalah seorang yang pertama kali kukagumi karena sebuah tulisan yang terpampang di mading (majalah dinding) kampus. Ketika itu, aku berharap bisa mengenalnya, atau setidaknya bisa tahu bagaimana bentuk wajahnya.

Akhirnya kuberanikan diri untuk menyapa kak Rezvan. Sekadar basa-basi, sok akrab, dan kurasa ini awal yang baik daripada pura-pura tidak mengenal.

Kak Rezvan, apa kabar? Kangen ih, minta nomor WA sini.

He, baik, Len. Kamu apa kabar? Ini, 081349624022.

Baik bangeet. Okay aku WA, ya? Kakak di mana sekarang?

Di Tangerang, Len. Lena di mana?

Masih berkubek di Sintang nih, nggak ke mana-mana.

Setelah mendapat nomor WhatsApp-nya aku pun memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya lebih jauh. Kupikir itu tidak salah, toh kami sama-sama mengenal. Untuk pertama kali aku pun memberanikan diri meminta kak Rezvan agar bersedia mengangkat teleponku. Panggilan video pertama setelah sekian lama. Tidak kusangka kak Rezvan menjawabnya.

"Kakaaak. Apa kabar?" Aku bersemangat sekali bisa kembali berbincang dengan kak Rezvan. Dulu aku hanya sebatas kagum dan rekan berbagi ilmu. Canggung sekali rasanya, karena meski mengenal baik, kak Rezvan tetaplah seniorku di kampus. Yang seharusnya kusapa dengan sopan.

"Baik Len."

"Kok gelap, Kak?" tanyaku, karena memang wajah kak Rezvan tidak terlihat di layar ponselku. Hanya ada langit yang disinari cara lampu dari Bumi.

"Kakak lagi di atap nih. Nggak ada lampu di sini, lihat langit aja, ya?"

"Yah, orang kangennya sama Kakak bukan sama langit." Gerutuku.

"Bentar-bentar ada panggilan masuk. Nanti Kakak telepon lagi, ya?"

Sebelum aku menjawab, panggilan tersebut sudah terputus. Beberapa menit kemudian kak Rezvan memanggil. Yang kali ini panggilan suara dan kami bicara cukup lama. Membahas apa saja, tentang siapa saja, bahkan satu rahasia yang membuatku terkaget serta terheran-heran.

"Hahaha." Aku tertawa mendengar pengakuan kak Rezvan yang pernah bersikap seperti anak kucing selama kuliah untuk menutupi bentuk dirinya yang sebenarnya. "Jadi selama ini Kakak nggak beda jauh sama aku." terangku.

"Iya emang? Kamu ngerokok dan minum juga?" tanyanya seolah tidak percaya.

"Yas." Jawabku.

"Gila emang. Kita pakai topeng semua waktu itu, nggak nyangka aja sih, masalahnya seorang Alena Sugandhi yang keliatannya alim, lemah lembut, dan taat peraturan. Eh ternyata..."

"Bejat juga." Jawab kami bebarengan. Kami pun tertawa bersamaan.

"Trus kakak lagi sama siapa sekarang setelah dia (mantan kak Rezvan) nikah?"

"Duh, kenapa harus ditanya." Jawabnya malas.

"Hahaha." Aku tertawa. "Ya, kan aku penasaran." Sahutku dengan nada memelas, berharap untuk yang satu ini kak Rezvan bisa terbuka.

"Emmm." Gumamnya. "Jadi,..." terjeda.

"Jadi?" tanyaku ingin mendapat penjelasan lebih lanjut.

"Nungguin ya?" ledeknya.

Alena's SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang