"Bukankah lebih baik kamu membebaskan aku? Agar aku tidak memiliki hak apa pun lagi dan tidak memintamu untuk tetap di sini."
Dalam keadaan bingung melihat ekspresi Deo berubah ketika aku menjawab panggilan kak Rezvan, aku tiba-tiba saja langsung mendapat ide, yang aku sendiri tidak peduli tentang betapa konyol, dan klisenya ideku itu. Aku mengajak mereka mencari anak-anak. Bersyukurnya Dewi Cupid berpihak padaku. Avis mengiyakan dan Deo secara langsung pun ikut. Kami akhirnya pergi, satu mobil. Deo menyetir, Avis duduk di sebelahnya, dan tentu saja, aku duduk di kursi belakang. Sembari memainkan ponsel, yang lebih tepatnya sedang mengirim pesan kepada kak Rezvan untuk tidak menghubungiku sampai aku tiba di rumah besok.
Tidak lupa aku mengirim pesan kepada Tata, bertanya mereka sedang berada di mana. Ternyata, mereka sedang asik belanja, dan menonton film.
"Mereka di Trans Studio." Kataku.
"Gila, mainnya sampai ke Kubu Raya." Celetuk Avis. "Ya udah, cus ke sana. Sekalian jalan-jalan di hari terakhir." Kata Avis melanjutkan.
Sesampainya di Trans Studio, Kubu Raya, setelah empat jam lebih perjalanan. Aku merasa sangat lelah, meskipun tadi sempat tertidur. Aku membuka mata dan Avis sudah tidak berada di sana. Hanya ada Deo yang sedang asik memainkan ponselnya di luar mobil. Menyender di pintu yang dibiarkan terbuka.
"Deo?" panggilku.
"Ya?"
"Avis ke mana?" tanyaku.
"Nyari yang lain, udah jam segini, takutnya malah barang-barang kita dibuang sama pihak hotel dikirain kabur." Jelasnya.
Ya, ada benarnya juga. Kami sudah pergi terlalu lama.
"Aku haus, kita nggak bisa mampir dulu di café atau di mana gitu?"
Seperti sudah tahu apa yang kuminta, Deo membuka kantung plastik dari Indomaret. Lalu menyerahkan kepadaku. "Ini, sekalian tadi juga aku beli ice cream cokelat, nggak ada kue yang biasa kamu makan di sana, jadi aku beliin itu. Semoga belum cair." Jelasnya panjang lebar.
Aku melihat ice creamnya masih bagus, yang kucari air mineral sehingga kubuka, dan kuminum hingga habis setengah lebih sedikit. "Makasih, ya?"
"Iya." Jawabnya. Dia kemudian masuk ke dalam mobil, dia duduk di sebelahku. "Kita tunggu mereka di sini aja, ya? Nggak usah ikutan nyari." Deo meminta.
Aku mengangguk pelan. "Okay."
"Kamu buka HP deh." Perintah Deo.
"Kenapa?"
"Buka aja!" perintah Deo lagi dengan lembut.
Aku langsung mencari ponselku di dalam tas, kubuka, kemudian kuaktifkan paket data selular. Kulihat ada kiriman vidio dari Deo. Aku tersenyum bahagia. Menatap Deo yang juga sedang tersenyum. "Bagus banget." Aku memuji karya Deo.
"Suka?"
Aku mengangguk semangat, bahkan aku terharu dengan kata-kata yang ada di dalam vidio itu. "Iya, aku suka banget. Makasih, ya?"
"Harusnya aku yang makasih, karena kamu udah mau jadi objek aku. Memperindah senja." Ujarnya.
Aku masih memutar vidio dari Deo, kuulang beberapa kali dengan bibir yang masih menyunggingkan senyuman. Tiba-tiba dari arah depan mobil, Avis mengejutkan kami berdua.
"Hayoooo!" bentak Avis. "Ngapain kalian?"
Aku yang sedang menikmati vidio buatan Deo terkejut, hampir saja ponselku terlempar jauh. Tidak terkecuali Deo, wajah tampannya berubah menjadi sangat lucu karena kaget. Tangannya mengusap dada dan langsung ke luar mobil mengejar Avis. Aku tertawa melihat tingkah konyol mereka. Tampak dari kejauhan, Tata sudah memborong berbagai macam belanjaan, begitu juga dengan Vania, dan Febri. Cewek banget dasar! Pikirku. Sedangkan Rendra kulihat hanya membawa satu kantung belanjaan yang sepertinya sepatu. Sudah jadi kebiasaan Rendra mengoleksi sepatu meskipun di rumahnya sudah bertumpuk sepatu yang belum sempat dipakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena's Song
Romancetentang patah hati terdalam & kisah yang tidak terselesaikan . "Bukan kisah cinta biasa. Bukan kisah hidup yang sempurna. Alena menikmati penyakitnya dengan berusaha untuk tidak menyakiti orang-orang yang disayanginya. Namun, penyakitnya itu justru...