Tiba tiba semua jadi gelap gulita, Veronika dengan reflek mencari pegangan, karena Alka yang berada di sebelahnya tak pelak Alka lah yang ia pegang.
"Kamu kenapa teriak?, mungkin hanya masalah teknik sesaat" ucap Alka yang merasakan tangan Veronika memegang lengannya dan mencengkeram dengan erat lengan atasnya.
"Sa....saya phobia gelap dok" jawab Veronika dengan suara gemetar. Alka terkejut karena baru tahu kalau Veronika phobia gelap, ia mengeluarkan ponselnya dan membuka senter sehingga dalam lift sedikit lebih terang, apalagi dengan adanya cermin di dalam lift yang memantulkan cahaya sehingga cahaya senter dari ponsel membias.
Alka menoleh pada Veronika yang masih memejamkan matanya dengan mencengkeram lengan atasnya. Ia menatap wajah Veronika yang terlihat jelas karena ia berada sangat dekat dengannya. Ia tersenyum simpul melihat hal itu, ia suka melihat wajah panik Veronika yang terlihat menggemaskan baginya.
"Kamu boleh buka mata kamu"
"Tapi dok"
"Sudah ada cahaya, dokter Vero"
Veronika membuka matanya perlahan, saat menyadari posisinya yang sedang memegang lengan Alka ia segera menjauh dan melepaskan pegangan tangannya.
"Maaf dok"
"Nggak apa apa, saya mengerti"
"Ini Kenapa lift berhenti dan gelap ya dok?"
"Mungkin sedang ada masalah electricity, kita tunggu saja sebentar lagi, mungkin akan segera menyala."
Alka menekan tombol emergency call dan mengatakan pada petugas bahwa ia sedang terjebak dalam lift. Petugas meminta Alka sabar beberapa saat, ada elemen listrik yang meledak di hotel membuat listrik padam.
Veronika mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi mamanya, namun tidak ada sinyal. Hampir 15 menit tapi lift belum juga bergerak, listrik juga masih padam. Karena lelah berdiri memakai high heels Veronika duduk di lantai lift.Emergency speaker berbunyi bahwa lift akan terbuka di lantai terdekat dan berarti di lantai 35. mendengar hal itu Veronika berdiri.
Tak berapa lama lift bergerak dan terbuka, Alka segera menarik tangan Veronika keluar dari lift. Hanya kegelapan yang terlihat membuat Veronika kembali mencengkeram lengan Alka. Dengan cahaya dari ponsel Alka berjalan dengan Veronika dibelakangnya. Lorong hotel terlihat lengang, mereka menuju tangga darurat.
Veronika menghentikan langkahnya.
"Dokter bercanda?" ucap Veronika menatap pintu menuju tangga darurat.
"Maksud kamu?"
"Dokter serius mau turun melalui tangga darurat, this is 35th floor?"
"memangnya kenapa?"
"Kita bisa mati kelelahan dok, kita tunggu saja hingga listriknya menyala" jawab Veronika yang kembali duduk di lantai. tentu saja Alka tidak bisa meninggalkan Veronika sendirian, ia pun ikut duduk dilantai bersama Veronika, jam ponselnya menunjukkan sudah lewat tengah malam. Alka melihat Veronika berkali kali menguap, Veronika menyandarkan kepalanya didinding dan kemudian terlelap.
Alka hanya menggelengkan kepalanya melihat Veronika, dengan seenaknya tidur tanpa melihat situasi, bagaimana jika ia sedang sendirian, apakah tidak takut ada orang yang berniat jahat. Tak berapa lama listrik menyala dan keadaan kembali normal. Alka berniat membangunkan Veronika namun ia tak tega karena Veronika begitu nyenyak tidur. Ia berfikir sejenak apa yang akan dilakukannya, jika ia menggendong Veronika dan membawanya turun tanpa membangunkannya, ia harus mengantarkan Veronika pulang dan ia tidak tahu alamat Veronika.
Pilihan kedua adalah check in di hotel ini, tapi itu sangat riskan, apa nanti yang di fikirkan Veronika tentangnya, ia tak ingin Veronika berfikir jika ia berfikiran mesum dengan membawanya ke kamar hotel. Akhirnya ia berniat turun, ia berlutut dan mencoba menggendong Veronika ala bridal style menuju lift yang membawanya ke lantai dasar. Ia berjalan keluar lobby dengan tatapan heran dari pegawai hotel dan beberapa tamu, ia masukkan Veronika di jok samping pengemudi.