Tiga. -Sorry-

1.3K 93 28
                                    

-Sorry-
.
.
.



Entah berapa banyak kata maaf yang sudah ia lantunkan dalam hatinya. Tubuhnya entah sejak kapan seperti kehilangan nyawahnya, fikiranya entah sejak kapan kehilangan akalnya.

Tanganya menggenggam benda pipih berlogo separuh buah apel itu dengan gemetaran. Bibirnya dengan kuat menggigit bermaksud menutupi ketakutanya.

Pintu berlapis kaca transparan itu masih setia tertutup memisahkan dua jiwa.

Bruakkk....

Rapat matanya sengaja ia lakukan. Sesak hatinya bertambah dua kali lipat. Bukan hal baru baginya jika sudah seperti ini. Sudah sepantasnya ia dipersalahkan dikeadaan seperti ini.

"Apa lagi ini dav??? Jawab mama!!!" Tak terlalu kencang memang, namun setiap kalimatnya membuat seluruh tubuh remaja yang sudah jatuh didepanya itu lemas tak karuan.

"Maafin david ma.-" Belum sempat kalimat sempurna itu keluar, ujung heel merah menyala milik wanita yang dulu amat mencintainya itu menusuk paha kananya.

"Maaaf lagi dav?? Mama muak lihat kamu.!!" Semakin kencang tekanan pada paha putranya itu seperti disengaja.

"Ampunnn .. Maa dav sakit" Tuli sudah telinga wanita itu, sedikit darah merembes membentuk pola pada kain abu-abunya.
Sakitnya ia tahan sebisa mungkin, bukankah yang didalam sana juga sedang menahan sakit yang melebihinya.??

"Astagaaa Claraaaaa"

Suara lantai yang dipijakan dengan keras disertai langkah yang sangat cepat itu menggema disekeliling dua inshan ini.

Tetesan air mata itu jatuh dari mata indah milik Rara, wanita yang sangat takut kehilangan putranya untuk kedua kalinya. Bukankah sekarang ia sedang mengulang kembali kisah lamanya.??

"Jangan memanjakan anak itu Ra..!!" Dirasa belum cukup dengan pijakan heelnya, tas tangan miliknya dengan tekstur keras itu sengaja ia pukulkan tepat pada kepala putranya sendiri.

"Claraaa stop!! Aku akan panggil polisi.! Ini tindak kekerasan Raa." Wanita lemah lembut itu mulai tak tahan melihat drama menyakitkan ini. Ia juga seorang ibu, ia juga menyayangi David layaknya ia menyayangi Raka.

"Belasan tahun Raa, ia hampir menghilangkan nyawah anakmu. !! Belasan tahun aku dihantui rasa takut raa!! Dihantui rasa bersalah karna ulah anak ku-" Sesak mendengar kalimat itu keluar mulus disertai air mata mamanya.

" Dia anak ku mulai saat ini claa, pergi dari sini dan jangan pernah menyentuhkan tanganmu ditubuhnya lagi." Katanya dengan penuh penekanan. Pelukan hangatnya ia layangkam dengan erat memeluk tubuh yang sudah lemas terduduk itu, tak berani mengangkat wajahnya. Ini sudah keterlaluan.

Pintu putih berlapis kaca transparan itu terbuka secara perlahan, demi tuhan Rara belum sanggup mendengar apapun saat ini.

'Sorry.' -David-

Yaampun sesek bang😥😥😷😩😩
Ehmm udahh dapet feelnyaa??
Segini dulu yaa, ketemu lagi besokk.!!
Salam sun jauh dari surabaya 😘😘😘😘

Raka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang