Delapan. -Semua akan baik-baik saja-

642 50 5
                                    

-Semua Akan Baik-Baik Saja-
.
.
.

Haaah....

Helaan nafas yang keluar seperkian detik lalu pertanda bahwa dirinya cukup lelah.
Melakukan semua ini bukanlah kemauanya,  lantas bagaimana lagi peejuanganya hingga detik ini belum juga membuahkan hasil.  Bukan niatnya lari dari tanggung jawab atas perbuatan dimasalalunya. 

Tapi bukankah ia sudah berkorban.??  Ia sudah mengorbankan apapun yang ia punya??  Kehilangan papanya,  hingga kehilangan kasih sayang mamanya,  hingga harus membiarkan sosok bidadarinya berkecimung didunia suram.?

Ia rasa cukup sekarang.
Cukup perjuanganya tak dihargai hingga dititik terendahnya. 
Cukup berjuang untuk adik kesayanganya.
Bukankah tanpanya ia akan baik-baik saja??

"David minta maaf bunda-" Perlakuan kasarnya terhadap wanita yang termat baik itu sangat ia sesali.  Sungguh ia sangat menyesal.

'Semoga memang bisa baik-baik saja'


*****

"Daviiiddd...." Teriakan histeris itu meluruhkan tubuh rentan remaja yang sedari tadi hanya mampu memandang dari jauh. Pintu kaca itu ditutupnya perlahan, tak mampu lagi menyaksikan bundanya merasa sangat kehilangan sosok David.

'Akankah bunda juga se-histeris itu jika tubuh lemah ini juga pergi menghadap tuhan.??  ' Sekiranya itulah yang ia fikirkan saat ini. 

Dadanya terasa sesak,  pasukan oksigen yang ia miliki terasa menipis,  matanya tak sanggup lagi untuk terus terbuka. 

"Chee.. Ss.. Sill.. " Tubuh mungil gadis itu keluar dari arah toilet,  mata merahnya,  menangiskah tadi gadis ini?? 

Kaki mungil itu berlari mencoba menjangkau tubuh kurus milik kakaknya. 

"Abangg.... Abang tahan ya adek panggil bunda dulu.. -"

Brakkk....

"Bundaa.... "

"Bunda... " Kaki mungil itu terus berlari menuju keberadaan bundanya. Entahlah ia tak tau pasti kenapa bundanya menangis dengan keadaan seperti ini??  Kemana Abang  Dav-nya?? 

Rara yang mendengar dirinya dipanggil, menolehkan kepalanya dengan perasaan yang semakin tak karuan melihat putrinya menangis. 

"Bunda abang sakit... -" Sederet jurus yang mampu memporak porandakan perasaanya kembali. Astagaa bukankah ia masih memiliki putra satu lagi yang juga sedang membutuhkanya?? 

"Bunda... " Chesil melirih dalam kalimatnya,  meilhat bundanya berlari dengan ketakutan yang teramat kentara diwajah lelahnya. 

Bolehkah ia ikut egois??  Bolehkah ia cemburu saat ini?? Langkah kecilnya ia arahkan di bangku panjang lorong rumah sakit ini.  Berlari dengan perasaan tak karuan ternyata menguras banyak tenaga.

Maaf yaa updatenya lamaa.. 🙏🙏
Tapi segini cukup kan yaa?? 
Btw abang Dav hati-hati dijalan yaa.. 😘😘

Raka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang