Sepuluh. -Raka Minta Maaf Bunda..-

476 35 2
                                    

-Raka Minta Maaf Bunda..-

Pagi itu tepat setelah matahari menampakkan sinarnya. Gadis kecil ini dikejutkan dengan suara-suara teriakan yang mengganggu tidurnya.

Matanya melirik malas..
Usianya 8 tahun, namun ia dipaksa oleh keadaan untuk bersikap seolah ia adalah satu-satunya orang yang dewasa disini.

"RAKA MAU PULANG BUNDAA..-"  Bak  suara petir ditengah-tengah badai, Hati sosok wanita yang teramat lembut ini dibuat turun hujan sangat deras.

Penuh penekanan disetiap katanya.

Plakkk... Tangan kasar papanya mendarat dengn mulus pada sasaranya. Tak sampai hati Rion melihat tingkah putranya pagi ini. Hingga harus membentak istrinya. Ada apa dengan putranya.??

Matanya menatap marah kepada putranya. Namun ia sadar ia salah, ia hanya terbawa emosi. Terlalu banyak masalah yang ia pikul sendiri.

Memejamkan matanya mungkin mampu meringankan sedikit emosinya.

Gadis kecil itu dibuat sangat terkejut dengan tingkah kakaknya, terlebih tangan hangat papanya yang tak pernah berlaku kasar, kini semacam singa yang lepas dari sarangnya.

"Astagaa.. Rakaa baik-baik aja kan.??-" Rara yang juga terkejut dengan kejadian tadi, memaksa hatinya untuk tetap berlaku bahwa putranya hanya keliru. Namun sikap suaminya membuat hatinya terluka. Bukankah putranya sedang sakit saat ini ?? Bisa-bisanya ia melayangkan telapak tanganya dipipi putranya??

"Raka mau pulang..-" Katanya lagi, kali ini dengan suara yang lebih lirih semacam bisikkan kepada bundanya.

Pelukkan hangat ia rasakan, usapan tangan lembut itu ia rasakan. Sedikit menyesal dengan apa yang ia lakukan terhadap bundanya beberapa menit yang lalu.

Setetes air matanya mengalir tanpa diminta, tangannya memeluk erat , bahkan sangat erat dipinggang bundanya.

"Raka minta maaf bundaa.." Tangisanya mulai terdengar di telinga sekitarnya.

Pria yang sedang berdiri menenangkan hati dan pikirannya, merasa sangat sakit melihat pemandangan seperti ini.

Ada apa dengan putra-putranya ?

  *****
Disisi lain..

Tangisanya terdengar sangat menyakitkan, bak berjalan namun terseok-seok.

Pedih hatinya, lelah jiwanya, sakit hatinya. Bercerita pun dunia serasa enggan mendengarkan.

Sendiri, tanpa ada satu orang pun yang ada disisinya.

"Bunda.. Dav harus apa?"

"Bunda..Dav rindu.."

"Bunda....." Tangisanya mulai meraung, teramat keras.

Tepat didepanya pintu berwarna putih itu masih tertutup rapat, tanpa meninggalakan celah sedikitpun.

Tanpa memberinya kesempatan.

Didalam hatinya terus berbicara, matanya memandang lurus pintu putih itu dengan berbaur air matanya.

'Tuhan, jika dosanya terlalu banyak, ambil saja nyamanya lalu gantikan rasa sakitnya dengan sebuah hadiah dari-Mu. Jangan Seperti ini Tuhan.'

Holaa....
maaff lama battt upnyaa, sekalinya up dikit batt dahh.. Ga ngefeell jugaa..

Bodoamat yg penting up ehe..😋

Raka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang