Empat. -Where Are You, Dav?-

1.3K 116 21
                                    

-Where Are You, Dav?-
.
.
.




Ting..

Papa Rion:
David,10 menit lagi papa kesana!
Ada yang ingin papa bicarakan.! 
                                           9:27 PM

Me:
👀Iya pa. 
9:27 PM

Pasrah.
Menundukkan kepalanya dalam seraya menilik luka dipaha kanannya. Sebelah bibirnya terangkat,senyum getir ia tampakkan.

Warna keunguan itu ia biarkan tanpa  ia obati. Mengingat betapa dulu mamanya sangat menyayanginya, tak membiarkan satu debu pun singgah dikulitnya. Dulu.
Kenyataan tetaplah kenyataan, bukti bahwa kesalahanya terlalu besar membuat mamanya mulukiskan sebuah karya ditubuhnya.

Tanganya memasang kaos abu-abu pemberian Bundanya, sejenak ingin melupakan rasa sakitnya.

Tubuhnya memang tak selemah siang tadi. Tapi hatinya serasa hancur tak terbentuk lagi.

Krekk...

Tanpa menoleh pun ia tahu siapa yang datang, sengaja menutup lagi lukanya dengan celana kain pendeknya, bermaksud menyembunyikanya dari lelaki yang sedang berjalan kearahnya.

Tak menolehkan sedikitpun kepalanya, matanya masih sangat sembab. Demi apa ia menangis hari ini dengan rasa yang sesakit ini.   

"Sudah makan??" Spontan kepalanya terangkat dengan sangat cepat, ia kira ia akan mendapat teguran kasar lagi malam ini.

Gelengan kepalanya terbaca oleh akal pikiran seorang Rion. Lelaki yang ia sebut papa itu.

"Mau papa pesankan sesuatu?? Atau papa buatkan nasi goreng?" Hati seorang ayah mana yang tak sesak melihat keadaan putranya seperti ini, sehat memang tubuhnya tapi siapa yang tau batinya terluka.

Hatinya memang masih sangat marah terhadap Clara, bukankah ia mamanya?? Dimana otaknya hinggah mampu melakukan hal keji itu?? Mendengar kejadianya saja mampu membuat emosinya berontak, Entah apa yang akan ia lakukan jika ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Sungguh ia benar-benar tak tahan dengan keaadaan seperti ini, diamana anak lelakinya yang selalu ia lihat baik-baik saja seperti merasa terancam didekatnya.

Dengan kecepatan yang ia pun tak dapat menghitungnya, tubuh remaja itu sudah ada dalam dekapanya. Menahan air mata yang sedari tadi menggenang ikut hanyut dalam tangisan putranya, pundak yang terlihat terus bergetar itu membuat air matanya luruh pada akhirnya.

"Maaf paa..-"

"Maaf..-" Tak ada kata lain selain kata mutiara yang sama keluar dari mulutnya.

"Maaf untuk apa sayang? Adikmu baik-baik saja, bahkan ia sudah menghabiskan dua mangkuk soto tadi, besok pagi kita jemput adikmu, diahanya kelelahan." Satu deret kalimat yang mampu membuat senyum bahagia dari putranya ini mengembang dengan sangat lebar, masih dengan air mata yang setia mengalir.

"Boleh papa lihat lukanya??" Gelengan kepala lagi yang Rion dapatkan. Sungguh ia rindu putranya yang sangat jarang tampak sedih ini.

"Okee, papa buatkan nasi goreng saja, kita makan malam bersama kali ini" Tak mampu berada dalam zona menyedihkan Rion memilih keluar terlebih dahulu bersama dengan air matanya yang ikut rapuh.

   *****

"Manja-" Sungut suara cempreng milik Chesil adik perempuanya, usianya baru 8 tahun, ia sangat  kesal melihat kakaknya bertingkah seperti bocah umur 5 tahun saja.

"Adik, abang kan lagi sakit" Tegur suara lembut bundanya.

Pintu digeser dengan sangat pelan, mata lelaki remaja itu sontak menoleh memastikan siapa yang datang.

Mamanya, hanya sendirian?? Dimana saudaranya?? Demi apa sekarang dia ada dirumah sakit gara-gara dia, tapi ia tak menhenguknya sama sekali.??

"Untuk apa kesini cla??" Tanpa menoleh pun Rara tau Claralah yang masuk keruangan putranya.

"Raka juga putra ku ra, apa aku salah-" Tangan lentik Rara Menaruh dengan kasar tempat obat milik putranya diatas nakas, menololehkan kepalanya, memasakkan matanya bertatap dengan mata iblis siang tadi.

" Raka putraku claa, bukan putramu." Clara tampak menghela nafas lelah, ia tahu bahwa apa yang ia lakukan terhadap putranya sendiri sudah sangat keterlaluan. Ia tak layak disebut sebagai seoarang ibu.

"Ra aku hanya terbawa emosi-"

"Keluar cla, aku tak ingin melihatmu saat ini. Keluar aku mohon" Dengan berat hati Clara keluar dari ruang serbah putih ini, dengan pikiran yang mulai kalut, bagaimana keadaan putranya. ?? Bagaimana jika setelah ini ia membencinya ??

"Bundaa, apa ada yang terjadi sebelum Raka  sadar?" Sedikit perasaan takut menghinggap dengan kasar dihatinya. David, nama itu muncul seketika dengan jelas dipandanganya. Apa yang terjadi?? Kenapa ia tak datang melihat keadaanya?? Apa ia bosan melihatnya yang hanya mampu menyusahkanya.?? Seburuk itu kah ia?


Ehmm abang Daviddd😫😫😫
Gatega nulisnya.
Salam sun jauh dari surabaya 😘😘😘

Raka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang