Accidental Meeting

6.1K 235 18
                                    

KEHIDUPAN yang saat ini aku jalani benar-benar berbeda daripada kehidupanku sepuluh tahun yang lalu.Kini aku sudah menjadi seorang pria mapan yang dikagumi dan disukai oleh banyak perempuan cantik, entah itu bawahanku, rekan kerjaku ataupun klienku. Namun di usiaku yang hampir berkepala tiga ini, aku masih belum bisa menemukan tambatan hatiku. Hari-hariku banyak kuhabiskan di tempat kerja, menghadiri pertemuan penting dengan klien dan melakukan perjalanan bisnis keluar negeri yang sebenarnya sudah membuatku sangat jenuh. Aku sudah banyak diceramahi oleh kedua orang tuaku untuk segera menemukan pendamping hidup. Aku sudah banyak melakukan kencan buta yang diatur oleh mereka, namun wanita-wanita yang dipilihkan oleh orangtuaku tidak ada satupun yang cocok denganku.

Hari ini, hari pertama di bulan Juni, setelah perjalanan bisnis yang sedikit melelahkan di Amerika selama satu pekan, aku akan kembali ke negaraku, Korea Selatan. Aku menaiki pesawat kelas bisnis dengan keberangkatan pukul 9 pagi. Awalnya aku akan menaiki pesawat pribadi, namun sudah lama aku memikirkan untuk sekali-kali mencoba menaiki pesawat regular agar bisa berbaur dengan orang-orang dan keinginanku itu baru bisa kulaksanakan hari ini.

Aku duduk di kursi penumpang dengan nomor 11A. Kursi yang kududuki ternyata tepat didekat jendela. Sebelum pesawat lepas landas, aku menatap ke arah jendela sambil memikirkan beberapa hal yang harus kuurus nanti setibanya di Korea. Aku merasakan ada seseorang yang berjalan di belakang dan kemudian duduk dikursi sebelahku. Aku tak menghiraukan orang yang duduk disampingku itu dan tetap fokus dengan hal-hal yang sedang kupikirkan sambil menatap kearah jendela. Terdengar suara wanita dari pengeras suara untuk memasang sabuk. Kupasang sabuk itu disekitar pinggangku dan dengan sedikit guncangan akhirnya pesawat yang kutumpangi terbang lepas landas meninggalkan landasan pacu.

Aku mencoba menutup mataku untuk sedikit beristirahat sambil mendengarkan lagu favoritku dari mp3 playerku. Bibirku bergerak mengikuti alunan musik.

~~Jikyeo jugo sipho

neoui jalmotdwin nappeun boreutdeul kkajido

himdeun nal utge mandeuneun geoya

jom himdeulgetjiman

neol saranghae rago maldo halgeoya

meonjeo nae phume oneun nal kkaji~~

Saat aku sedang menikmati lagu itu, tiba-tiba saja kejadian yang tak kuduga terjadi. Orang yang duduk disampingku tanpa sengaja menumpahkan kopinya sehingga air kopi yang masih panas membasahi celana yang kukenakan. Aku pun kaget dan bangkit dari tempat duduk.

"Ah, Choisonghabnida (maafkan aku)," ucap orang itu dengan nada menyesal.

Ternyata orang yang duduk disampingku adalah seorang wanita. Wanita itu tertunduk mencoba untuk membersihkan tumpahan air kopi yang mengenai celanaku dengan sehelai tisu yang dia keluarkan dari tasnya. Aku begitu kaget ketika melihat wajah wanita itu. Aku tertegun. Aku seperti dapat merasakan aliran darah mengaliri seluruh tubuhku. Aku tak bisa menggerakan badanku karena kagetnya. Aku dapat merasakan jantungku yang berdebar kencang setelah melihat paras cantiknya. Aku mengenali wanita itu. Dia adalah cinta pertamaku.

"Kau... kau Yoona? Im Yoona?" ucapku sambil terbata-bata.

"Iya. Apakah Anda mengenal saya?," tanya gadis itu sambil terlihat berpikir. "Tunggu. Kau pasti Si Wonsunbae(senior). Choi Si Won sunbae, benarkan?"

"Kau... Kau masih ingat padaku?" ucapku dengan nada gugup.

"Tentu saja. Annyeonghaseyo sunbae-nim. Bagaimana kabarmu?"

"Aku... Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

Aku tak mengira dapat bertemu hoobae(junior)kudi pesawat ini. Aku sudah lama menyukai gadis ini. Sejak di SMA, aku sudah menyukai Yoona. Aku tak mampu mengungkapkan perasaanku ini karena sifat pemaluku.

"Aku baru saja menyelesaikan studiku di Amerika," ungkap Yoona menjawab pertanyaanku. "Dan sunbae sendiri, apa yang sudah sunbae lakukan di Amerika?"

"Aku baru saja melakukan perjalanan bisnis."

Kami terus mengobrol mengenai kenangan kami selama bersekolah di Myung Dong High School dulu. Dia banyak menceritakan cerita lucu tentang dirinya padaku,hingga kami pun akhirnya kehabisan bahan obrolan. Tiba-tiba terbesit dalam pikiranku untuk menanyakan pertanyaan konyol padanya.

"Apakah kau sudah menikah?"

"Aku... Aku belum menikah sunbae. Saat ini aku ingin mulai menata karirku. Setibanya di Korea, aku akan mulai bekerja sebagai desainer di perusahaan Mode Magazine. Belum terpikirkan olehku untuk menikah. Bagaimana dengan sunbae? Apakah sunbae sudah menikah? Sunbae pasti sudah menikah, benarkan?"

"Aku... Aku sama sepertimu. Aku juga belum menikah."

"Hah? Sunbae pasti bercanda. Kenapa sunbae belum menikah? Padahal sunbae tampan dan waktu di SMA banyak gadis yang mengejar-ngejar cinta sunbae."

"Ada banyak alasan kenapa aku belum menikah. Salah satunya aku belum siap menikah untuk saat ini," ucapku sambil tersenyum.

Pukul 9.30 pagi waktu Korea, pesawat American Airlines yang kutumpangi akhirnya mendarat di Bandara Internasional Incheon, Seoul. Aku berjalan berdampingan dengan Yoona sambil mendorong troli bagasi kami menuju pintu kedatangan. Kami bertukar nomor telepon dan melanjutkan sedikit perbincangan yang sempat tertunda.

"Oppa! Kau sudah datang!" seru Yoona sambil melambaikan tangan kanannya pada seorang pria yang berdiri tegak di tengah kerumunan orang-orang. Pria itu menggunakan setelan jas Armani berwarna hitam dengan dasi bermotif garis kuning dan merah. Sekilas saja aku sudah tahu pria itu pasti kekasih Yoona. Hal itu diperkuat dengan panggilan Oppa yang terdengar sudah akrab dan dekat.

"Sunbae, ada yang sudah menjemputku. Aku pergi duluan. Bisakah kita berjumpa lagi lain waktu?" tanya Yoona.

"Tentu. Kau bisa meneleponku kapanpun kau mau. Sampai ketemu lagi."

"Sampai jumpa, sunbae."

Yoona melambaikan tangannya padaku sebagai salam perpisahan. Aku pun membalasnya dengan melambaikan tanganku. Yoona berjalan menuju pria itu, berpelukan dan kemudian berjalan berdampingan dengan merangkul tangan pria itu. Terlihat dari jauh, Yoona dan pria itu tertawa sambil mengobrolkan sesuatu. Aku sedikit kecewa melihat hal itu. Aku benar-benar menyesal dulu tidak pernah mengungkapkan perasaanku padanya. Seandainya waktu bisa berputar kembali.

***

A Stupid Estimation (바보 추정)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang