Be Your Prospective Husband

3.3K 184 9
                                    

SUDAH dua minggu berlalu sejak pertemuanku dengan Yoona di bandara dan insiden dengan kekasihnya. Yoona dan aku masih belum saling bertemu lagi apalagi saling menelepon. Aku masih belum bisa melupakan saat-saat kami saling mengobrol di pesawat. Malam ini aku pulang bekerja larut malam seperti biasanya, mandi dan kemudian pergi tidur. Tapi malam ini aku tak bisa terlelap tidur. Pikiranku dipenuhi tentang Yoona. Aku sepertinya sudah benar-benar menyukai gadis itu.

Jam dinding di kamar tidurku sudah menunjukan pukul 11 malam. Aku harus cepat-cepat tidur karena besok ada pertemuan penting dengan klien. Namun tiba-tiba saja handphone-ku berbunyi. Nama Yoona terlihat di layar handphoneku. Yoona akhirnya menghubungiku. Aku senang sekali. Tanpa banyak berpikir, aku pun mengangkatnya.

Yeoboseyo(halo)!” seru Yoona dengan nada sedikit aneh.

Yeoboseyo, ini Yoona?”

“Iya.. Iya, sunbae-nim. Ini aku.. Yoona. Apa kau… sudah tidur?” suara Yoona kembali terdengar aneh. Suaranya seperti orang yang sedang dalam pengaruh alkohol. Sepertinya dia dalam keadaan mabuk.

“Yoona-ssi, apa kau sedang mabuk? Kau dimana sekarang? Aku akan ke sana sekarang.”

Aku memacu mobil Porche-ku dengan kecepatan tinggi menuju sebuah tempat karaoke yang terlihat sudah sepi pengujung. Tiba disana aku langsung menuju ruangan tempat Yoona berada. Ketika aku membuka pintu, terlihat Yoona tertidur di meja yang dipenuhi gelas dan botol bekas minuman bir dan Soju. Aku mendekati Yoona yang tak sadarkan diri. Aku memangku tubuh Yoona menuju mobilku. Tercium bau alkohol yang menyengat di tubuhnya. Karena aku tak tahu alamat rumah Yoona, akhirnya kuputuskan untuk membawa Yoona ke rumahku dan menidurkannya di tempat tidurku. Aku pun tidur di atas sofa ruang tamuku.

Paginya saat aku sedang menyiapkan sarapan, Yoona berjalan keluar dari kamarku dengan penampilan berantakan. Rambut acak-acakan belum tersisir, dan kancing kemeja atas yang terbuka. Ia sepertinya masih bingung berada di rumah siapa, dan ketika melihatku Yoona terlihat sangat kaget. Dia cepat-cepat merapikan rambutnya dengan menggunakan jari tangannya dan mengkancingkan kemejanya.

Sunbae!” seru Yoonadengan pipi yang terlihat memerah. “Apakah ini… rumah sunbae?”

“Kau sudah bangun. Gwaenchanna(Kau tidak apa-apa)? Apa kepalamu terasa pusing?” tanyaku. “Iya, ini adalah rumahku.” ucapku pada Yoona sambil tetap fokus pada telur mata sapi yang sedang kubuat.

“Kenapa aku bisa berada di rumah sunbae?”

“Semalam saat kau sedang dalam keadaan mabuk, kau meneleponku. Kau tidak mengingatnya? Saat aku tiba di sana, kau sudah tak sadarkan diri. Aku terpaksa membawamu kerumahku karena aku tak tahu alamat rumahmu.”

“Sepertinya aku sudah sangat merepotkan sunbae.”

“Sudahlah, tak usah kau pikirkan.”

“Aku sebaiknya langsung pulang saja. Aku harus bekerja, aku takut nanti aku terlambat. Maaf telah merepotkanmu sunbae.”

Yoona bergegas masuk lagi ke kamar dan mengambil tasnya.

“Lebih baik kau sarapan dulu saja. Aku sudah menyiapkan makanan.”

“Tak usah repot-repot sunbae. Aku langsung pulang saja.”

Aku pun meraih tangannya. Mencoba untuk menahannya karena aku ingin tidak dia cepat-cepat pulang tanpa makan apapun. “Sarapan saja dulu, lalu kau mandi. Aku akan mengantarkanmu ke tempat kerja agar kau tidak terlambat.”

Yoona terdiam sejenak. Terlihat dia sedang berpikir.

“B.. Baiklah jika sunbae memaksa.”

Kami pun sarapan bersama dengan roti, telur mata sapi dan susu yang telah kusiapkan. Kami duduk berseberangan. Aku membuka pembicaraan agar suasana tidak terlalu tegang dan kaku.

“Semalam… Kenapa kau bisa sampai mabuk sendirian di ruangan karaoke sampai semalam itu? Apa kau bersama seseorang sebelumnya?”

“Ti..Tidak. Aku tidak bersama siapapun. Ini sudah jadi kebiasaan burukku. Sunbae pasti belum tahu, aku akan mabuk hanya ketika aku punya banyak masalah saja. Semalam sehabis pulang kerja, aku mampir ke tempat karaoke dan minum sedikit soju dan bir. Entah mengapa aku bisa sampai menghubungi sunbae. Sunbae pasti sangat terkejut?”

“Kau.. Apakah kau sedang dalam kesulitan? Apakah masalah itu berhubungan dengan pekerjaanmu?”

Yoona lalu terdiam. Dia sepertinya tidak bisa menjawab pertanyaanku. Matanya menatap kosong pada roti yang dia pegang.

“Tak apa-apa jika kau tak bisa menceritakannya padaku. Aku bisa memakluminya. Aku akan…”

Tiba-tiba saja Yoona berbicara memotong kata-kataku.

Sunbae, bisakah kau berpura-pura menjadi calon suamiku?”

Pertanyaan Yoona benar-benar mengagetkanku. Aku tertegun, tak bisa berkata-kata lagi.

“Hanya untuk dua minggu. Selama Ayah dan Ibuku datang berkunjung ke Seoul. Tidak akan lebih.”

***

A Stupid Estimation (바보 추정)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang