morosis;

900 112 8
                                    

--morosis;

Kedua matanya menyipit, menetralisir jumlah cahaya yang masuk ke dalam retina. Hoseok berbalik membelakangi cahaya, berusaha untuk meraih kembali rasa kantuk yang mulai hilang. Tubuhnya masih berteriak untuk istirahat, namun otaknya berkata untuk bangun. Figur berambut hitam itu mengerjap, menguap sejenak sebelum memutuskan untuk duduk.

Ada rasa nyeri di bagian punggung, Hoseok mengaduh pelan.

Ruangan dengan nuansa merah itu diperhatikannya. Lebih terang dengan pasokan cahaya matahari pagi memperjelas segala perabotan dan isi kamar tersebut. Sebuah ranjang tidak terlalu besar, namun cukup untuk dua orang yang sedang ia tempati, sebuah meja nakas kecil di sebelah kasur dan lampu tidur. Hoseok berusaha mengumpulkan segala ingatan yang masih buram, otaknya belum bekerja dengan maksimal pagi ini.

"Uh.. Taehyung..?"

Ia menoleh ke sebelahnya,

Kosong.

Hoseok menghela napas. Apa yang ia harapkan? Tentu saja si brengsek itu akan pergi. Masih beruntung ia tidak diusir oleh penjaga club karena tidur seenaknya sampai pagi.

Pria itu melangkah turun, menahan rasa sakit tubuhnya yang masih cukup kaku. Meraih pakaian yang berserakan diseisi ruangan. Ia harus kembali ke apartemen dan bekerja, mungkin? Tidak ada waktu lebih untuknya mengingat apapun yang terjadi. Semuanya berakhir, tidak perlu dipermasalahkan ataupun diungkit.

Ia juga tidak akan bertemu Taehyung lagi, 'kan?

Hoseok meraih tali pinggangnya yang berada di sisi seberang kasur, dekat meja nakas. Saat pria itu membungkuk untuk meraih benda tersebut, kedua matanya menangkap secarik kertas yang tergeletak diatas meja. Kedua alis Hoseok terangkat, ia meraih kertas itu setelah selesai memasang tali pinggang—membacanya sejenak.

Sebuah cek.

Netra Hoseok membulat membaca nominal uang yang tertera disana. Jumlahnya tidak kecil, bahkan sangat besar. Ia bahkan tidak ingin menghitung jumlah nol yang tertulis disana.

Ada secarik kertas dibaliknya yang terjatuh, Hoseok segerah meraih dan membaca.

'Ini yang ku janjikan.

Kim.'

Hoseok terdiam.

Taehyung benar – benar membayar. Meninggalkan sebuah cek. Tepat setelah apa yang terjadi?

Apa aku sama seperti pekerja – pekerja itu di matanya?

Hoseok merasa rendah. Ia menggertakkan giginya sendiri sebelum berlari keluar dari kamar tersebut dan turun ke lantai dasar. Klub itu masih tutup, namun pintu tempat karyawan masuk tetap terbuka. Jimin yang baru saja masuk menyapa dirinya dan heran melihat Hoseok yang berjalan dengan terburu – buru.

Ia berjalan menuju jalan besar, mencari sebuah tong sampah.

Hoseok meraih cek dan secarik surat yang ia simpan di saku celana. Merobek kertas itu, membuangnya ke tempat yang seharusnya benda itu berada.

"Aku tidak butuh, Taehyung sialan."

Pria itu menghela napas panjang dan berjalan menjauh. Ia tidak butuh uang dari hal yang hina. Hoseok sendiri mempertanyakan kebodohan yang ia lakukan semalam, mempertanyakan dimana otaknya berada saat ia mengiyakan tawaran Taehyung, dimana akal sehatnya pergi saat mendengar kata uang,

Ia Hoseok tidak peduli dengan kondisi wajahnya yang kusut, rambut hitam yang berantakan, ia berjalan cepat menelusuri jalanan Seoul yang sudah cukup ramai. Manusia – manusia disana juga tidak peduli dengan kehadiran dirinya. Jika ada pun, Hoseok tidak mau menghabiskan waktu untuk merasa malu atau terganggu. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah pulang, menghilangkan segala perasaan yang tidak jelas ini.

chipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang