flakes

886 94 19
                                    

—flakes;

"Kim memang gila."

Perkamen itu dihempaskan tanpa belas kasihan, berserakan di atas meja, beberapa jatuh mencium lantai. Yoongi mengacak – acak helaian hitamnya. Nominal uang yang tertera di atas kertas membuat kepalanya berputar. Jauh di atas aset perusahaan, apa Kim berniat membuatnya jatuh miskin? Memang profit yang ditawarkan dari proyek tersebut cukup menggiurkan, berkali – kali lipat dari biaya yang mereka butuhkan. Tapi jujur saja, dengan segala harga diri yang ia punya, perusahaannya tidak bisa memenuhi hal tersebut.

Suara kendaraan menggema bising menyeruak diantara sela – sela jendela, Seoul di siang hari memang cukup padat. Tidak sampai menyebabkan macet, namun cukup untuk menunjukkan bahwa kota itu penuh akan aktivitas. Puluhan orang – orang berlalu lalang di pinggiran jalan. Melewati etalase – etalase toko, gemericing lonceng berbunyi seraya pelanggan restoran yang keluar masuk, lampu lalu lintas yang terus – terusan berganti warna, zebra cross yang tidak pernah sepi pengunjung.

Min Yoongi menghela napas, mengalihkan pandangan dari jendela yang mempersembahkan pemandangan jalanan Seoul. Kembali fokus ke arah laptop menyala di hadapannya. Menghiraukan kertas – kertas yang berserakan, ia harus segera memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang yang begitu banyak dalam waktu singkat.

Ketukan pintu terdengar tiga kali, Yoongi menyahut tanpa mengalihkan pandangan. Figur kurus itu tampak memasuki ruangan dengan segelas kopi hitam. Ada helaan napas yang memancing alis Tuan Min terangkat sebelah.

"Biasakan untuk tidak melempar berkas penting, Yoongi." Hoseok dengan—sangat—senang hati memungut kertas – kertas yang berserakan di lantai. Meletakkannya diatas meja, dekat dengan cangkir kopi yang ia bawa.

"Aku benci dokumen itu, melihatnya saja tidak sudi." Jemari lentik itu bergerak lihai di atas papan ketik. Yoongi tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun, Hoseok menghela napas.

"Kau hanya membuat siapapun yang membersihkan ruanganmu menjadi repot dua kali lipat." Ia mendudukkan diri tanpa diminta. Kondisinya tidak jauh beda dari Yoongi, kantung mata yang tidak pernah kembali seperti semula, helaian hitamnya juga tak pernah tampak rapi. Hoseok terlalu lelah untuk mengurus diri.

"Kenapa kau kemari?"

"Menyampaikan jadwal rapat terbaru dengan Perusahaan Kim."

"Lagi?"

"Kenapa sekarang kau yang menghindar? Pribadi kita tidak tertukar, 'kan?"

Yoongi menghela napas, "Aku tidak tahu apa niat busuk Kim Taehyung. Tapi aku yakin, ia berniat membuat kita mencium ujung kakinya." Hoseok mengangkat alis, "Baca saja dokumen itu, dan kau akan mengerti kenapa aku ingin sekali melempar meja kerja ini keluar gedung."

Hoseok meraih perkamen yang sempat dihempaskan Yoongi, ia ingat dengan jelas bahwa itu adalah dokumen yang diberikan Taehyung tempo hari. Ia mulai membaca huruf – huruf yang tersusun dan tercetak rapi. Ia sempat mengerutkan alis, sebelum kedua mata sayu itu perlahan melebar. Hoseok menutup mulutnya yang terbuka tanda tidak percaya. Menatap bergantian antara kertas dan Yoongi.

"Ini.."

"Ya, Kim memang bangsat."

Hoseok menggelengkan kepala dan meletakkan dokumen tersebut dengan hati – hati. Ia tidak bisa memproses apa yang terjadi, angka nol di atas kertas itu terlalu banyak, ia pusing.

Hening, hanya berisi suara papan ketik yang di tekan dengan tidak manusiawi. Hoseok masih berusaha memproses apa yang baru saja ia baca. Ia harus menanyakan kewarasan setiap orang yang bernama Kim, salah mengira jika hanya Kim Taehyung yang cukup gila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

chipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang