make;

835 110 28
                                    

"Kau memilih perusahaan kecil yang bahkan tidak bisa memberikan kita keuntungan diatas angka nol koma? Apa apaan ini, Taehyung?"

Ruangan persegi itu tidak terlalu luas untuk meredam suara tinggi milik Tuan Kim. Pria yang sudah berumur hampir setengah abad itu berdiri tepat di belakang meja kerjanya, baru saja melempar lembaran kertas data perusahaan itu dengan tidak lembut sama sekali. Netra nya sudah redup, tanda menua, tapi masih bisa memancarkan amarah. Tangan – tangan itu menggebrak meja kayu, membuat seisi ruangan terkejut, kecuali orang yang tersebut namanya oleh Tuan Kim.

Taehyung bergeming. Ia lebih berminat untuk menghisap rokok dan memenuhi ruangan tersebut dengan karbon monoksida. Ia menoleh dan mendapati Kim Namjoon yang menatapnya dengan cepat-jawab-ayah-atau-kau-mati. Tidak ada respon berarti, ia hanya mengedikkan bahu.

"Ini bukan candaan, Taehyung." Namjoon bersuara.

"Yang berkata bahwa aku bercanda siapa?" Pria dua puluh lima tahun itu beralih ke sang ayah. Tidak gentar sama sekali menatap kedua mata yang tampak bisa membunuhnya saat itu juga. "Kau memintaku untuk mencari perusahaan yang bisa mengerjakan proyek kita, 'kan? Nah itu rekomendasi dariku. Ada masalah?"

"Tentu saja masalah." Pria itu berhenti sejenak, menghela napas cukup panjang. Taehyung tidak bisa dihadapi dengan kepala panas, anak itu terlalu keras kepalanya. "Cukup. Jelaskan kenapa perusahaan ini bisa membuatmu berani untuk menunjukkannya kepadaku, hm?"

"Kompetensi mereka cukup menjamin. Mereka memang masih berkembang, belum cukup besar bahkan untuk memiliki gedung sendiri. Tapi dalam mengerjakan proyek, mereka bisa dikatakan cukup profesional." Taehyung berkata dalam satu napas. "Kau mengatakan mereka tidak akan memberi keuntungan di atas nol koma, huh? Hanya karena mereka yang baru berdiri beberapa tahun yang lalu, bukan berarti tidak ada kompetensi."

"Bukti. Aku butuh bukti."

"Apa kau hanya membaca nama perusahaannya, huh?"

Pria Kim itu mengerutkan alis. Taehyung melanjutkan, "Aku tidak bodoh. Ada catatan jejak rekam dan beberapa proyek mereka yang berhasil disana."

Tuan Kim meraih kertas – kertas yang baru saja ia hempaskan. Membuka lembaran – lembarannya satu per satu. Tidak terlalu banyak catatan yang bertele – tele, Taehyung menyusunnya dengan baik dan singkat. "Perusahaan ini terlalu kecil untuk menampung proyek kita, mereka tidak akan mampu." Sang ayah bersuara sembari membaca.

Taehyung mendengus sarkastis, "Kau ini memang tidak punya jiwa licik, huh?"

"Sudah kuduga kau punya niat tersendiri." Namjoon kembali bersuara. Ia cenderung pasif jika sudah berhadapan dengan Taehyung dan ayahnya sekaligus, bisa sakit kepala jika ikut berdebat. "Masih banyak perusahaan diluar sana yang lebih memungkinkan, dan kau memilih perusahaan yang bahkan namanya saja aku tidak pernah dengar, tentu saja jika tidak ada niat khusus, Oh Kim Taehyung."

"Kau mengenalku dengan baik, Namjoon. Terima kasih sudah menghabiskan waktumu untuk itu." Taehyung tidak menoleh saat merespon, tidak merasa wajib melakukannya.

"Aku tidak masalah jika niatmu berhubungan dengan jumlah keuntungan yang akan kita terima."

"Oh, tentu saja." Taehyung menaikkan satu alisnya. "Ajak mereka kerja sama, beri proyek, mereka tidak mampu? Beli aset mereka dan jadikan mereka menjadi bagian dari perusahaan kita."

"Tidak dengan menjatuhkan perusahaan lain lagi,Taehyung." Sang ayah menghela napas. "Kau ini seorang pengusaha, bukan mafia."

"Apa aku ada berkata untuk menjatuhkan mereka? Jadikan mereka bagian kita, apakah itu jahat, huh? Aku terlalu baik untuk memberi mereka modal cukup besar untuk berkembang dengan menjadi bagian kita."

chipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang